LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR |
: |
1289/KMK.04/1988 |
TANGGAL |
: |
23 DESEMBER 1988 |
TENTANG |
: |
TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH BADAN-BADAN
TERTENTU SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK |
I. |
UMUM : |
|||||||||||||||||||||||||||||
|
1. |
SINGKATAN
:
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
2. |
DASAR HUKUM : Pemungutan PPN dan PPn BM oleh KPN didasarkan pada
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1988 tangal 13 Desember
1988, tentang penunjukan Badan-badan tertentu dan Bendaharawan untuk memungut
dan menyetor Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. |
||||||||||||||||||||||||||||
|
3. |
RUANG LINGKUP PEMUNGUTAN : Semua pembayaran dari Badan-badan tertentu atas
penyerahan BKP atau JKP yang dilakukan oleh PKP rekanan Badan-badan tertentu
dipungut PPN dan atau PPn BM. Badan-badan tertentu tidak memungut PPN dan
atau PPn BM sepanjang pengusaha rekanan Badan-badan tertentu menyerahkan
Barang atau Jasa yang menurut Undang-Undang Tahunn 1984 tidak terutang PPN. |
||||||||||||||||||||||||||||
|
4. |
SAAT PEMUNGUTAN : Pemungutan PPN dan atau PPn BM dilakukan pada saat
pembayaran oleh Badan-badan tertentu kepada rekanan yang bersangkutan. |
||||||||||||||||||||||||||||
|
5. |
SAAT PENYETORAN : PPN dan atau PPn BM yang dipungut disetor di Kas
Negara/Bank Persepsi/Kantor Pos Giro selambat-lambatnya pada hari kesepuluh
setelah bulan dilakukannya pembayaran atas tagihan |
||||||||||||||||||||||||||||
II. |
TATACARA
PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN : |
|||||||||||||||||||||||||||||
|
a. |
PKP rekanan Badan-badan tertentu membuat Faktur Pajak
dan SSP pada saat menyampaikan tagihan kepada Badan-badan tertentu, baik
untuk pembayaran sebagian maupun seluruhnya. |
||||||||||||||||||||||||||||
|
b. |
SSP dimaksud dalam huruf a diisi dengan membubuhkan NPWP
serta identitas rekanan yang bersangkutan tetapi penanda tanganan SSP
dilakukan oleh Badan-badan tertentu sebagai penyetor atas nama rekanan. |
||||||||||||||||||||||||||||
|
c. |
Dalam hal penyerahan BKP tersebut tergolong Barang Mewah
yang dikenakan PPn BM, maka PKP yang bersangkutan mencantumkan juga jumlah
PPn BM yang terutang pada Faktur Pajak. |
||||||||||||||||||||||||||||
|
d. |
Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a dibuat
dalam rangkap 3 (tiga):
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
e. |
SSP
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dibuat dalam rangkap 4 (empat) setelah
pajak disetor diperuntukan :
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
d. |
Pada setiap lembar Faktur Pajak sebagaimana dimaksudkan
dalam huruf d oleh Badan-badan tertentu yang melakukan pemungutan dicantumkan
"Disetor tanggal ............." dan ditanda tangani oleh
Badan-badan tertentu yang bersangkutan. |
||||||||||||||||||||||||||||
|
e. |
Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan
penyetoran. |
||||||||||||||||||||||||||||
III. |
TATA CARA PELAPORAN : |
|||||||||||||||||||||||||||||
|
- |
lembar ke-1, dengan dilampiri Faktur Pajak lembar ke-3
untuk KIP setempat. |
||||||||||||||||||||||||||||
|
- |
lembar ke-2, arsip Badan-badan tertentu. |
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
ttd
J.B SUMARLIN.