BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana
diketahui, dewasa ini semakin berkembang badan-badan usaha yang merupakan group
yang secara langsung atau tidak langsung di bawah kepemilikan atau penguasaan
pihak yang sama, dengan kata lain mempunyai hubungan istimewa (related
parties).
Adalah
wajar apabila di antara badan-badan usaha tersebut terjadi transaksi-transaksi
sebagaimana halnya transaksi-transaksi dengan perusahaan lain di luar group.
Transaksi tersebut dapat berupa penjualan barang-barang, pemberian jasa-jasa, pemberian
hak paten dan pengetahuan tertentu, pemberian pinjaman dan lain-lain.
Harga yang diperhitungkan pada
transaksi antara anggota group tersebut sering kali tidak sama dengan harga
yang berlaku di pasaran bebas, atau dengan perkataan lain telah terjadi
penentuan harga yang tidak wajar (non arm's length price).
Dalam
Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang PPh Tahun 1984 disebutkan bahwa hubungan
istimewa dianggap ada :
a. |
Dalam hal Wajib Pajak adalah
badan : |
|
|
1. |
Hubungan antara dua atau lebih
Wajib Pajak yang berada di bawah pemilikan atau penguasaan yang sama baik
langsung maupun tidak langsung; |
|
2. |
Hubungan antara Wajib Pajak
yang mempunyai penyertaan 25% atau lebih pada pihak yang lain, atau hubungan
antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% atau lebih pada dua pihak
atau lebih, demikian pula hubungan antara dua pihak atau lebih yang disebut
terakhir. |
b. |
Dalam hal Wajib Pajak adalah
orang pribadi atau perseorangan : |
|
|
Keluarga sedarah dan semenda
dalam garis keturunan lurus satu derajat atau keluarga sedarah dan semenda
dalam garis keturunan ke samping satu sederajat. |
|
|
Dari ketentuan tersebut di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan istimewa dapat terjadi : |
|
|
1. |
antara pihak-pihak yang
bertempat tinggal, didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia; |
|
2. |
antara pihak yang bertempat
tinggal, didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dengan pihak yang
bertempat tinggal/kedudukan di luar Indonesia. |
Untuk
mencegah terjadinya penghindaran pajak antara lain melalui penentuan harga yang
tidak wajar, dalam perundang-undangan perpajakan telah terdapat
ketentuan-ketentuan yang pada dasarnya memberikan wewenang kepada aparat pajak
untuk melakukan koreksi terhadap transaksi yang tidak wajar dengan pihak lain
yang mempunyai hubungan istimewa. (Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 5 ayat
(1) huruf e dan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang PPh 1984, Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang PPN 1984).
Oleh karena itu dalam pemeriksaan pajak untuk menghitung berapa sebenarnya
pajak terhutang atas transaksi-transaksi yang dilakukan dengan pihak yang
mempunyai hubungan istimewa (related parties) terutama antara Wajib
Pajak Dalam Negeri (Indonesia) dengan Wajib Pajak (pihak) yang berkedudukan di
Tax haven Countries (Negara yang memungut pajak lebih rendah dari Indonesia),
Pemeriksa perlu menentukan harga yang wajar (arm's length price) atas
transaksi-transaksi yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. |
Penentuan harga barang; |
2. |
Penentuan imbalan atas jasa,
imbalan karena penggunaan harta atau hak; |
3. |
Perhitungan pembebanan biaya
tidak langsung yang dialokasikan dari kantor pusatnya, seperti biaya
pengawasan, administrasi/sekretariat, perencanaan dan sebagainya; |
4. |
Penentuan besarnya bunga
pinjaman. |
Sehubungan
dengan permasalahan tersebut di atas maka perlu diberikan Pedoman Pemeriksaan
Pajak terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa. Pedoman ini
merupakan tambahan atas keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Kep.01/PJ.7/1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak (Pedoman Pemeriksaan Pajak),
oleh karena itu mengenai hal-hal yang bersifat umum yang telah diatur dalam
keputusan tersebut tetap harus dipatuhi dalam melakukan pemeriksaan terhadap
Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pemasok maupun pelanggan
yang terutama berkedudukan di tax haven countries, harus dipelajari kemungkinan
adanya over dan under invoicing.
a. |
Mempelajari Laporan
pemeriksaan terdahulu Hal ini
bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagaimana dimaksud dalam huruf b, huruf
c dan huruf d di atas sehingga dapat dijadikan petunjukdi dalam pemeriksaan
yang akan dilaksanakan. |
|||||||||||
|
1.2 |
Menganalisa SPT dan Laporan
Keuangan Wajib Pajak Tujuan
analisa adalah untuk mendeteksi adanya ketidakajaran harga penjualan atau
pembelian di antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Untuk itu
diperlukan angka-angka rasio. Angka-angka rasio tersebut dibandingkan dengan
rasio-rasio berdasarkan laporan keuangan Wajib Pajak tahun-tahun sebelumnya,
rasio-rasio dari perusahaan sejenis (yang diperoleh misalnya melalui hasil
pemeriksaan dari perusahaan sejenis, atau konfirmasi ke Pusat Pengolahan Data
dan Informasi Perpajakan), atau sumber-sumber lainnya. Adapun pelaksanaannya adalah
sebagai berikut : |
||||||||||
|
|
1. |
Rasio Laba Kotor dan Laba
Bersih |
|||||||||
|
|
|
a. |
Rasio Laba Kotor |
= |
Laba Kotor , atau |
||||||
|
|
|
|
Rasio Laba Kotor |
= |
Laba Kotor |
||||||
|
|
|
b. |
Rasio Laba Bersih |
= |
Laba Bersih |
||||||
|
|
|
Indikasi yang dapat diperoleh
dari analisa rasio ini adalah sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
a. |
Apabila
rasio laba kotor lebih kecil dibandingkan dengan rasio laba kotor dari
perusahaan sejenis, kemungkinan adanya harga tidak wajib yang mempengaruhi
jumlah penjualan atau jumlah harga pokok; |
||||||||
b. |
Apabila
rasio laba bersih lebih kecil dibandingkan dengan rasio laba bersih dari
perusahaan sejenis, kemungkinan adanya pembebanan harga tidak wajar yang
mempengaruhi biaya umum/biaya tidak langsung/biaya operasi (seperti : biaya
bunga, biaya riset dan pengembangan atau alokasi biaya kantor pusat/induk
perusahaan terhadap kantor cabang/anak perusahaan yang tidak mempunyai kaitan
langsung dengan usaha Wajib Pajak). |
|||||||||||
|
|
2. |
Rasio Operasi |
|||||||||
|
|
|
Rasio
Operasi = |
Total Biaya Operasi |
||||||||
|
|
|
Penjualan |
|||||||||
|
|
|
Dengan membandingkan rasio ini
dengan rasio perusahaan sejenis akan diperoleh indikasi pembebanan
biaya-biaya yang mungkin tidak wajar, misalnya mengenai : |
|||||||||
|
|
|
a. |
Biaya
bunga pinjaman; |
||||||||
b. |
Biaya
penelitian dan pengembangan; |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Biaya
royalti; |
||||||||
|
|
|
d. |
Biaya
Induk Perusahaan/Kantor Pusat yang dibebankan kepada Wajib Pajak yang
diperiksa. |
||||||||
|
|
3. |
Rasio Tingkat Hasil Aktiva |
|||||||||
|
|
|
ROA = |
Laba Bersih |
||||||||
|
|
|
Total Aktiva |
|||||||||
|
|
|
Analisa
ROA bertujuan memperoleh petunjuk apakah ada penambahan aktiva yang berasal
dari peminjaman atau penyewaan aktiva dengan beban bunga/sewa yang tidak
wajar. |
|||||||||
|
|
4. |
Perputaran Persediaan |
|||||||||
|
|
|
Perputaran
Persediaan = |
Harga Pokok Penjualan |
||||||||
|
|
|
Rata-rata Persediaan |
|||||||||
|
|
|
Tujuannya
adalah untuk mendeteksi kemungkinan adanya pergeseran pembebanan pembiayaan
persediaan dari induk perusahaan ke distributor sebagai afiliasinya. Apabila
perputaran persediaan rendah dihubungkan dengan rendahnya rasio laba bersih
terhadap biaya operasi (termasuk bunga), maka terdapat indikasi adanya
pergeseran pembiayaan persediaan sebagaimana disebut di atas. |
|||||||||
|
|
5. |
Rasio Laba Bersih terhadap
Biaya Operasi |
|||||||||
|
|
|
= |
Laba
Bersih |
||||||||
|
|
|
Biaya Operasi |
|||||||||
|
|
|
Tujuannya
adalah untuk mengetahui kewajaran biaya operasi yang terserap pada hasil
penjualan barang, sebagai indikasi kemungkinan kekurangwajaran transfer
pricing bila dihubungkan dengan tingkat perputaran persediaan yang rendah. Dari kombinasi rasio antara di
atas dapat diurai suatu hubungan akalnya sebagai berikut : Bilamana
rasio laba kotor dan rasio laba bersih kelihatannya normal, tetapi perputaran
persediaan dan rasio laba bersih terhadap biaya operasi (termasuk bunga)
adalah rendah, hal ini menunjukkan adanya pergeseran pembiayaan persediaan
dari induk perusahaan/pusat terhadap anak perusahaan/cabang. |
|||||||||
|
|
6. |
Rasio Hutang terhadap Modal
Sendiri |
|||||||||
|
|
|
= |
Hutang |
||||||||
|
|
|
Modal Sendiri |
|||||||||
|
|
|
Rasio ini dapat dipecah
sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
a. |
Hutang dari Afiliasi |
|
|
||||||
|
|
|
|
Modal
Sendiri |
|
|
||||||
|
|
|
b. |
Hutang dari pihak ketiga |
|
|
||||||
|
|
|
|
Modal
sendiri |
|
|
||||||
|
|
|
Tujuannya adalah untuk
mendeteksi struktur permodalan sehubungan dengan peminjaman dan pembebanan
bunga yang dapat diperkenankan. |
|||||||||
|
1.3. |
Identifikasi Masalah Dalam
mempelajari berkas Wajib Pajak/berkas data, temuan dari laporan keuangan,
analisa rasio dan data/informasi yang tersedia tersebut di atas sehubungan
dengan transfer pricing (pembebanan harga dalam hubungan istimewa, haruslah
disimpulkan dengan mengidentifikasi masalah-masalah antara lain : |
||||||||||
|
|
|
a. |
Perusahaan-perusahaan
dan pihak yang terkait dalam prkatek pembebanan harga yang tidak wajar; |
||||||||
b. |
Kebijaksanaan
dan metode pembebanan harga dari perusahaan-perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa dan kemungkinan motivasinya; |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Tipe-tipe
transaksi yang dipengaruhi oleh praktek-praktek pembebanan harga yang tidak
wajar; |
||||||||
|
|
|
d. |
Produk-produk
khusus yang dipengaruhi oleh praktek-praktek pembebanan harga yang tidak
wajar; |
||||||||
|
|
|
e. |
Kasus-kasus
harga yang ditinggikan (over pricing) dan harga yang direndahkan (under
pricing) dalam transaksi dalam negeri dan impor/ekspor. |
||||||||
|
1.4 |
Melakukan Pengenalan Usaha |
||||||||||
|
|
1.4.1 |
Mempelajari hasil pengisian
jawaban daftar pertanyaan Usaha Wajib Pajak dapat
dipahami dengan mempelajari isian daftar pertanyaan dan hasil wawancara
secara langsung dengan Wajib Pajak yang diperiksa data dari pihak ketiga. Daftar
pertanyaan sebagaimana tertulis pada lampiran I, II, III, IiV dan V Keputusan
ini harus diserahkan kepada Wajib Pajak yang diperiksa sesuai dengan status
badan maupun permodalannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan analisis
fungsional atas kegiatan Wajib Pajak (Dengan modifikasi seperlunya pertanyaan
tersebut dapat dipakai untuk menganalisis fungsi dari beberapa badan anggota
perusahaan multinasional yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak
dalam negeri Indonesia). Dengan mempelajari isian yang diterima dapat
diperoleh keterangan antara lain mengenai : |
|||||||||
|
|
|
1. |
Gambaran
Organisasi Pihak-Pihak yang Terkait
|
||||||||
|
1. |
Nama, lokasi, NPWP
perusahaan/pihak yang terkait. |
||||||||||
2. |
Besarnya pemilikan saham
tiap-tiap pihak. |
|||||||||||
3. |
Arus
transaksi yang terjadi pada pihak terkait. |
|||||||||||
4. |
Penjelasan-penjelasan
penting yang dibutuhkan. |
|||||||||||
|
Hal di
atas dapat dilengkapi berdasarkan informasi dari pihak ketiga dan wawancara
dengan Wajib Pajak. |
|||||||||||
2. |
Sifat Keterkaitan dan
Ketergantungan Sifat
keterkaitan dan ketergantungan dapat dipelajari dari isian daftar pertanyaan
yang diterima dari Wajib Pajak Di samping itu perlu juga
dilakukan penegasannya dengan melakukan wawancara. |
|||||||||||
|
|
|
|
1. |
Sifat keterkaitan Wajib Pajak,
apakah : Dalam melakukan wawancara perlu
ditekankan mengenai : |
|||||||
|
- |
menguasai permodalan atau
kegiatan usaha pihak lainnya, |
||||||||||
- |
