Lampiran KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN |
||
NOMOR |
: |
548/KMK.04/2000 |
TANGGAL |
: |
22 DESEMBER 2002 |
TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN
I. UMUM
1. |
SINGKATAN : |
||
|
a. |
BKP |
: Barang Kena Pajak |
|
b. |
JKP |
: Jasa Kena Pajak |
|
c. |
KPKN |
: Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara |
|
d. |
PKP |
: Pengusaha Kena Pajak |
|
e. |
PPN |
: Pajak Pertambahan Nilai |
|
f. |
PPn BM |
: Pajak Penjualan Atas Barang Mewah |
|
g. |
SSP |
: Surat Setoran Pajak |
2. |
RUANG LINGKUP PEMUNGUTAN : Semua pembayaran yang dilakukan oleh Bendaharawan
Pemerintah atas penyerahan BKP dan atau JKP yang dilakukan oleh PKP rekanan
Pemerintah dipungut PPN atau PPN dan PPnBM. Bendaharawan Pemerintah tidak memungut PPN atau PPN dan
PPnBM sepanjang PKP rekanan Pemerintah menyerahkan barang dan atau jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 1 sampai dengan angka 7 Keputusan
ini. |
||
3. |
SAAT PEMUNGUTAN : Pemungutan PPN dan PPnBM dilakukan pada saat pembayaran oleh
Bendaharawan Pemerintah kepada PKP rekanan Pemerintah. |
||
4. |
SAAT PENYETORAN : PPN dan PPnBM yang dipungut, disetorkan ke Bank Persepsi
atau Kantor Pos paling lambat 7 (tujuh) hari setelah bulan dilakukannya
pembayaran atas tagihan. |
II. TATA CARA
PEMUNGUTAN
1. |
DASAR PEMUNGUTAN : Dasar pemungutan PPN dan PPnBM adalah jumlah pembayaran
yang dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah. |
||||||||||||||
2. |
JUMLAH PPN ATAU PPn BM YANG DIPUNGUT : |
||||||||||||||
|
a. |
Dalam hal penyerahan BKP hanya terutang PPN, maka jumlah
PPN yang dipungut adalah 10/110 bagian dari jumlah pembayaran Contoh :
|
|||||||||||||
|
b. |
Dalam hal penyerahan BKP yang tergolong mewah dari
pengusaha yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah tersebut, di samping terutang
PPN juga terutang PPnBM, maka jumlah PPN dan PPnBM yang dipungut adalah
sebagai berikut : Dalam hal terutang PPnBM sebesar 20%, maka jumlah PPN
yang dipungut sebesar 10/130 bagian dari jumlah pembayaran sedangkan jumlah
PPnBM yang dipungut sebesar 20/130 bagian dari jumlah pembayaran.
|
|||||||||||||
3. |
TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN: |
||||||||||||||
|
a. |
PKP rekanan Pemerintah membuat Faktur Pajak dan SSP pada
saat menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah baik untuk sebagian
maupun seluruh pembayaran. |
|||||||||||||
|
b. |
Dalam hal penyerahan BKP tersebut terutang PPnBM maka
PKP rekanan Pemerintah mencantumkan jumlah PPnBM yang terutang pada Faktur
Pajak. |
|||||||||||||
|
c. |
Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a dibuat
dalam rangkap 3 (tiga): |
|||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-1 untuk Bendaharawan Pemerintah. |
||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-2 untuk arsip PKP rekanan Pemerintah. |
||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-3 untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui
Bendaharawan Pemerintah. |
||||||||||||
|
d. |
SSP sebagaimana dimaksud dalam huruf a dibuat dalam
rangkap 5 (lima) setelah PPN atau PPN dan PPnBM disetor di Bank Persepsi atau
Kantor Pos, lembar-lembar SSP tersebut diperuntukkan sebagai berikut: |
|||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-1 untuk PKP rekanan Pemerintah. |
||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui KPKN. |
||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-3 untuk PKP rekanan Pemerintah dilampirkan
pada SPT Masa PPN. |
||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-4 untuk Bank Persepsi atau Kantor Pos. |
||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-5 untuk pertinggal Pemungut PPN. |
||||||||||||
|
e. |
Pada setiap lembar Faktur Pajak sebagaimana dimaksud
dalam huruf c oleh Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pemungutan wajib
dibubuhi cap "Disetor tanggal ............................" dan
ditandatangani oleh Bendaharawan Pemerintah. |
|||||||||||||
|
f. |
Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan
penyetoran PPN atau PPN dan PPn BM. |
III. TATA CARA
PELAPORAN
Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pemungutan dan
penyetoran PPN dan PPnBM diwajibkan melaporkan PPN dan PPnBM yang telah
dipungut dan disetor, setiap bulan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
Bendaharawan Pemerintah terdaftar dengan menggunakan formulir "Surat
Pemberitahuan Masa Bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai" yang dibuat
dalam rangkap 3 (tiga) paling lambat 14 (empat belas) hari setelah bulan
dilakukan pembayaran atas tagihan, yang masing-masing diperuntukan sebagai
berikut: |
|
a. |
lembar ke-1, dilampiri Faktur Pajak lembar ke-3 untuk
KPP. |
b. |
lembar ke-2, untuk KPKN. |
c. |
lembar ke-3, untuk arsip Bendaharawan Pemerintah. |
IV. TATA CARA
PENGAWASAN TERHADAP BENDAHARAWAN PEMERINTAH
Pengawasan
terhadap dipatuhinya ketentuan yang diatur dalam Keputusan ini dilakukan oleh
Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara dan Kantor Pelayanan Pajak yang
bersangkutan.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA, ttd PRIJADI PRAPTOSUHARDJO |