Lampiran KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN |
||
NOMOR |
: |
550/KMK.04/2000 |
TANGGAL |
: |
22 DESEMBER 2002 |
TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PELAPORAN
I. UMUM
1. |
SINGKATAN: |
||
|
a. |
BKP |
: Barang Kena Pajak |
|
b. |
JKP |
: Jasa Kena Pajak |
|
c. |
KPKN |
: Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara |
|
d. |
PKP |
: Pengusaha Kena Pajak |
|
e. |
PPN |
: Pajak Pertambahan Nilai |
|
f. |
SPM |
: Surat Perintah Membayar |
|
g. |
PPn BM |
: Pajak Penjualan Atas Barang Mewah |
|
h. |
SSP |
: Surat Setoran Pajak |
2. |
RUANG LINGKUP PEMUNGUTAN : Semua pembayaran dan KPKN atas penyerahan BKP dan atau
JKP yang dilakukan oleh PKP rekanan Pemerintah dipungut PPN atau PPN dan PPn
BM. KPKN tidak memungut PPN atau PPN dan PPn BM sepanjang
PKP rekanan Pemerintah menyerahkan barang dan atau jasa yang menurut
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPn BM
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000
tidak dikenakan PPN. |
||
3. |
SAAT PEMUNGUTAN DAN PENCATATAN PENYETORAN PAJAK: Pemungutan dan pencatatan penyetoran PPN atau PPN dan
PPn BM yang dipungut, |
II. TATA CARA
PEMUNGUTAN DAN PENCATATAN PENYETORAN PAJAK
1. |
DASAR PEMUNGUTAN : Dasar pemungutan PPN atau PPN dan PPn BM adalah Jumlah
pembayaran yang dilakukan KPKN sebagaimana tersebut pada SPM. |
||||||||||||||
2. |
JUMLAH PPN ATAU PPn BM YANG DIPUNGUT: |
||||||||||||||
|
a. |
Dalam hal penyerahan BKP hanya terutang PPN, maka jumlah
PPN yang dipungut adalah 10/110 bagian dari Jumlah pembayaran Contoh :
|
|||||||||||||
|
b. |
Dalam hal penyerahan BKP yang tergolong mewah dari
pengusaha yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah tersebut, di samping
terutang PPN juga terutang PPn BM, maka jumlah PPN dan PPn BM yang dipungut adalah
sebagai berikut : Dalam hal terutang PPn BM sebesar 20%, maka jumlah PPN
yang dipungut sebesar 10/130 bagian dari jumlah pembayaran sedangkan jumlah
PPn BM yang dipungut sebesar 20/130 bagian dari jumlah pembayaran. Contoh : PPnBM
dengan tarif 20%
|
|||||||||||||
3. |
TATACARA PEMUNGUTAN DAN PENCATATAN PENYETORAN PAJAK DAN
BUKTI PEMUNGUTAN: |
||||||||||||||
|
a. |
PKP rekanan Pemerintah membuat Faktur Pajak dan SSP pada
saat menyampaikan tagihan kepada KPKN baik untuk pembayaran sebagian maupun
seluruhnya. |
|||||||||||||
|
b. |
SSP sebagaimana dimaksud dalam huruf a diisi dengan
membubuhkan NPWP dan identitas rekanan Pemerintah yang bersangkutan, tetapi
penanda tanganan dilakukan oleh KPKN sebagai penyetor atas nama PKP. |
|||||||||||||
|
c. |
Dalam hal penyerahan BKP tersebut terutang PPn BM maka
PKP rekanan Pemerintah mencantumkan juga jumlah PPn BM yang terutang pada
Faktur Pajak. |
|||||||||||||
|
d. |
Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a dibuat
dalam rangkap 3 (tiga): |
|||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-1 untuk KPKN |
||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-2 untuk arsip PKP rekanan Pemerintah |
||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-3 untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui KPKN. |
||||||||||||
|
e. |
SSP sebagaimana dimaksud dalam huruf a dibuat dalam
rangkap 4 (empat) yang masing-masing diperuntukkan sebagai berikut: |
|||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-1 untuk PKP rekanan Pemerintah. |
||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui KPKN. |
||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-3 untuk PKP rekanan Pemerintah dilampirkan
pada SPT Masa PPN. |
||||||||||||
|
|
- |
lembar ke-4 untuk pertinggal Pemungut PPN. |
||||||||||||
|
f. |
Pada setiap lembar Faktur Pajak dan SSP sebagaimana dimaksud
dalam huruf d dan e oleh KPKN yang telah melakukan pemungutan dicantumkan
nomor dan tanggal advis SPM. |
|||||||||||||
|
g. |
SSP lembar ke-1, dan lembar ke-2 dibubuhi cap
"TELAH DIBUKUKAN" oleh KPKN. |
III.
TATA
CARA PELAPORAN
LAPORAN
KPKN :
a. |
KPKN setiap hari kerja menyampaikan lembar ke-3 Faktur
Pajak yang telah dibubuhi catatan nomor dan tanggal advis SPM kepada Kantor
Pelayanan Pajak dengan Surat Pengantar. |
b. |
Dalam hal tidak ada Faktur Pajak yang disampaikan pada
hari itu maka Surat Pengantar tetap dibuat dengan catatan "Faktur Pajak
NIHIL". |
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA, ttd PRIJADI PRAPTOSUHARDJO |