permodalan atau kegiatan
usahanya dikuasai pihak lainnya, |
|||||||||||
- |
keduanya dalam penguasaan
pihak yang sama, |
|||||||||||
- |
jenis keterkaitan yang lain. |
|||||||||||
2. |
Pembelian/penyerahan barng dari
pihak yang saling terkait, yang mencakup : |
|||||||||||
|
- |
Kebijaksanaan harga (pricing
policy) |
||||||||||
- |
Syarat-syarat
pembelian/penyerahan Produk-produk/bahan yang dicakup. |
|||||||||||
3. |
Pembelian/penyerahan jasa serta
jenis dan macam jasa yang diserahkan/dibeli dari pihak terkait. |
|||||||||||
4. |
Sewa,
royalti dari pihak terkait. |
|||||||||||
5. |
Pinjaman-pinjaman
dari pihak terkait. |
|||||||||||
6. |
Komisi-komisi
dari pihak terkait. |
|||||||||||
7. |
Penghasilan
dan beban lainnya dari pihak terkait. |
|||||||||||
|
|
|
|
Wawancara
di atas pada pelaksanaannya dapat dilakukan dalam tahap persiapan maupun pada
waktu pelaksanaan pemeriksaan. |
||||||||
|
|
1.4.2 |
Sumber-sumber Informasi
Sebagai Pembanding Pengajian kewajaran Transfer
Price sangat memerlukan data pembanding (komparabilitas). |
|||||||||
|
|
|
1. |
Business News; mengenai kegiatan
usaha tertentu maupun mengenai tarif/harga barang-barang yang berlaku. |
||||||||
2. |
Brosur-brosur dan majalah-majalah
business dan ekonomi lainnya. |
|||||||||||
3. |
Badan Pengembangan Ekspor
Nasional (BPEN) dan Ditjen Daglu Departemen Perdagangan; data mengenai harga
pasaran komoditi di Luar Negeri. |
|||||||||||
4. |
SGS/Ditjen Bea Cukai; data
mengenai harga patokan barang-barang impor. |
|||||||||||
5. |
BAPEKSTA;
data mengenai kuantitas, harga, jenis barang ekspor/impor. |
|||||||||||
6. |
PDBI
(Pusat Data Business Indonesia); data mengenai ikhtisar kegiatan operasi perusahaan
sejenis, harga dari barang/bahan ekspor dan impor. |
|||||||||||
7. |
PDIP
(Pusat Data dan Informasi Perpajakan); misalnya data mengenai : |
|||||||||||
|
- |
rasio laba kotor per KLU |
||||||||||
- |
rasa laba bersih per KLU |
|||||||||||
- |
rasio hutang terhadap Modal
per KLU |
|||||||||||
- |
dll. |
|||||||||||
8. |
BPS
(Biro Pusat Statistik); data mengenai ekspor dan impor. |
|||||||||||
9. |
Departemen-departemen
teknis lainnya sehubungan dengan data aktivitas perusahaan yang bersangkutan
dan perusahaan sejenis yang diperiksa. |
|||||||||||
10. |
Dan
lain-lain sumber informasi. |
|||||||||||
|
1.5. |
Menentukan Ruang Lingkup
Pemeriksaan Berdasarkan hasil dari
mempelajari berkas Wajib Pajak, analisis laporan keuangan, identifikasi
masalah dan pengenalan usaha sehubungan dengan kasus-kasus mengenai hubungan
istimewa ini, dapat ditentukan ruang lingkup dan arah pemeriksaan. Secara
umum pemeriksaan ditujukan terhadap : |
||||||||||
|
|
- |
Pembelian barang/jasa; |
|||||||||
|
|
- |
Penjualan barang/jasa; |
|||||||||
|
|
- |
Royalti; |
|||||||||
|
|
- |
Sewa; |
|||||||||
|
|
- |
Bunga; |
|||||||||
|
|
- |
Riset dan pengembangan; |
|||||||||
|
|
- |
Alokasi biaya tergabung
lainnya dari pusat/induk perusahaan; |
|||||||||
|
|
- |
Penghasilan/biaya lainnya dari
perusahaan terkait. |
|||||||||
|
|
Pos-pos
yang akan diperiksa disesuaikan dengan permasalahan yang sebenarnya terjadi
dalam perusahaan/Wajib Pajak yang diperiksa yang diakibatkan oleh adanya
hubungan istimewa. Sedangkan
luas pemeriksaan yang akan dilakukan tergantung kepada administrasi dan
penilaian sistem pengendalian intern dari perusahaan yang diperiksa. |
||||||||||
|
1.6 |
Penyusunan Program Pemeriksaan
Program pemeriksaan ini akan
diuraikan dalam Ban V : Penyusunan Audit Program. |
||||||||||
|
1.7 |
Menentukan Buku-buku,
Catatan-catatan dan Dokumen-dokumen yang Akan Dipinjam Buku-buku
dan catatan-catatan Wajib Pajak seringkali tidak cukup memberikan informasi
atas masalah transfer pricing, sehingga perlu dipinjam dokumen-dokumen yang
memberi penjelasan yang lebih baik misalnya : |
||||||||||
|
|
1. |
Laporan
Keuangan Konsolidasi sebagai suatu kesatuan ekonomi dari pihak yang terkait; |
|||||||||
2. |
Perjanjian
lisensi (Licencing Agreement); |
|||||||||||
3. |
Perjanjian
franchise (Franchising Agreement); |
|||||||||||
4. |
Perjanjian
kredit (Loan Agreement); |
|||||||||||
5. |
Kontrak
penjualan/pembelian (Selling/Purchasing Contract); |
|||||||||||
6. |
Perjanjian
pembebanan biaya bersama (Costs Sharing Agreement). |
|||||||||||
|
|
Dokumen-dokumen
tersebut perlu dikembangkan sebagai dasar pembuktian dalam pemeriksaan, dan
dilampirkan dalam LPP serta disimpan dalam KKP. |
||||||||||
|
1.8 |
Menyediakan Sarana Pemeriksaan
Sarana-sarana pemeriksaan
adalah sama seperti dalam Pedoman Pemeriksaan Pajak. |
||||||||||
2. |
Pelaksanaan Pemeriksaan Urut-urutan
pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana digariskan dalam Pedoman Pemeriksaan
Pajak tetap dilaksanakan, yang perlu ditekankan dalam melakukan pemeriksaan
terhadap perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa ialah : |
||||
|
2.1 |
Dalam melakukan penilaian
Sistem Pengendalian Intern Teknik
penilaian Sistem Pengendalian Intern akan diuraikan dalam BAB IV : Studi dan
Evaluasi Sistem Pengendalian Intern. |
|||
|
2.2 |
Dalam melakukan konfirmasi
kepada pihak ketiga Dalam
melakukan pemeriksaan kasus transfer pricing, konfirmasi kepada pihak ketiga
adalah sangat penting untuk meneguhkan kebenaran data/informasi yang
diperoleh dari Wajib Pajak. Konfirmasi dapat dilakukan
kepada : |
|||
|
|
1. |
Sumber-sumber
informasi sebagaimana disebutkan dalam Bab II Paragraf 1.4.2 : Sumer-sumber
informasi sebagai pembanding. |
||
2. |
Pihak-pihak
yang terkait dengan Wajib Pajka yang diperiksa. |
||||
3. |
Laporan
Pemeriksaan yang sudah ada. |
||||
3. |
Pembuatan Laporan Pemeriksaan
Pajak Laporan Pemeriksaan Pajak
sebagai ikhtisar hasil pemeriksaan Wajib Pajak dengan hubungan istimewa,
harus mengungkapkan dengan jelas : |
||||
|
1. |
Bagian Umum : Mengenai
gambaran kegiatan Wajib Pajak. |
|||
|
- |
sifat keterkaitan; |
|||
- |
nama perusahaan/pihak yang
terkait; |
||||
- |
kepemilikan saham; |
||||
- |
lokasi dan alamat; |
||||
- |
arus transaksi dan kegiatan; |
||||
- |
penjelasan yang penting
mengenai hubungan istimewa. |
||||
2. |
Bagian Umum : Mengenai daftar
lampiran. Sedapat mungkin dilampirkan : |
||||
|
- |
Laporan Keuangan Konsolidasi,
dan |
|||
- |
Perjanjian-perjanjian penting,
sebagaimana disebut dalam Bab II paragraf 1.7. |
||||
3. |
Bagian
Umum : Mengenai Data Informasi yang tersedia. Harus dijelaskan data yang
dikumpulkan dari pihak ketiga sebagai pembanding maupun pembuktian dalam
pemeriksaan sebagaimana disebut dalam Bab II paragraf 1.4.7. |
||||
4. |
Bagian
Pelaksanaan Pemeriksaan : Mengenai Penilaian Pemeriksa atas pos-pos yang
diperiksa. Harus jelas mengungkapkan penilaian pos yang diperiksa sehubungan
dengan metode-metode pembebanan harga yang tidak wajar yang dilakukan Wajib
Pajak serta pengaruh-pengaruh lainnya yang penting. |
||||
5. |
Bagian
Kesimpulan : Mengenai usul sebagai hasil kesimpulan pemeriksaan. Kemungkinan
pengusulan pemeriksaan pada pihak yang terkait sehubungan dengan kurangnya
informasi yang tersedia dalam penentuan penghasilan dari Wajib Pajak yang
diperiksa. |
||||
BAB III
TEKNIK DAN METODE PEMERIKSAAN
1. |
Teknik Pemeriksaan Dalam
kegiatan pemeriksaan dipergunakan teknik-teknik pemeriksaan seperti yang
diuraikan dalam Pedoman Pemeriksaan Pajak. |
||||||
2. |
Metode-metode Pemeriksaan
Kewajaran Harga Penentuan
harga pasar wajar dalam hubungan istimewa, dilakukan dengan menguji
angka-angka dalam SPP melalui suatu pendekatan perhitungan tertentu mengenai
penghasilan dan biaya. Metode tersebut termasuk metode tidak langsung, yang
antara lain dikenal beberapa metode seperti berikut ini : |
||||||
|
1. |
Metode harga pasar sebanding
(Comparable uncontrolled price method); |
|||||
|
2. |
Metode harga jual minus (Sales
minus/Resale price method0; |
|||||
|
3. |
Metode harga pokok plus (Cost
plus method); |
|||||
|
4. |
Metode lainnya yang dapat
diterima. |
|||||
|
|
Dalam
pelaksanaannya Pemeriksa dapat menggunakan lebih dari satu metode sehingga
diperoleh gambaran mengenai perhitungan harga wajar yang lebih realistis,
khususnya dalam hal data pembukuan kurang lengkap. |
|||||
|
|
2.1. |
Metode harga pasar sebanding Metode
ini diterapkan dengan pembandingan harga transaksi dari pihak yang ada
hubungan istimewa tersebut dengan harga transaksi barang sejenis dengan pihak
yang tidak mempunyai hubungan istimewa (pembanding independen). Metode ini dapat digunakan
dalam hal : |
||||
|
|
|
- |
Terdapat penjualan/pembelian
kepada pihak yang ada hubungan istimewa; |
|||
|
|
|
- |
Maupun kepada pihak lain yang
tidak ada hubungan istimewa; |
|||
|
|
|
- |
Jenis produk sebagai obyek
transaksi relatif sama. |
|||
|
|
|
Dalam
membandingkan harga dimaksud harus diperhatikan kondisi yang menyebabkan
perbedaan harga antara lain sebagai berikut : |
||||
|
|
|
- |
pasar-pasar yang berbeda
secara geografis; |
|||
|
|
|
- |
potongan harga dan potongan
kuantitas (diskon dan rabat); |
|||
|
|
|
- |
kualitas barang; |
|||
|
|
|
- |
biaya transportasi; |
|||
|
|
|
- |
asuransi. |
|||
|
|
|
Perbedaan
harga yang diakibatkan oleh faktor-faktor di atas harus dieliminasi untuk
mendapatkan pembebanan harga yang wajar, dengan demikian penyesuaikan dapat
dilakukan seperlunya sesuai dengan keadaan. Contoh penggunaan metode : |
||||
|
|
|
1. |
- |
PT Z
menyerahkan penjualan barang x kepada afiliasinya PT Y dengan harga franko
tujuan Rp 2.000.000,- |
||
|
|
|
|
- |
PT Z
menyerahkan penjualan barang x kepada pihak ketiga PT. A dengan harga franko
pabrik Rp 2.000.000,- |
||
|
|
|
|
- |
Biaya
pengangkutan dan asuransi Rp 100.000,- Dengan
demikian harga jual wajar barang x kepada PT Y adalah Rp 2.000.000,- + Rp
100.000,- = Rp 2.100.000,- |
||
|
|
|
2. |
- |
PT. M
menyerahkan penjualan barang kepada distributor khusus afiliasinya PT. N
dengan diskon 50%. PT. N melaksanakan juga pergudangan, marketing dan
advertensi untuk kepentingan PT. M. PT. N melakukan penyerahan penjualan
barang yang sama kepada pihak lain yang independen. |
||
|
|
|
|
- |
PT. M
menyerahkan juga penjualan barang yang sama kepada pihak ketiga yang
independen PT.B dengan diskon 25%. |
||
|
|
|
|
- |
Terdapat
perbedaan tingkat distribusi antara PT. N dengan PT. B. Berdasarkan analisa
biaya yang dikeluarkan oleh PT. N, tingka penerimaan hasil (rate of return)
dari perbedaan peran yang dilakukan oleh PT. N dibanding PT. B adalah sebesar
12%. Dengan
demikian perhitungan harga wajar penjualan barang x kepada PT. N adalah
sebagai berikut : |
||
|
|
|
|
- |
diskon wajar bagi PT. N adalah
: 25% + 12% = 37% |
||
|
|
|
|
- |
harga wajar penyerahan barang
kepada PT. N adalah : 100% - 27% = 63% |
||
|
|
2.2. |
Metode harga jual minus Metode
ini dapat dipergunakan dalam hal Wajib Pajak yang diperiksa bergerak dalam
bidang usaha perdagangan yaitu produk yang telah dibeli dijual kembali
(resale) kepada pihak lainnya. Harga yang terjadi pada penjualan kembali
tersebut dikurangi dengan laba kotor (mark up) Wajar (yang mencerminkan
jumlah untuk menutup biaya-biaya dan laba dari si penjual kembali) merupakan
harga jual wajar. Penentuan
harga pasar wajar dengan metode harga jual minus dilakukan dengan
mengurangkan suatu mark up wajar dari harga jual barang yang sama pada mata
rantai berikutnya. Mark up wajar diperoleh dengan membandingkannya dengan
transaksi yang tidak ada hubungan istimewa. Metode
ini dapat dipakai dalam hal : |
||||
|
|
|
- |
Tidak
ada transaksi dengan pihak yang tidak ada hubungan istimewa yang dapat
digunakan sebagai pembanding misalnya pada sistem pemasaran dengan keagenan
tunggal. |
|||
|
|
|
- |
Terdapat
data harga penjualan kembali barang yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa.
|
|||
|
|
|
- |
Tidak
terdapat peroses perubahan barang yang menambah nilai. |
|||
|
|
|
- |
Pihak
pembeli dan penjual dalam hubungan istimewa tidak menambah harga yang besar
pengaruhnya terhadap nilai barang tersebut. |
|||
|
|
|
Contoh
Penggunaan Metode : |
||||
|
|
|
1. |
- |
PT. X
menyerahkan barang kepada afiliasinya PT. A dengan harga Rp 1.000.000,-. PT.
A menyerahkan barang yang sama kepada pihak ketiga PT. D (independen) dengan
harga Rp. 2.000.000,-. |
||
|
|
|
|
- |
PT. C
pihak yang independen juga menyerahkan produk yang sama kepada PT. B (juga
independen) dengan kenaikan harga jual (mark up) 20%. |
||
|
|
|
|
Dengan
demikian harga jual yang wajar dari PT. X kepada PT. A adalah : Rp
2.000.000,- - (20% x Rp 2.000.000,-) = Rp 1.600.000,-. |
|||
|
|
|
2. |
Dari
contoh di atas, apabila PT. X membebankan biaya jaminan terhadap PT. A
sebesar Rp 100.000,- maka harga penjualan wajar kepada PT. A adalah : Rp
1.600.000,- - Rp 100.000,- = Rp 1.500.000,- |
|||
|
|
2.2. |
Metode
harga pokok plus Metode
ini umumnya digunakan pada usaha pabrikasi yang menjual produk kepada
afiliasinya untuk diproses lebih lanjut. Data
persentase laba kotor wajar dapat diperoleh dari : |
||||
|
|
|
- |
Penjualan
kepada pihak ketiga yang independen dari penjual yang juga melakukan
penjualan terhadap afiliasinya. |
|||
|
|
|
- |
Penjualan
oleh pihak-pihak yang independen. |
|||
|
|
|
- |
Komisi
yang diterima oleh suatu agen pembelian dalam hal fungsi penjualan yang
dilakukan oleh penjual adalah sama dengan fungsi penjualan yang dilakukan
oleh agen pembelian tersebut. |
|||
|
|
|
- |
Persentase
laba kotor dari perusahaan sejenis. |
|||
|
|
|
Hal-hal
yang perlu diperhaitkan dalam penerapan metode harga pokok plus antara lain :
|
||||
|
|
|
1. |
Alokasi biaya-biaya terhadap
harga pokok : |
|||
|
|
|
|
a. |
Penentuan biaya langsung : |
||
|
- |
diperhatikan tingkat efisiensi
pemakaian bahan langsung dan jam kerja langsung. |
|||||
b. |
Penentuan biaya tidak langsung : |
||||||
|
|
|
|
|
- |
diperhatikan tingkat efisiensi
bahan tidak langsung serta jam kerja tidak langsung. |
|
- |
pembebanan biaya-biaya tidak
langsung lainnya dari unit-unti yang berbeda terhadap produksi. |
||||||
|
|
|
2. |
Penggunaan metode biaya langsung
(direct costing) dalam penentuan harga jual. |
|||
|
|
|
3. |
Penggunaan
teknologi yang dapat menghemat bahan baku dan jam kerja. |
|||
|
|
|
4. |
Permintaan
harga dari pemesan. |
|||
|
|
|
Contoh penerapan metode : |
||||
|
|
|
1. |
- |
PT. X memproduksi barang
dengan biaya Rp 50.000,- dan menyerahkan barang tersebut kepada afiliasinya
(hubungan istimewa) PT. A dengan harga Rp 90.00,-. |
||
|
|
|
|
- |
PT. Y memproduksi barang
sejenis dengan biaya sebesar Rp 60.000,- dan menjualnya kepada PT. B (tidak
ada hubungan istimewa) dengan harga Rp 100.000,-. |
||
|
|
|
|
Dari penjualan PT Y terlihat
bahwa persentase laba kotor adalah sebesar 40 : 60 = 66,66 % |
|||
BAB IV
STUDI DAN EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN
1. |
Pendahuluan Pengendalian intern adalah
meliputi struktur organisasi dan semua metode serta kebijaksanaan yang
terkoordinasi dalam suatu perusahaan untuk mengamankan harta kekayaannya,
menguji ketepatan dan sampai sejauh mana data akuntansi dapat dipercaya,
memajukan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan yang telah
digariksan. Dalam kaitan pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa, studi dan evaluasi
terhadap Sistem Pengendalian Intern (SPI) ini juga harus dilaksanakan oleh
pemeriksa pajak, sebagaimana diatur dalam Pedoman Pemeriksaan Pajak- hal. 15. Tujuannya adalah : |
|||
|
- |
untuk menentukan ruang lingkup
pemeriksaan; |
||
|
- |
untuk
menentukan apakah Wajib Pajak telah memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku, sehubungan dengan usaha yang
dijalankannya. |
||
|
Tahap studi terhadap SPT yang
harus dilakukan Pemeriksa pajak meliputi : |
|||
|
- |
penelaahan (review) dan
penyajian deskriptif mengenai SPT yang berlaku; dan |
||
|
- |
pengujian ketaatan (compliance
testing) untuk menentukan apakah prosedur pengawasan (control) yang
ditetapkan benar-benar dilaksanakan sesuai dengan rencana. |
||
|
Setelah mempertimbangkan semua
informasi yang didapat pada tahap studi, Pemeriksa dapat mengevaluasi
bagaimana SPT yang berlaku, karakteristik usaha dan transaksi yang terjadi
antara Wajib Pajak dengan pihak lain yang mempunyai hubungan istimewa. |
|||
2. |
Studi SPT dalam Pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa Pada tahap studi (dalam rangka
mendapatkan informasi mengenai Gambaran Umum Wajib Pajak), selain prosedur
yang telah diatur dalam Pedoman Pemeriksaan Pajak tersebut, yang harus
dilakukan oleh Pemeriksa pajak adalah : |
|||
|
2.1 |
Mempelajari LPP dan KKP dari
penugasan terdahulu terutama untuk mendapatkan informasi mengenai : |
||
|
|
- |
permasalahan yang dihadapi
oleh Pemeriksa sebelumnya, |
|
|
|
- |
temuan-temuan yang didapat,
dan |
|
|
|
- |
apakah permasalahan transfer
pricing telah diungkap pada pemeriksaan sebelumnya. |
|
|
2.2 |
Menentukan kewajiban dan
tanggung jawab para pejabat perusahaan berdasarkan struktur organisasi,
deskripsi jabatan dan wawancara terhadap karyawan Wajib Pajak. |
||
|
2.3. |
Mempelajari pedoman
prosedur-prosedur akuntansi (accounting procedures mannual), daftar perkiraan-perkiraan
(chart of accounts), dan bagan organisasi seluruh dunia mengenai nama dan
jenis-jenis perusahaan dan pemilikannya (worldwide organization chart for
names dan types of companies and ownership). |
||
|
2.4 |
Mempelajari korespondensi,
khususnya antara Wajib Pajak dengan perusahaan afiliasi luar negeri yang
meliputi : memorandum, cablegrams, telex, faksimile dsb. |
||
|
2.5 |
Mempelajari Laporan Keuangan
yang telah diaudit Akuntan Publik baik untuk Wajib Pajak maupun untuk
perusahaan afiliasi luar negeri yang telah dikonsolidasi (Audited and
Consolidated Statements), kalau ada. |
||
|
2.6 |
Mempelajari nama dan lokasi
pejabat berwenang baik diperusahaan yang diperiksa maupun di
perusahaan-perusahaan afiliasi luar negeri. |
||
|
2.7 |
Mempelajari semua perjanjian
(agreement) antara Wajib Pajak dengan perusahaan-perusahaan afiliasi luar
negeri, antara lain : |
||
|
|
- |
perjanjian mengenai harga
transfer (transfer price agreements); |
|
|
|
- |
perjanjian mengenai distribusi
(distribution agreements); |
|
|
|
- |
perjanjian jaminan (warranty
agreements); |
|
|
|
- |
perjanjian mengenai advertensi
dan pemasaran; |
|
|
|
- |
perjanjian pembelanjaan
(financing agreements); |
|
|
|
- |
perjanjian manajemen
(management agreements); |
|
|
|
- |
perjanjian lisensi/royalti
(licensing/royalty agreements) |
|
|
|
- |
perjanjian-perjanjian lainnya
(other agreements). |
|
|
|
Setelah
pemeriksa mendapatkan informasi mengenai cara kerja SPT yang berlaku dari
sumber-sumber di atas, informasi tersebut dapat dikompilasi dalam bentuk
Daftar Pertanyaan mengenai SPI (ICQ), deskripsi uraian tertulis (written
narrative descriptions) atau bagan arus dokumen (flowchart). |
||
3. |
Pengujian Ketaatan Pengujian ketaatan (compliance
testing) adalah prosedur pemeriksaan yang didesain untuk memberikan jaminan
yang layak bahwa pengawasan akuntansi yang penting dalam SPI yang berlaku
benar-benar dipakai dan dioperasikan sesuai dengan rencana. |
|||
|
Yang harus dilaksanakan oleh
Pemeriksa pada tahap ini adalah : |
|||
|
- |
pemeriksaan terhadap
bukti-bukti (examination of evidences); |
||
|
- |
reperformance. |
||
|
Pemeriksaan
terhadap bukti-bukti meliputi inspeksi terhadap buku-buku/catatan-catatan,
dokumen-dokumen, laporan-laporan rekonsiliasi dan sebagainya untuk mengetahui
bahwa suatu pengawasan tertentu yang terlihat benar-benar telah dilaksanakan
secara tepat. Sebagai
contoh misalnya inspeksi terhadap tanda tangan atau paraf tertentu yang
tercantum dalam selembar faktur pembelian dari rekanan. Adanya tanda tangan
atau paraf tersebut menunjukkan bahwa faktur tersebut telah dicocokkan dengan
laporan penerimaan barang (receiving report). Reperformance,
meliputi pengulangan (seluruh atau sebagian) dari proses pekerjaan yang sama
seperti yang telah dikerjakan oleh karyawan-karyawan Wajib Pajak. Dalam
kaitan dengan contoh di atas, reperformance dilaksanakan oleh Pemeriksa
dengan cara mencocokkan (matching) faktur pembelian dengan laporan penerimaan
barang yang bersangkutan. Tanda tangan atau paraf yang terlihat pada faktur
tersebut berarti bahwa proses pencocokkan yang dimaksud benar-benar telah
dilaksanakan. Namun demikian terdapat
beberapa masalah pengawasan yang tidak dapat diuji dengan teknik
reperformance, misalnya : |
|||
|
- |
penghitungan fisik atas
barang-barang yang diterima; |
||
|
- |
pengamanan fisik atas
persediaan. |
||
|
Dalam
hal demikian prosedur pengawasan harus diuji dengan teknik observasi atau
hanya jawab (enquiry). Pada saat melakukan pengujian dengan teknik observasi
Pemeriksa harus selalu waspada terhadap kemungkinan bahwa prosedur pengawasan
yang diobservasi tidak dilaksanakan. |
|||
BAB V
PENYUSUNAN AUDIT PROGRAM
Dalam
melaksanakan pemeriksaan terhadap perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan
istimewa, Pemeriksa harus melakukan serangkaian prosedur untuk memperoleh
petunjuk-petunjuk awal tentang adanya hubungan istimewa antara Wajib Pajak yang
diperiksa dengan perusahaan afiliasinya baik di dalam maupun di luar negeri
(terutama yang berkedudukan di Tax haven countries). Kecenderungan yang terjadi
adalah adanya kemungkinan pembukuan transaksi antar Wajib Pajak tersebut dengan
harga yang tidak wajar (not at arm's length price).
Pedoman
penyusunan audit program ini hanya merupakan tambahan (supplement) dari
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP.01/PJ.7/1990 tanggal 15 November
1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak.
1. |
Program Pemeriksaan Umum Secara umum program
pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa bertitik
tolak dari kecendurangan (upaya) untuk mendapatkan beban pajak yang lebih
rendah dari Indonesia : |
||||||||||||||
|
a. |
penggeseran laba kepada
afiliasinya di luar negeri; |
|||||||||||||
|
b. |
penggeseran laba kepada
afiliasinya di dalam negeri terutama yang sedang mengalami kerugian; |
|||||||||||||
|
c. |
penggeseran atau pembebanan
biaya-biaya yang tidak semestinya atau tidak seharusnya dibebankan; |
|||||||||||||
|
d. |
memperbesar jumlah hutang dari
afiliasinya; |
|||||||||||||
|
e. |
memperkecil jumlah aktiva; |
|||||||||||||
|
f. |
memperkecil jumlah modal; |
|||||||||||||
|
g. |
memperkecil jumlah peredaran; |
|||||||||||||
|
h. |
memperkecil jumlah pembelian
dalam unit; |
|||||||||||||
|
i. |
memperbesar jumlah pembelian
dalam rupiah. |
|||||||||||||
|
Berdasarkan hal-hal tersebut
di atas program ini ditekankan kepada bagaimana cara mendeteksi
kecenderungan-kecenderungan tersebut dengan : |
||||||||||||||
|
1. |
meneliti lebih lanjut dan
membuktikan indikasi yang diperoleh pada analisa rasio pada saat melakukan
persiapan pemeriksaan. |
|||||||||||||
|
2. |
meminta dokumen-dokumen
nonfinasial yang berkaitan dengan pos-pos yang diperiksa antara lain : |
|||||||||||||
|
|
a. |
Struktur organisasi Wajib
Pajak beserta afiliasinya; |
||||||||||||
|
|
b. |
Risalah rapat pimpinan
perusahaan; |
||||||||||||
|
|
c. |
Perjanjian pembebanan biaya
(cost-sharing agreement); |
||||||||||||
|
|
d. |
Perjanjian mengenai pembagian
daerah pemasaran per jenis barang/jasa yang dihasilkna yang merupakan pusat
laba dan biaya; |
||||||||||||
|
|
e. |
Keputusan pimpinan perusahaan
mengenai kebijaksanaan harga; |
||||||||||||
|
|
f. |
Kebijaksanaan mengenai hutang
piutang antar afiliasi; |
||||||||||||
|
|
g. |
Kebijaksanaan pemilikan dan
penguasaan aktiva tetap antar afiliasi; |
||||||||||||
|
|
h. |
Kebijaksanaan pembebanan fee;
sewa; komisi; bunga dan alokasi biaya dari pemakaian aktiva tetap atau aktiva
tidak berwujud antar afiliasi; |
||||||||||||
|
|
i. |
Arsip surat masuk dan surat
keluar antara Wajib Pajak yang diperiksa, termasuk telex dan facsimili. |
||||||||||||
2. |
Program Pemeriksaan
Catatan-catatan Nonfinasial |
||||||||||||||
|
2.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk menentukan/mengetahui : |
|||||||||||||
|
|
a. |
Keabsahan dokumen-dokumen tsb. |
||||||||||||
|
|
b. |
Ada
tidaknya hubungan istimewa dan hubungan ekonomis antara Wajib Pajak yang
diperiksa dengan afiliasinya. |
||||||||||||
|
|
c. |
Seluruh
kebijaksanaan perusahaan. |
||||||||||||
|
|
d. |
Pembagian
biaya-biaya yang seharusnya dibebankan. |
||||||||||||
|
|
e. |
Jumlah persentase kekuatan pasar dari barang/jasa
yang diproduksi dan dipasarkan oleh Wajib Pajak yang diperiksa. |
||||||||||||
|
|
f. |
Kewajaran
kebijaksanaan harga untuk pihak ketiga dan afiliasi. |
||||||||||||
|
|
g. |
Kebenaran
dan kelengkapan jumlah hutang/piutang antara Wajib Pajak yang diperiksa dan
afiliasinya. |
||||||||||||
|
|
h. |
Ada-tidaknya
transfer modal, jual beli aktiva tetap, dan kewajaran nilainya. |
||||||||||||
|
|
i. |
Kewajaran
pembayaran fee, komisi, royalti, bunga dan alokasi biaya atas pemakaian
aktiva tetap. |
||||||||||||
|
|
j. |
Kebijaksanaan
umum operasi perusahaan. |
||||||||||||
|
2.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
|||||||||||||
|
|
a. |
Telaah semua dokumen
nonfinansial yang diperoleh. |
||||||||||||
|
|
b. |
Catat semua temua yang berguna untuk pembuktian
adanya hubungan istimewa dan hubungan ekonomis antara Wajib Pajak yang
diperiksa dan afiliasinya. |
||||||||||||
|
|
c. |
Catat indikasi-indikasi adanya kemungkinan
masalah transfer pricing antara Wajib Pajak yang diperiksa dengan
afiliasinya. |
||||||||||||
|
|
d. |
Ungkapkan
dan tuangkan hasil temuan-temuan tersebut di atas ke dalam KKP. |
||||||||||||
3. |
Pemeriksaan Pos-Pos Neraca |
||||||||||||||
|
3.1 |
Pemeriksaan Kas dan bank |
|||||||||||||
|
|
3.1.1 |
Tujuan Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Untuk
menentukan adanya kontribusi kas dan bank dari perusahaan afiliasi yang
merupakan penggantian biaya yang telah dikeluarkan lebih dahulu oleh Wajib
Pajak yang diperiksa. |
|||||||||||
b. |
Untuk
mengetahui transfer kas/bank ke perusahaan afiliasi Wajib Pajak yang
diperiksa, apakah transfer tersebut memang ada relevansinya dengan kegiatan
usaha Wajib Pajak. |
||||||||||||||
|
|
3.1.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Periksa dengan teliti dan seksama
bukti-bukti penerimaan kas dan bank yang tidak berkaitan dengan transaksi
penjualan dan penerimaan piutang. |
|||||||||||
b. |
Periksa dengan teliti dan seksama
bukti-bukti pengeluaran kas/bank yang tidak berkaitan dengan transaksi
pembelian, pembayaran hutang, dan biaya-biaya rutin lainnya. |
||||||||||||||
c. |
Ungkapkan dan tuangkan hasil
temuan-temuan tersebut diatas kedalam KKP. |
||||||||||||||
|
3.2 |
Program Pemeriksaan Investasi
Sementara |
|||||||||||||
|
|
3.2.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk
menentukan ada-tidaknya transaksi jual-blei investasi di antara perusahaan
afiliasi yang kemudian dijual kembali kepada pihak ketiga (unrelated
company). Selain
itu juga menentukan apakah laba hasil penjualan investasi sementara tersebut
telah dilaporkan oleh pihak perusahaan afiliasi yang seharusnya berhak atas
laba tersebut. |
||||||||||||
|
|
3.2.2 |
Prosedur Pemeriksaan Sebelum
diuraikan mengenai prosedur pemeriksaan di bahwa ini diberikan contoh atas
transaksi jual beli investasi sementara yang dilakukan oleh perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa : PT.A
memiliki 100% saham PT. B; kedua perusahaan tersebut berkedudukan di dalam
negeri yang berlainan wilayahnya. Kemudian
saham yang dibeli PT. B dijual ke PT. A dengan harga pokok (et cost).
Selanjutnya pada saat itu juga PT. A menjual saham yang dibelinya itu kepada
PT. D yang tidak ada hubungan istimewa baik dengan PT. A maupun dengan PT. B.
Dari hasil penjualan tersebut PT. A memperoleh laba sebesar Rp. 90.000.000,- Dari
kasus ini seharusnya yang berhak atas laba penjualan saham ke PT. D tersebut
adalah PT. B atau sesuai dengan fungsinya PT. A dapat dialokasikan sebagian
penghasilan sebagai imbalan atas jasa penjualan tersebut. Dengan demikian
harus diadakan koreksi terhadap laporan keuangan PT. A maupun PT. B. |
||||||||||||
|
3.3 |
Program Pemeriksaan Piutang
Usaha |
|||||||||||||
|
|
3.3.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk menentukan jumlah
piutang usaha kepada perusahaan afiliasinya. Dengan demikian dapat ditentukan
wajar tidaknya transfer pricing. |
||||||||||||
|
|
3.3.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Periksa
buku besar/buku pembantu piutang apakah terdapat nama debitur yang merupakan
perusahaan afiliasi. |
|||||||||||
b. |
Apabila
ada, pisahkan dari nama debitur yang independen, kemudian hitung jumlah
piutangnya dan telusuri ke faktur penjualannya. |
||||||||||||||
c. |
Apabila
penyebab timbulnya piutang usaha tersebut mempunyai harga pembanding di
pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi ke sumber informasi yang tersedia,
bandingkan hasil konfirmasi tersebut dengan harga yang dilakukan oleh Wajib
Pajak. |
||||||||||||||
d. |
Apabila
penyebab timbulnya piutang di luar usaha tersebut tidak mempunyai harga
pembanding di pasaran bebas maka lakukan metode pemeriksaan seperti diuraikan
pada Bab. III. |
||||||||||||||
|
3.4 |
Program Pemeriksaan Piutang di
Luar Usaha |
|||||||||||||
|
|
3.4.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk menentukan : |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Ada-tidaknya
Piutang di luar usaha antar perusahaan afiliasi akibat transaksi yang bukan
jual-beli barang dagangan. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Apabila ada, apakah
persyaratan transaksi tersebut sudah wajar. |
|||||||||||
|
|
3.4.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Periksa
buku besar/buku pembantu piutang di luar usaha apakah terdapat debitur yang
merupakan perusahaan afiliasi. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Apabila ada, pisahkan dari
debitur yang independen, kemudian periksa transaksi yang menyebabkan
timbulnya piutang di luar usaha tersebut dengan menelusuri ke bukti aslinya
dan tentukan kewajaran persyaratan transaksi tersebut. |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Apabila
penyebab timbulnya piutang di luar usaha tersebut mempunyai harga pembanding
di pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi ke sumber informasi yang tersedia,
bandingkan hasil kofirmasi tersebut dengan harga yang dibukukan oleh Wajib
Pajak. |
|||||||||||
|
|
|
d. |
Apabila penyebab timbulnya
piutang di luar usaha tersebut tidak mempunyai harga pembanding di pasaran
bebas maka lakukan metode pemeriksaan seperti diuraikan pada Bab. III. |
|||||||||||
|
3.5 |
Program Pemeriksaan Persediaan
|
|||||||||||||
|
|
3.5.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk menentukan harga wajar
persediaan yang dimiliki/kuasai oleh Wajib Pajak. Sebagai akibat dari
kemungkinan adanya kekurangwajaran harga transfer antar pihak yang mempunyai
hubungan istimewa maka nilai persediaan dapat over/under stated apabila dibanding
dengan harga yang terjadi antara pihak independen. |
||||||||||||
|
|
3.5.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Tentukan semua jenis
Persediaan : |
|||||||||||
|
|
|
|
- |
Persediaan bahan baku; |
||||||||||
|
|
|
|
- |
Persediaan bahan setengah
jadi; dan |
||||||||||
|
|
|
|
- |
Persediaan barang jadi. |
||||||||||
|
|
|
b. |
Mintakan daftar harga : |
|||||||||||
|
|
|
|
- |
Pembelian bahan baku |
||||||||||
|
|
|
|
- |
Penjualan barang jadi |
||||||||||
|
|
|
c. |
Periksa
buku pembelian atau penjualan, apakah terdapat transaksi pembelian atau
penjualan dari/ke perusahaan afiliasi, apabila ada telusuri ke bukti aslinya. |
|||||||||||
|
|
|
d. |
Apabila
persediaan tersebut terdapat di pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi dan
bandingkan hasil konfirmasi tersebut dengan harga yang dipakai oleh Wajib
Pajak, (sumber informasi untuk konfirmasi lihat pada Bab. II butir 1.4.2) |
|||||||||||
|
|
|
e. |
Apabila
jenis persediaan tersebut tidak terdapat di pasaran bebas, lakukan
penghitungan kembali harga beli dan harga jual tersebut dengan menggunakan
metode pemeriksaan yang telah diuraikan dalam Bab III. |
|||||||||||
|
3.6 |
Program Pemeriksaan Investasi
Jangka Panjang |
|||||||||||||
|
|
3.6.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk menentukan apakah
investasi jangka panjang tersebut menimbulkan hubungan istimewa atau tidak. |
||||||||||||
|
|
3.6.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Periksa
daftar mutasi investasi jangka panjang. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Periksa bukti-bukti pendukung
transaksi jual-belinya. |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Untuk
mendapatkan harga pasar investasi jangka panjang, lakukan konfirmasi ke bursa
saham. |
|||||||||||
|
|
|
d. |
Periksa kebenaran jurnal
eliminasinya. |
|||||||||||
|
|
|
e. |
Apabila
ada pengalihan investasi jangka panjang ke perusahaan afiliasi, maka hitung
besarnya laba yang wajar atas transaksi penjualan investasi jangka tersebut. |
|||||||||||
|
3.7. |
Program Pemeriksaan Aktiva
Tetap Berwujud |
|||||||||||||
|
|
3.7.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk
menentukan harga yang wajar apabila aktiva tetap tersebut diperoleh/dijual
dari/ke perusahaan afiliasi. |
||||||||||||
|
|
3.7.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Teliti
perusahaan yang menjadi penyalur aktiva tetap yang dimiliki oleh Wajib Pajak
yang diperiksa melalui bukti aslinya. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Apabila penjual/pembeli aktiva
tetap tersebut adalah perusahaan afiliasi, maka periksa kewajaran harga
jual/beli dari aktiva yang bersangkutan. |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Apabila
aktiva tetap tersebut terdapat di pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi dan
bandingkan hasil konfirmasi tersebut dengan harga yang dipakai oleh Wajib
Pajak, (sumber informasi untuk konfirmasi lihat pada Bab. II, butir 1.4.2) |
|||||||||||
|
|
|
d. |
Apabila jenis aktiva tetap
tersebut tidak terdapat di pasaran bebas, lakukan penghitungan kembali harga
beli dan harga jual tersebut dengan menggunakan metode pemeriksaan yang telah
diuraikan dalam Bab. III. |
|||||||||||
|
3.8 |
Program Pemeriksaan Harta
Tidak Berwujud |
|||||||||||||
|
|
3.8.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk menentukan harga yang
wajar apabila harta tidak berwujud tersebut diperoleh/dijual dari/ke
perusahaan afiliasi. |
||||||||||||
|
|
3.8.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Teliti
perusahaan yang menjadi penjual/pembeli harta yang tidak berwujud yang
dimiliki oleh Wajib Pajak yang diperiksa melalui bukti aslinya. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Lakukan penghitungan kembali
harga beli dan harga jual tersebut dengan menggunakan metode pemeriksaan yang
telah diuraikan dalam Bab. III> |
|||||||||||
|
3.9. |
Program Pemeriksaan Piutang
Direksi dan Karyawan |
|||||||||||||
|
|
3.9.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk menentukan kelayakan
jumlah piutang Direksi dan Karyawan yang mempunyai hubungan istimewa dengan
Wajib Pajak yang diperiksa. |
||||||||||||
|
|
3.9.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Periksa
buku besar/tambahan Piutang Direksi dan Karyawan. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Periksa apakah terdapat nama
Direksi dan Karyawan yang mempunyai hubungan istimewa. |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Apabila
ada, maka periksa lebih lanjut penyebab timbulnya piutang tersebut. |
|||||||||||
|
|
|
d. |
Apabila terjadinya piutang
Direksi danKaryawan tersebut karena penjualan barang, maka periksa apakah
harga jualnya menggunakan harga wajar. |
|||||||||||
|
|
|
e. |
Apabila
terjadinya piutang Direksi dan Karyawan tersebut karena peminjaman uang,
periksa apakah di dalam perjanjian hutang-piutang antara Direksi dan Karyawan
tersebut dibebani bunga, apabila ada maka apakah bunga itu menggunakan tarip
yang wajar. |
|||||||||||
|
3.10 |
Program Pemeriksaan Hutang
Usaha |
|||||||||||||
|
|
3.10.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk
menentukan kelayakan hutang usaha yang berasal dari perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak. |
||||||||||||
|
|
3.10.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Periksa
buku besar/pembantu Hutang Usaha. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Periksa apakah terdapat
kreditur yang mempunyai hubungan istimewa. |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Apabila
aa, maka periksa kewajaran pembebanan harga pembeliannya. |
|||||||||||
|
|
|
d. |
Apabila barang/jasa yang
dibeli tersebut terdapat di pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi ke sumber
informasi. |
|||||||||||
|
|
|
e. |
Apabila
barang/jasa yang dibeli tersebut tidak terdapat di pasaran bebas, maka lakukan
metode pemeriksaan seperti diuraikan pada Bab. III. |
|||||||||||
|
|
|
f. |
Pembayaran
hutanb usaha kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa (persero) yang
melebihi jumlah harga beli wajar dapat dianggap sebagai pembayaran dividen. |
|||||||||||
|
3.11 |
Program Pemeriksaan Hutanb
Bank/Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan Cerukan (Overdraft) |
|||||||||||||
|
|
3.11.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk menentukan bahwa
terjadinya hutang Bank dan LKBB tidak berasal dari pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa. |
||||||||||||
|
|
3.11.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Mintakan
perjanjian hutang tersebut dari Wajib Pajak. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Periksa buku besar/buku
pembantu hutang Bank/LKBB. |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Periksa
apakah Bank/LKBB yang memberikan pinjaman tersebut tidak mempunyai hubungan
istimewa. |
|||||||||||
|
|
|
d. |
Apabila terdapat hubungan istimewa,
apakah bunga pinjaman yang dibebankan kepada Wajib Pajak menggunakan tarip
yang wajar. |
|||||||||||
|
|
|
e. |
Lakukan
konfirmasi ke sumber informasi untuk membandingkan tingkat bunga yang berlaku
pada saat terjadinya hutang Bank/LKBB tersebut. |
|||||||||||
|
|
|
f. |
Lakukan
analisa sumber dan penggunaan dana untuk mengetahui, bahwa hutang Bank/LKBB
tersebut benar-benar digunakan untuk operasi perusahaan. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa Hutang Bank/LKBB tersebut bukan merupakan penggeseran
modal. |
|||||||||||
|
3.12 |
Program Pemeriksaan Hutang Di
Luar Usaha |
|||||||||||||
|
|
3.12.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk menentukan bahwa
terjadinya hutang di luar usaha dilakukan dengan persyaratan yang wajar. |
||||||||||||
|
|
3.12.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Periksa
Buku Besar/pembantu hutang di luar usaha. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Periksa apakah terdapat nama
kreditur yang mempunyai hubungan istimewa. |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Apabila
ada, periksa lebih lanjut penyebab timbulnya hutang di luar usaha dan apakah
nilai yang digunakan sudah memakai harga yang wajar. |
|||||||||||
|
|
|
d. |
Apabil terdapat transfer
price, maka lakukan perhitungan penyebab timbulnya hutang di luar usaha itu
dengan menggunakan metode yang telah diuraikan pada Bab. III |
|||||||||||
|
|
|
e. |
Lakukan
analisa sumber dan penggunaan dana untuk meyakinkan bahwa dana yang diperoleh
dari hutang di luar usaha benar-benar digunakan untuk operasi perusahaan dan
bukan merupakan pembayaran dimuka untuk kontribusi modal (penyertaan
terselubung) atau distribusi yang berhubungan dengan saham perusahaan. |
|||||||||||
|
3.13 |
Program Pemeriksaan Biaya yang
Masih Harus Dibayar |
|||||||||||||
|
|
3.13.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk menentukan bahwa jumlah
biaya yang masih harus dibayar adalah benar-benar timbul dari transaksi yang
telah dilakukan dengan nilai wajar. |
||||||||||||
|
|
3.13.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Periksa
buku besar/pembantu biaya yang masih harus dibayar. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Periksa apakah terdapat nama
kreditur masih mempunyai hubungan istimewa. |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Apabila
ada, maka periksa lebih lanjut apakah nilai biaya yang masih harus dibayar
dibukukan dengan harga yang wajar. |
|||||||||||
|
|
|
d. |
Untuk mengetahui apakah pos
tersebut dibukukan dengan wajar atau tidak, lakukan konfirmasi ke sumber
informasi apabila penyebab timbulnya biaya yang masih harus dibayar dapat
diperbandingkan. Namun, apabila tidak dapat diperbandingkan lakukan dengan
metode yang telah diuraikan dalam Bab. III. |
|||||||||||
|
|
|
e. |
Lakukan
analisa sumber dan penggunaan dana untuk meyakinkan bahwa biaya yang dibayar
dimuka tersebut bukan merupakan kontribusi dari modal atau distribusi yang
berhubungan dengan saham perusahaan. |
|||||||||||
4. |
PEMERIKSAAN
POS-POS RUGI-LABA |
||||||||||||||
|
4.1 |
Program Pemeriksaan Peredaran
Usaha |
|||||||||||||
|
|
4.1.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk
menentukan bahwa transaksi penjualan ke perusahaan afiliasi telah dibukukan
dengan harga yang wajar. |
||||||||||||
|
|
4.1.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Dapatkan
dan buatkan daftar pelanggan yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib
Pajak. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Periksa
buku besar/pembantu pelanggan yang mempunyai hubungan istimewa tersebut, dan
telusuri ke bukti asli (faktur penjualan). |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Bandingkan
harga jual pelanggan yang mempunyai hubungan istimewa dengan harga jual ke
pelanggan yang tidak mempunyai hubungan istimewa. |
|||||||||||
|
|
|
d. |
Apabila
seluruh penjualan dilakukan hanya ke perusahaan afiliasi, maka prosedur yang
dilakukan adalah : |
|||||||||||
|
|
|
|
- |
Konfirmasi
ke sumber informasi, apabila barang yang dijual terdapat di pasaran bebas. |
||||||||||
|
|
|
|
- |
Apabila
barang/jasa yang dijual tersebut tidak terdapat di pasaran bebas, maka
lakukan penilaian dengan metode yang telah diuraikan pada Bab. III. |
||||||||||
|
4.2 |
Program Pemeriksaan Potongan
Penjualan |
|||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||
|
|
4.1. |
Tujuan Pemeriksaan Untuk
menentukan kewajaran besarnya potongan penjualan yang diberikan kepada
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa |
||||||||||||
|
|
4.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Dapatkan
kebijaksanaan potongan penjualan Wajib Pajak. Bandingkan dengan praktes
bisnis sejenis. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Periksa
dan teliti potongan penjualan yang diberikan kepada perusahaan afiliasi,
apakah sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Wajib Pajak. |
|||||||||||
|
4.3 |
Program Pemeriksaan Pembelian |
|||||||||||||
|
|
4.3.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk
menentukan kewajaran harga pembelian barang/jasa dari perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa. |
||||||||||||
|
|
4.3.2 |
Program Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Dapatkan
daftar penyalur dari barang/jasa yang dibeli. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Periksa
dan teliti daftar tersebut apakah terdapat penyalur yang mempunyai hubungan
istimewa dengan Wajib Pajak, dan telusuri ke bukti aslinya. |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Apabila
ada, periksa dan teliti apakah nilai pembelian barang/jasa tersebut telah
dibukukan dengan nilai yang wajar dengan jalan : |
|||||||||||
|
|
|
|
- |
Konfirmasi ke sumber
informasi, apabila barang/jasa tersebut dijual di pasaran bebas. |
||||||||||
|
|
|
|
- |
Apabila barang/jasa yang
dibeli tersebut tidak terdapat di pasaran bebas, maka lakukan perhitungan
dengan metode yang telah dijelaskan pada Bab. III. |
||||||||||
|
4.4 |
Program Pemeriksaan
Penghasilan di Luar Usaha |
|||||||||||||
|
|
4.4.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk
menentukan kewajaran jumlah penghasilan di luar usaha yang diperoleh dari
transaksi dengan perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa, seperti bunga,
dividen, royalti, sewa, dan imbalan jasa lainnya. |
||||||||||||
|
|
4.4.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Dapatkan
dokumen-dokumen persetujuan yang berhubungan dengan penghasilan di luar usaha
tersebut. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Periksa
dan teliti syarat-syarat yang tertera di dalam dokumen tersebut. |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Bandingkan
syarat-syarat tersebut dengan dokumen-dokumen persetujuan yang dibuat Wajib
Pajak dengan perusahaan yang tidak mempunyai hubungan istimewa. |
|||||||||||
|
|
|
d. |
Apabila
tidak terdapat dokumen pembanding maka lakukan konfirmasi ke sumber
informasi. |
|||||||||||
|
|
|
e. |
Apabila
tidak tersedia data pembanding dari sumber informasi, maka lakukan penilaian
dengan metode yang telah diuraikan pada Bab. III. |
|||||||||||
|
4.5 |
Program Pemeriksaan Biaya
Usaha |
|||||||||||||
|
|
4.5.1 |
Tujuan Pemeriksaan Untuk
menentukan kewajaran jumlah biaya usaha yang dibebankan atas transaksi dengan
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa, seperti bunga, royalti, sewa,
dan |
||||||||||||
|
|
4.5.2 |
Prosedur Pemeriksaan |
||||||||||||
|
|
|
a. |
Dapatkan
dokumen-dokumen persetujuan yang berhubungan dengan biaya-biaya tersebut di
atas. |
|||||||||||
|
|
|
b. |
Periksa
dan teliti syarat-syarat yang tertera pada dokumen tersebut. |
|||||||||||
|
|
|
c. |
Bandingkan
syarat-syarat tersebut dengan dokumen-dokumen persetujuan yang dibuat Wajib
Pajak dengan perusahaan yang tidak mempunyai hubungan istimewa. |
|||||||||||
|
|
|
d. |
Apabila
tidak terdapat dokumen pembanding, maka lakukan konfirmasi ke sumber
informasi seperti tersebut pada Bab II paragraf 1.4.2. |
|||||||||||
|
|
|
e. |
Apabila
tidak tersedia data pembanding dari sumber informasi, maka lakukan penilaian
dengan metode yang telah diuraikan pada Bab. III. |
|||||||||||
BAB VI
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
1. |
Untuk melengkapi Pedoman
Pemeriksaan Pajak, maka kertas kerja pemeriksaan harus ditambah dengan : |
|
|
Kertas kerja hasil persiapan
pemeriksaan : |
|
|
a. |
Bagan organisasi kepemilikan
saham terhadap afiliasinya. |
|
b. |
Karakteristik usaha Wajib
Pajak. |
|
c. |
Analisa rasio. |
|
d. |
Identifikasi masalah. |
|
e. |
Tehnik dan metode pemeriksaan
yang digunakan. |
|
f. |
Sumber informasi yang akan
dilakukan konfirmasi. |
2. |
Audit program untuk perusahaan
yang mempunyai hubungan istimewa : |
|
|
a. |
Hasil pemeriksaan
dokumen-dokumen nonfinansial. |
|
b. |
Hasil pemeriksaan pos-pos
Neraca. |
|
c. |
Hasil pemeriksaan pos-pos rugi
laba. |
Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal
Pajak |
||
Nomor |
: |
Kep-01/PJ.7/1993 |
Tanggal |
: |
9 Maret 1993 |
ANALISIS
FUNGSIONAL BENTUK USAHA TETAP
DAFTAR ISIAN MASALAH UMUM, ADMINISTRASI DAN PENJUALAN
NAMA WAJIB PAJAK |
: |
|
ALAMAT KANTOR |
: |
|
NAMA PIMPINAN |
: |
|
|
BERI
TANDA (X) PADA KOLOM YANG SESUAI UNTUK MENENTUKAN SIAPA YANG MELAKSANAKAN
TUGAS / FUNGSI KEGIATAN PADA MASING-MASING PERUSAHAAN |
|
|||
|
K E G I
A T A N |
BUT |
INDUK |
||
1. |
Menyusun
kebutuhan keuangan dan anggaran untuk kelompok |
..... |
..... |
||
2. |
Merencanakan
/ membuat keputusan untuk mengadakan investasi |
..... |
..... |
||
3. |
Menetapkan
kebijaksanaan harga |
..... |
..... |
||
4. |
Membeli
barang jadi |
..... |
..... |
||
5. |
Mengawasi
pembelian dan penyimpanan barang jadi |
..... |
..... |
||
6. |
Melaksanakan
pengendalian persediaan |
..... |
..... |
||
7. |
Mengirimkan
barang jadi |
..... |
..... |
||
8. |
Menutup
Asuransi |
..... |
..... |
||
9. |
Menjamin
hasil produksi |
..... |
..... |
||
10. |
Menangani
perlindungan hak paten/merk dagang |
..... |
..... |
||
11. |
Menaksir
kerusakan/kesusutan persediaan barang |
..... |
..... |
||
12. |
Menetapkan
jangka waktu kredit |
..... |
..... |
||
13. |
Menaksir
resiko kredit macet |
..... |
..... |
||
14. |
Menyusun
sistim akuntansi / perangkat lunak komputer |
..... |
..... |
||
15. |
Menyimpan
/ mengamankan data akuntansi |
..... |
..... |
||
16. |
Melakukan
administrasi pajak |
..... |
..... |
||
17. |
Menangani
tuntutan klaim langganan |
..... |
..... |
||
18. |
Menangani
rekening-rekening dan penagihan |
..... |
..... |
||
19. |
Menangani
masalah-masalah yang berhubungan dengan peraturan pemerintah |
..... |
..... |
||
20. |
Menyimpan
data statistik dan laporan keuangan |
..... |
..... |
||
21. |
Mengawasi
tenaga penjualan dan menghubungi langganan |
..... |
..... |
||
22. |
Menyusun
anggaran belanja untuk biaya umum administrasi dan penjualan |
..... |
..... |
||
23. |
Menetapkan
gaji dan insentif lainnya. |
..... |
..... |
||
24. |
Menyusun
materi pelatihan dan melatih karyawan bagian penjualan, umum dan administrasi |
..... |
..... |
||
Saya yang
bertanda tangan di bawah ini telah mengisi daftar isian tersebut dengan benar
dan menyadari dengan sepenuhnya segala akibat serta sanksi-sanksi
perpajakannya.
Tanda Tangan |
: |
|
Nama |
: |
|
Lampiran II Keputusan Direktur Jenderal
Pajak |
||
Nomor |
: |
Kep-01/PJ.7/1993 |
Tanggal |
: |
9 Maret 1993 |
ANALISIS
FUNGSIONAL BENTUK USAHA TETAP
DAFTAR ISIAN MASALAH PEMASARAN
NAMA WAJIB PAJAK |
: |
|
ALAMAT KANTOR |
: |
|
NAMA PIMPINAN |
: |
|
BERI
TANDA (X) PADA KOLOM YANG SESUAI UNTUK MENENTUKAN SIAPA YANG MELAKSANAKAN TUGAS
/ FUNGSI KEGIATAN PADA MASING-MASING PERUSAHAAN
|
K E G I
A T A N |
BUT |
INDUK |
1. |
Mengawasi
kegiatan pemasaran perusahaan |
..... |
..... |
2. |
Menyusun
tema baru untuk iklan dan promosi |
..... |
..... |
3. |
Menyusun
materi pelatihan karyawan |
..... |
..... |
4. |
Menyusun
rencana pemasaran untuk produk baru |
..... |
..... |
5. |
Mengkoordinasikan
pelaksanaan strategi pemasaran yang direncanakan dari anak perusahaan di luar
negeri |
..... |
..... |
6. |
Menyetujui
otorisasi produk |
..... |
..... |
7. |
Merancang
dan menyusun bahan pengepakan untuk menerapkan strategi pemasaran |
..... |
..... |
8. |
Merencanakan
dan menyusun iklan di TV |
..... |
..... |
9. |
Mengkoordinasikan
jadwal produksi dengan bagian produksi |
..... |
..... |
10. |
Merencanakan
dan menyusun bentuk iklan dan media yang akan digunakan (TV, Radio, majalah
katalog) |
..... |
..... |
11. |
Merencanakan
perjanjian perdagangan dan pameran. |
..... |
..... |
12. |
Menentukan
kebutuhan karyawan |
..... |
..... |
13. |
Menetapkan
gaji dan perangsang lainnya |
..... |
..... |
14. |
Menentukan
kebijaksanaan harga dan menyesuaikan dengan anak perusahaan diluar negeri. |
..... |
..... |
15. |
Menetapkan
jangka waktu kredit |
..... |
..... |
16. |
Bertanggung
jawab menghubuni langganan |
..... |
..... |
17. |
Mengawasi
tenaga penjualan |
..... |
..... |
18. |
Melakukan
Riset Pasar. |
..... |
..... |
19. |
Mengenali
kebutuhan untuk perubahan produk |
..... |
..... |
20. |
Menyimpan
barang jadi |
..... |
..... |
21. |
Mengirimkan
produk dan penutupan asuransi |
..... |
..... |
22. |
Menggaransi
produk |
..... |
..... |
Saya yang
bertanda tangan di bawah ini telah mengisi daftar isian tersebut dengan benar
dan menyadari dengan sepenuhnya segala akibat serta sanksi-sanksi
perpajakannya.
Tanda Tangan |
: |
|
Nama |
: |
|
Lampiran III Keputusan Direktur Jenderal
Pajak |
||
Nomor |
: |
Kep-01/PJ.7/1993 |
Tanggal |
: |
9 Maret 1993 |
DAFTAR
ISIAN
UNTUK WAJIB PAJAK BADAN YANG MEMILIKI ATAU DIMILIKI OLEH BADAN USAHA INDONESIA
LAIN
Untuk tahun pajak yang dimulai ............... 19.. dan berakhir
.................. 19..
BAGIAN I Yang mengisi
laporan ini |
||||||||||||||
1.a |
Nama Wajib Pajak :
................... |
1.b. |
N.P.W.P : ................... |
|
||||||||||
2. |
Jumlah lampiran A-2 yang dibuat
tahun ini : ................... lembar |
|||||||||||||
BAGIAN II Badan usaha
lain yang ada hubungan keterkaitan |
||||||||||||||
3.a |
Nama dan alamat :
................... |
3.b |
N.P.W.P : ................... |
|
||||||||||
Jenis hubungan (pilih yang
sesuai) |
||||||||||||||
4.a |
Kegiatan usaha utama :
................... |
4.b |
K.L.U : ................... |
4.c. Kota-kota tempat usaha
dilakukan |
||||||||||
BAGIAN III
Transaksi-transaksi keuangan antara yang memberi lampiran ini dengan Badan
Usaha tersebut pada Bagian II |
||||||||||||||
1 |
Penjualan barang dagangan |
1 ____________ |
||||||||||||
2 |
Penjualan barang lain |
2 ____________ |
||||||||||||
3 |
Sewa/royalti yang diterima
(diluar yang berasal dari penggunaan hak-hak tertentu) |
3 ____________ |
||||||||||||
4 |
Penghasilan dari penggunaan
hak-hak tertentu, misalnya : patent, merek dagang, resep-resep dan
sebagainya. |
4 ____________ |
||||||||||||
5 |
Penghasilan dari jasa teknik,
management, engineering dan lain-lain |
5 ____________ |
||||||||||||
6 |
Komisi yang diterima |
6 ____________ |
||||||||||||
7 |
Jumlah
Hutang |
a. |
Saldo
awal |
b. |
Saldo akhir |
7b ____________ |
||||||||
8 |
Bunga yang diterima |
8 ____________ |
||||||||||||
9 |
Premi yang diterima (asuransi
atau reasuransi) |
9 ____________ |
||||||||||||
10 |
Jumlah nomor 1 sampai dengan
nomor 9 |
10 ____________ |
||||||||||||
11 |
Pembelian barang dagangan |
11 ____________ |
||||||||||||
12 |
Pembelian barang lain |
12 ____________ |
||||||||||||
13 |
Sewa royalti yang dibayar
(diluar yang untuk penggunaan hak-hak) |
13 ____________ |
||||||||||||
14 |
Pembayaran atas hak-hak,
misalnya : patent, merek dagang, dan sebagainya |
14 ____________ |
||||||||||||
15 |
Pembayaran untuk jasa teknik,
management, engineering, konstruksi, ilmu pengetahuan dan sebagainya |
15 ____________ |
||||||||||||
16 |
Pembayaran komisi |
16 ____________ |
||||||||||||
17 |
Jumlah pihutang/yang
dipinjam |
a. |
Saldo awal |
b. |
Saldo akhir |
17 ____________ |
||||||||
18 |
Pembayaran Bunga |
18 ____________ |
||||||||||||
19 |
Pembayaran Premi
asuransi/reasuransi |
19 ____________ |
||||||||||||
20 |
Jumlah nomor 11 sampai dengan
nomor 19 |
20 ____________ |
||||||||||||
BAGIAN
IV Jelaskan semua "Transaksi Non-moneter" dan "Transaksi yang
tidak ada pembayaran uangnya" antara pembuat laporan ini dengan badan
usaha di atas (tambahkan lembar lain - lihat petunjuk) |
||||||||||||||
BAGIAN V Lengkapi
pertanyaan di bawah ini |
||||||||||||||
1. |
Apakah Wajib Pajak yang
mengisi lampiran ini dimiliki atau memiliki 50% saham Badan Usaha Indonesia
lainnya |
|||||||||||||
2. |
Apakah tarip pajak
terendah 15% digunakan lebih dari satu kali dalam grup perusahaan
Saudara Wajib Pajak ? |
|||||||||||||
3. |
Nama, alamat, NPWP dari perusahaan
dalam group perusahaan Saudara yang menggunakan tarip pajak terendah |
|||||||||||||
PETUNJUK
DAFTAR ISIAN
UNTUK WAJIB PAJAK BADAN YANG MEMILIKI ATAU DIMILIKI OLEH BADAN USAHA INDONESIA
LAIN
BAGIAN I Isi dengan keterangan lengkap
tentang perusahaan yang membuat/mengisi Lampiran ini. |
|||
Baris 2 |
Formulir ini dibuat untuk
tiap-tiap Wajib Pajak dalam negeri yang ada hubungannya (yang berkaitan).
Cantumkan jumlah formulir A-2 yang dibuat untuk tahun pajak yang dilaporkan. |
||
BAGIAN II |
|||
Baris 1 |
: |
Isi dengan nama dan alamat
Wajib Pajak yang terkait. |
|
Baris 2 |
: |
Isi dengan N.P.W.P. Wajib
Pajak di atas. |
|
Baris 3 |
: |
Beri tanda pada kota yang
sesuai dengan jenis keterkaitan antara pembuat lampiran ini dengan perusahaan
terkait. |
|
|
|
- |
"Dikuasai
oleh pembuat lampiran", maksudnya adalah bahwa pembuat lampiran ini
mengendalikan relasinya sesuai yang dimaksud Pasal 18 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983". |
|
|
- |
"Menguasai/mengendalikan
pembuat lampiran", dimaksud adalah bahwa pembuat lampiran ini secara
langsung dikuasai/dikendalikan oleh perusahaan yang terkait diatas sesuai
arti pasal 18 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983. |
|
|
- |
"Penguasaan
yang sama", yang dimaksud adalah bahwa pembuat lampiran perusahaan
terkait mempunyai hubungan tidak langsung sesuai dengan yang dimaksud pasal
18 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983. |
|
|
- |
"Lain-lain
hubungan keterkaitan", yang dimaksud adalah jenis hubungan keterkaitan
yang lain, sesuai yang dimaksud pasal 18 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983,
misalnya Perseorangan, Partnership, Harta dan sebagainya. |
Baris 4 |
: |
Diisi sesuai dengan jenis
usaha pokok perusahaan yang terkait serta nomor kode KLU-nya. |
|
BAGIAN III Diisi dengan semua transaksi
yang dapat dilaporkan yang terjadi antara pembuat laporan ini dengan
perusahaan terkait. |
|||
BAGIAN
IV Untuk
setiap transaksi non moneter atau transaksi lain yang tidak ada penilaiannya
(non-consideration) supaya dibuat penjelasan dalam lembar terpisah tentang
isi transaksi tersebut. Penjelasan ini harus mencakup semua jasa yang
dikerjakan atau semua harta (termasuk nilai moneternya), hak-hak atau
kewajiban-kewajiban yang dipindahkan/dialihkan. Penjelasan ini harus memuat
sifat serta nilai/arti penting dari jasa yang dilakukan. Selain itu juga
dijelaskan taksiran harga pasar yang wajar atau pernyataan tentang sifat atau
arti penting dari hart yang bersangkutan (selain yang berupa uang), hak-hak,
kewajiban-kewajiban, atau jasa-jasa tersebut. Pernyataan ini tidak perlu
dibuat dalam Badan yang terkait merupakan Badan dalam negeri. Transaksi
yang melibatkan pembayaran atau penerimaan uang tidak perlu dilaporkan pada
Bagian IV walaupun transaksi-transaksi tersebut melibatkan pengalihan harta
berwujud atau tidak berwujud, sepanjang pengalihan harta tidak berwujud
tersebut ada kaitannya dan tidak biasa dilakukan dalam hubungannya dengan
pengalihan harta berwujud itu. Namun demikian bagian yang berupa uang harus
dilaporkan pada Bagian III. |
|||
BAGIAN
V Lengkapi
pertanyaan dibawah ini. Bila perlu lampirkan lembar tersendiri untuk
pertanyaan nomor 3. |
Lampiran IV Keputusan Direktur Jenderal
Pajak |
||
Nomor |
: |
Kep-01/PJ.7/1993 |
Tanggal |
: |
9 Maret 1993 |
DAFTAR
ISIAN
UNTUK WAJIB PAJAK BADAN YANG DIMILIKI OLEH PERUSAHAAN LUAR NEGERI
Tahun pajak dimulai ............ 19...... dan berakhir ............ 19......
BAGIAN I Perusahaan yang
mengisi laporan ini |
||||||||||||||
1.a |
Nama Wajib Pajak :
................... |
1.b. |
N.P.W.P : ................... |
|
||||||||||
Jumlah lampiran A-2 yang
dibuat tahun ini : ................... lembar |
||||||||||||||
BAGIAN II Perusaahaan
lain yang berkaitan |
||||||||||||||
1. |
Nama dan alamat : ...................
|
2. |
Negara (-Negara) domisili :
................... |
|
||||||||||
3. |
Sifat keterkaitan pilih yang
sesuai : |
|||||||||||||
4.a |
Kegiatan usaha utama :
................... |
4.b |
K.L.U : ................... |
4.c. Kota-kota dan
negara-negara tempat-tempat kegiatan usaha |
||||||||||
BAGIAN III
Transaksi-transaksi keuangan antara yang memberi lampiran ini dengan Badan
Usaha tersebut pada Bagian II |
||||||||||||||
1 |
Penjualan barang dagangan |
1 ____________ |
||||||||||||
2 |
Penjualan barang lain |
2 ____________ |
||||||||||||
3 |
Sewa/royalti yang diterima
(diluar yang berasal dari penggunaan hak-hak tertentu) |
3 ____________ |
||||||||||||
4 |
Penghasilan dari penggunaan
hak-hak tertentu, misalnya : patent, merek dagang, resep-resep dan
sebagainya. |
4 ____________ |
||||||||||||
5 |
Penghasilan dari jasa teknik,
management, engineering dan lain-lain |
5 ____________ |
||||||||||||
6 |
Komisi yang diterima |
6 ____________ |
||||||||||||
7 |
Jumlah
Hutang |
a. |
Saldo
awal |
b. |
Saldo akhir |
7b ____________ |
||||||||
8 |
Bunga yang diterima |
8 ____________ |
||||||||||||
9 |
Premi yang diterima (asuransi
atau reasuransi) |
9 ____________ |
||||||||||||
10 |
Jumlah nomor 1 sampai dengan
nomor 9 |
10 ____________ |
||||||||||||
11 |
Pembelian barang dagangan |
11 ____________ |
||||||||||||
12 |
Pembelian barang lain |
12 ____________ |
||||||||||||
13 |
Sewa royalti yang dibayar
(diluar yang untuk penggunaan hak-hak) |
13 ____________ |
||||||||||||
14 |
Pembayaran atas hak-hak,
misalnya : patent, merek dagang, dan sebagainya |
14 ____________ |
||||||||||||
15 |
Pembayaran untuk jasa teknik,
management, engineering, konstruksi, ilmu pengetahuan dan sebagainya |
15 ____________ |
||||||||||||
16 |
Pembayaran komisi |
16 ____________ |
||||||||||||
17 |
Jumlah pihutang/yang
dipinjam |
a. |
Saldo
awal |
b. |
Saldo akhir |
17 ____________ |
||||||||
18 |
Pembayaran Bunga |
18 ____________ |
||||||||||||
19 |
Pembayaran Premi
asuransi/reasuransi |
19 ____________ |
||||||||||||
20 |
Jumlah nomor 11 sampai dengan
nomor 19 |
20 ____________ |
||||||||||||
BAGIAN
IV Jelaskan semua "Transaksi Non-moneter" dan "Transaksi
yang tidak ada pembayaran uangnya" antara pembuat laporan ini dengan
Perusahaan luar negeri di atas (tambahkan lembar lain - lihat petunjuk) |
||||||||||||||
BAGIAN
V Jelaskan semua "transaksi non-moneter" dan "transaksi yang
tidak ada pembayaran uangnya" antara yang membuat lampiran ini dengan
perusahaan luar negeri di atas (gunakan lembar lain - lihat petunjuk) |
||||||||||||||
PETUNJUK
DAFTAR ISIAN
UNTUK WAJIB PAJAK BADAN YANG DIMILIKI OLEH PERUSAHAAN LUAR NEGERI
BAGIAN I Cantumkan data lengkap tentang
perusahaan yang mengisi formulir ini. |
||||
Baris 2 |
Tiap lembar formulir hanya
untuk melaporkan hubungan dengan satu badan usaha asing yang berkaitan.
Cantumkan jumlah lembar formulir yang dibuat untuk tahun pajak yang
bersangkutan. |
|||
BAGIAN II |
||||
Baris 2 |
: |
Cantumkan nama negara-negara
dimana badan-badan luar negeri diatas berdomisili. |
||
Baris 3 |
: |
Beri tanda pada kotak yang
sesuai mengenai jenis/macam keterkaitan |
||
|
|
- |
"Menguasai
perusahaan yang mengisi formulir", berarti adalah bahwa yang mengisi
formulir ini secara langsung dikuasai/dikendalikan oleh badan terkait sesuai
yang dimaksud pasal 18 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983". |
|
|
|
- |
"Penguasaan
yang sama", yang dimaksud adalah bahwa badan usaha yang mengisi formulir
ini serta badan yang terkait mempunyai hubungan tak langsung seperti yang
dimaksud pasal 18 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983. |
|
|
|
- |
"Hubungan
keterkaitan lain-lain", sesuai pasal 18 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
yang tidak tercakup dalam a atau b, misalnya Individu, Harta atau
partnership, dan lain-lainnya. |
|
Baris 4.a dan 4.b : |
: |
Cantumkan kegiatan usaha utama
serta nomor KLU dari Badan yang terkait di atas. |
||
BAGIAN III Diisi dengan nilai transaksi
yang terjadi antara pembuat Laporan ini dengan badan usaha terkait. |
||||
BAGIAN
IV Untuk
setiap transaksi non moneter atau transaksi lain yang tidak ada penilaiannya
(non-consideration) supaya dibuat penjelasasn dalam lembar terpisah tentang
isi transaksi tersebut dan taksiran besarnya transaksi tersebut. Penjelasan
ini harus mencakup semua jenis yang dikerjakan atau semua harta (termasuk
nilai moneternya), hak-hak atau kewajiban-kewajiban yang
dipindahkan/dialihkan. Penjelasan ini harus memuat sifat serta nilai/arti
penting dari jasa yang dilakukan. Selain itu juga dijelaskan taksiran harga
pasar yang wajar atau pernyataan tentang sifat atau arti penting dari harta
yang bersangkutan (selain yang berupa uang), hak-hak, kewajiban-kewajiban,
atau jasa-jasa tersebut. Pernyataan ini tidak perlu dibuat bila badan yang
terkait merupakan badan dalam negeri. Transaksi
yang melibatkan pembayaran atau penerimaan uang tidak perlu dilaporkan pada
Bagian IV walaupun transaksi-transaksi tersebut melibatkan pengalihan harta
berwujud atau tidak berwujud, sepanjang pengalihan harta tidak berwujud
tersebut ada kaitannya dan tidak biasa dilakukan dalam hubungannya dengan
pengalihan harta berwujud itu. Namun demikian bagian yang berupa uang harus
dilaporkan pada Bagian III. |
||||
BAGIAN
V Lengkapi
pertanyaan dibawah ini. Bila perlu lampirkan lembar tersendiri untuk
pertanyaan nomor 3. |
||||
Lampiran V Keputusan Direktur Jenderal
Pajak |
||
Nomor |
: |
Kep-01/PJ.7/1993 |
Tanggal |
: |
9 Maret 1993 |
PERUSAHAAN ASING YANG DIMILIKI/DIKUASAI OLEH ORANG/BADAN USAHA INDONESIA
Nama orang yang menyampaikan formulir ini |
: |
: .......................
Registration Number : ....................... |
Nama Perusahaan Asing |
: |
Informasi yang harus
dilengkapi dalam laporan keuangan tahunan Perusahaan Asing periode mulai
................. 19...... dan berakhir .................. 19..... |
Penting |
: |
Informasi berikut harus
disampaikan dengan daftar terpisah untuk setiap Perusahaan Asing yang
dimiliki/dikuasai oleh Orang/Badan Usaha Indonesia. |
|
(a) |
(b) |
(c) |
(d) |
1 |
Penjualan Produk |
|
|
|
2 |
Penjualan atas hak kepemilikan
(patent, merk, dll) |
|
|
|
3 |
Imbalan yang diterma/diperoleh
dari jasa teknik, management konstruksi atau jasa teknik atau jasa sejenis |
|
|
|
4 |
Komisi yang diterima/diperoleh
|
|
|
|
5 |
Sewa/royalti lisensi yang
diterima/diperoleh |
|
|
|
6 |
Dividen yang
diterima/diperoleh |
|
|
|
7 |
Pinjaman yang diberikan awal |
|
|
|
8 |
Bunga yang diterima/diperoleh |
|
|
|
9 |
Premi yang diterima/diperoleh |
|
|
|
10 |
Jumlan nomor 1 sampai dengan
nomor 8 |
|
|
|
11 |
Pembelian untuk persediaan |
|
|
|
12 |
Pembelian harta berwujud
selain persediaan |
|
|
|
13 |
Pembelian atas hak-hak
kepemilikan (patent, merek dagang) |
|
|
|
14 |
Imbalan yang dibayarkan atas
jasa teknik, management, konstruksi atau jasa senjenis |
|
|
|
15 |
Komisi yang dibayarkan |
|
|
|
16 |
Sewa/royalti yang dibayarkan |
|
|
|
17 |
Dividen yang dibayarkan |
|
|
|
18 |
Pinjaman yang diterima awal |
|
|
|
19 |
Bunga yang dibayarkan |
|
|
|
20 |
Jumlah nomor 10 sampai dengan
nomor 17 |
|
|
|
PETUNJUK
DAFTAR ISIAN
PERUSAHAAN ASING YANG DIMILIKI/DIKUASAI OLEH ORANG BADAN USAHA INDONESIA
Semua
transaksi antara perusahaan yang melaporkan dan perusahaan asing mempunyai
hubungan, harus mengisi formulir ini.
1. |
Kolom (b) harus diisi untuk
transaksi-transaksi antara perusahaan asing dan Waji Pajak dalam negeri yang
mengisi formulir ini. |
2. |
Kolom (c) harus diisi untuk
transaksi-transaksi antara perusahaan asing dan perusahaan dalam negeri
lainnya yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak dalam negeri yang
mengisi formulir ini. |
3. |
Kolom (d) harus diisi untuk
transaksi-transaksi antara perusahaan asing dan perusahaan asing lainnya yang
mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak dalam negeri yang mengisi
formulir ini. |
Lampiran VI Keputusan Direktur Jenderal
Pajak |
||
Nomor |
: |
Kep-01/PJ.7/1993 |
Tanggal |
: |
9 Maret 1993 |
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK
LAPORAN
PEMERIKSAAN PAJAK
NO. LAPORAN |
: |
|
TGL. LAPORAN |
: |
|
NAMA WAJIB PAJAK |
: |
|
N P W P |
: |
|
JENIS PEMERIKSAAN |
: |
|
TAHUN PAJAK |
: |
|
I. |
U M U M |
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||
|
A. |
IDENTITAS WAJIB PAJAK |
|
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
1. |
Nama Wajib Pajak |
: |
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
2. |
N P W P |
: |
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
3. |
Nomor dan tanggal pengukuhan P
K P |
: |
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
4. |
Bentuk Usaha |
: |
I - I Badan |
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
5. |
Alamat dan telepon |
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
a. |
Kantor pusat/tempat usaha |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
b. |
Tempat Tinggal |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
c. |
Cabang (Perwakilan) |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
d. |
Pabrik (unit usaha lain) |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
6. |
Jumlah tanggungan |
: |
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
7. |
Status Permodalan |
: |
I - I
PMA
I - I PMDN |
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
8. |
Status Badan |
: |
I - I Pusat |
I - I Cabang |
||||||||||||||||||||||||||
|
|
9. |
Klasifikasi Lap. Usaha |
: |
................................
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
10. |
Jenis pajak yang menjadi
kewajiban |
: |
I - I PPh. ps. 25/29 |
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
11. |
Penanggung jawab |
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Nama |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Jabatan |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Alamat |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Telepon |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
12. |
Pendirian |
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
a. |
Tanggal Pendirian |
: |
di |
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
b. |
Akte Perubahan (terakhir) |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
13. |
Permodalan dan daftar pemegang
saham |
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
a. |
Permodalan. |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Modal Statuter |
: |
Rp.
Tdr
Lb |
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Modal ditempatkan |
: |
Rp. |
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Modal disetor |
: |
Rp. |
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
b. |
Daftar pemegang saham |
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
No. |
Nama |
Alamat |
Lb. |
% |
Nominal |
Keterangan |
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
14. |
Pengurus |
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
a. |
Dewan Direksi |
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
No. |
Nama |
Jabatan |
Alamat |
Keterangan |
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
b. |
Komisaris |
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
No. |
Nama |
Jabatan |
Alamat |
Keterangan |
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
15. |
Investasi jangka panjang dalam bentuk saham. |
|||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
No. |
Nama Persh. |
Alamat |
Lb. Saham |
Nilai |
Besarnya pemilikan |
Ket. |
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
B. |
PEMBUKUAN WAJIB PAJAK |
|
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
a. |
Metode Pembukuan yang dipakai |
: |
I - I
Kas I - I Akrual |
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
b. |
Penataan Pembukuan |
: |
I - I Manual
I - I Komputer |
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
c. |
Bila Penataan Pembukuan secara
manual |
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
buku-buku yang digunakan |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
d. |
Bila Penataan Pembukuan
komputer |
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
d.1. |
Jenis software yang digunakan |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
d.2. |
File yang ada |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
e. |
Bila Penataan Pembukuan secara
semi komputer. |
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
e.1. |
Buku yang digunakan |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
e.2. |
Jensi software yang digunakan |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
e.3. |
File yang ada |
: |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
f. |
Tahun Buku |
: |
Mulai .......... s/d
.............. |
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
g. |
Laporan Keuangan
disusun/diaudit |
: |
I - I |
Disusun sendiri |
||||||||||||||||||||||||||
I - I |
Kantor Akuntan Publik
................... |
|||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
h. |
Pendapat Pemeriksa mengenai
Pembukuan Wajib Pajak |
: |
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
i. |
Pendapat Pemeriksa mengenai
sistim pengendalian intern |
: |
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
C. |
PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
TAHUN YANG DIPERIKSA |
||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
1. |
Pelaksanaan kewajiban
perpajakan dilakukan |
: |
I - I |
Sendiri |
||||||||||||||||||||||||||
I - I |
Konsultan Pajak
.................. |
|||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
2. |
Ketaatan pemasukan SPT |
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
PPh Pasal 26 |
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Pajak terhutang |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Telah disetor |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Kurang bayar |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Sanksi adm. |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
PPh harus bayar |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
PPh Pasal 21 |
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Pajak terhutang |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Telah disetor |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Kurang bayar |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Sanksi adm. |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
PPh harus bayar |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
PPN Tahun .... |
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Pajak keluaran |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Pajak masukan |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Kelebihan bulan lalu |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Kurang dibayar |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Telah dibayar |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Kurang bayar |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Sanksi adm. |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Masih harus bayar |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
PPn BM atas impor : |
DPP |
PPn BM |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
a. |
Tarip 10% |
Rp .................. |
Rp .................. |
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
b. |
Tarip 20% |
Rp .................. |
Rp .................. |
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
c. |
Tarip 30% |
Rp .................. |
Rp .................. |
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Jumlah PPn BM atas impor |
Rp .................. |
Rp .................. |
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Jumlah yang kurang disetor : |
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
a. |
PPn BM atas penyerahan dalam
negeri |
Rp .................. |
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
b. |
PPn BM atas impor |
Rp .................. |
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Jumlah PPn BM yang harus
disetor |
Rp .................. |
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
PPn BM yang disetor |
Rp .................. |
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
PPn BM yang kurang/lebih
disetor |
Rp .................. |
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Denda : |
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Pasal 13 (2) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 |
Rp ........ |
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Pasal 13 (3) Undang-Undang Nomor
6 Tahun 1983 |
Rp ........ |
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Pasal 13 (8) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 |
Rp ........ |
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Rp .................. |
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
PPn BM yang masih harus
dibayar |
Rp .................. |
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
PPn BM |
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Pajak yang terhutang |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Telah disetor |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Kurang disetor |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Sanksi adm. |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Masih harus bayar |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
PBB tahnun .... |
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Pajak yang terhutang |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Telah disetor |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Kurang disetor |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Sanksi adm. |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
- |
Masih harus bayar |
.................. |
.................. |
.................. |
|||||||||||||||||||||||||
|
DATA/INFORMASI YANG DIPRODUKSI |
|||||||||||||||||||||||||||||||
3. |
USUL PEMERIKSA |
|||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
...................,
.........19.... |
PENELAAH .......................... |
|
KETUA TIM PEMERIKSA .......................... ANGOTA TIM PEMERIKSA .......................... |
KEPALA KARIKPA/DIR. RIKPA
.......................... |
|
.......................... |
TAMBAHAN
PETUNJUK PENGISIAN LPP
I.A.13.b. |
Daftar
pemegang saham dikolom
keterangan diberi catatan kalau ada hubungan istimewa antara pemegang saham
dengan wajib pajak |
|
I.A.14.a. |
Dewan
direksi. Dikolom
keterangan diberi catatan kalau ada hubungan istimewa antara direksi dengan
pemegang saham perseorangan. |
|
I.A.15. |
Investasi
jangka panjang dalam bentuk saham. Dikolom
keterangan diberi catatan kalau ada hubungan istimewa antara Wajib Pajak
dengan badan usaha yang sahamnya dimiliki oleh Wajib Pajak. |
|
I.E. |
Gambaran
kegiatanWajib Pajak. Apabila
dalam kegiatan usaha Wajib Pajak meliputi kegiatan antar perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa, sebutkan : |
|
|
- |
Sifat
keterkaitannya. |
|
- |
Nama
perusahaan/pihak yang terkait. |
|
- |
Kepemilikan
saham. |
|
- |
Lokasi
dan alamat. |
|
- |
Arus
transaksi dan kegiatan. |
|
- |
Penjelasan
yang penting mengenai hubungan istimewa. |
I.F. |
Data/informasi
yang tersedia. Jika
ada hubungan istimewa antar Wajib Pajak dengan perusahaan-perusahaan lain,
harus dijelaskan data yang dikumpulkan dari pihak ketiga sebagai dasar
pembanding maupun membuktikan dalam pemeriksaan. |
|
I.G. |
Daftar
Lampiran. Jika
ada hubungan istimewa antara Wajib Pajak dengan Wajib Pajak, lampirkan : |
|
|
- |
Bagan
perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. |
|
- |
Neraca
komparatip dan daftar rugi laba komparatip tahun sebelum diperiksa dan tahun
yang diperiksa. Untuk tahun yang diperiksa lengkapi dengan neraca dan daftar
rugi laba menurut Pemeriksa. |
|
- |
Laporan
Konsilidasi (jika ada). |
|
- |
Perjanjian-perjanjian
penting antara Wajib Pajak dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa. |
II.B. |
Penjelasan
dan penilaian atas pos-pos yang diperiksa. Harus
jelas mengungkapkan penilaian pos-pos yang diperiksa sehubungan dengan
metode-metode pembebanan harga yang tidak wajar yang dilakukan Wajib Pajak
serta pengaruh lainnya yang penting. |
|
IV.3. |
Usul
Pemeriksa. Jika
kurang informasi yang tersedia dari perusahaan-perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa dalam menentukan penghasilan dari Wajib Pajak yang
diperiksa dapat diusulkan pemeriksaan terhadap pihak-pihak yang terkait. |