Lampiran I

Surat Edaran :

Nomor

:

SE-22/PJ.41/1994

Tanggal

:

29 Desember 1994

 

Contoh Penghitungan kekurangan PPh Pasal 25 atas penebusan produk Pertamina bulan Januari s/d Juli 1994 bagi Wajib Pajak yang usahanya semata-mata menyalurkan produk Pertamina Premium, Solar, Pelumas, Gas LPG dan Minyak Tanah.

 

WP "X" orang pribadi yang usahanya semata-mata SPBU yang menyalurkan premium, solar dan pelumas, dengan status K/3.

-

Dari SPT Tahunan PPh 1993 diketahui besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan dalam tahun 1994 = Rp. 242.479,00.

-

PPh Pasal 25 bulan Januari s/d Juli 1994 yang telah disetor sebesar Rp. 1.697.353,00.

-

Untuk masa Januari s/d Juli 1994 telah menebus bahan bakar ke Pertamina sebagai berikut :

Premium sebanyak 

= 910.000 liter

Solar sebanyak 

= 1.050.000 liter

Pelumas 

= 12.000 liter

 

Penghitungan PPh Pasal 25 yang kurang disetor sebagai berikut :

 

Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Januari s/d Juli 1994 yang dihitung menurut Perjanjian Kerjasama:

Premium

= 910 x Rp. 2.100,00

= Rp. 1.911.000,00

Solar

= 1.050 x Rp. 1.140,00

= Rp. 1.197.000,00

Pelumas

= 12 x Rp. 7.500,00

= Rp.      90.000,00 +

Jumlah 

 

= Rp. 3.198.000,00

PPh Pasal 25 yang telah disetor bulan

Januari s/d Juli 1994 = Rp. 242.479,00 x 7

= Rp. 1.697.353,00 -

Kekurangan PPh Pasal 25 bulan Januari s/d Juli 1994

= Rp. 1.500.647,00

 

-

Apabila kekurangan PPh Pasal 25 untuk bulan Januari s/d Juli 1994 dibayar pada bulan Januari 1995, maka diterbitkan Surat Tagihan Pajak untuk menagih sanksi administrasi berupa bunga sebesar : 2% x Rp. 1.500.647,00 = Rp. 30.013,00.

-

Apabila kekurangan PPh Pasal 25 untuk bulan Januari s/d Juli 1994 belum dibayar dan Surat Tagihan Pajak diterbitkan pada bulan Januari 1995, maka penghitungannya adalah sebagai berikut :

PPh yang harus dibayar menurut Perjanjian Kerjasama

Rp. 3.198.000,00

PPh Pasal 25 yang telah dibayar bulan Januari s/d Juli 1994

Rp. 1.697.353,00

PPh Pasal 25 yang harus dibayar

Rp. 1.500.647,00

Bunga Pasal 19 (1) Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 : 2% 

Rp.      30.013,00

Jumlah PPh Pasal 25 yang masih harus dibayar 

Rp. 1.530.660,00



 

Lampiran II

Surat Edaran :

Nomor

:

SE-22/PJ.41/1994

Tanggal

:

29 Desember 1994

 

Contoh Penghitungan kekurangan PPh Pasal 25 atas penebusan produk Pertamina bulan Januari s/d Juli 1994 bagi Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan lainnya selain menyalurkan produk Pertamina Premium, Solar, Pelumas, Gas LPG dan Minyak tanah.


WP "Y" orang pribadi menerima penghasilan berupa jasa angkutan BBM dan penyaluran Premium, dengan status K/3.

 

-

Dari SPT Tahunan PPh 1993 diketahui besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan dalam tahun 1994 = Rp. 374.188,00

-

Data menurut laporan keuangan tahun 1993 WP "Y" sebagai berikut :

Penjualan Premium

= Rp. 

3.630.000.000,00

 (  95%)

Hasil angkutan BBM

= Rp. 

200.000.000,00

 (    5%)

Jumlah

= Rp. 

3.830.000.000,00

 (100%)

 

Laba Bruto Usaha

Premium

= Rp. 

65.340.000,00

 (33,46%)

Hasil angkutan BBM

= Rp.  

138.000.000,00

 (66,54%)

Jumlah

= Rp. 

203.840.000,00

 (100%)

Biaya Usaha

= Rp. 

177.558.800,00

 

Penghasilan Netto

= Rp. 

26.281.200,00

 

PTKP K/3

= Rp. 

4.320.000,00

 

PKP

= Rp. 

21.961.200,00

 

PPh yang terutang

= Rp. 

4.490.250,00

 

 

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan dalam tahun 1994 = Rp. 374.188,00

-

PPh Pasal 25 tahun 1994 yang telah disetor sebagai berikut :

Januari s/d Pebruari 1994 

= Rp. 350.000,00 x 2 

= Rp. 700.000,00

Maret s/d Juli 1994

= Rp. 374.188,00 x 5

= Rp. 1.870.000,00

Jumlah 

= Rp. 2.570.000,00

 

-

Untuk masa Januari s/d Juli 1994 telah menebus Premium ke Pertamina sebesar : 3.850.000 liter.

Penghitungan PPh Pasal 25 yang kurang disetor sebagai berikut :

PPh Januari s/d Juli 1994 yang dihitung menurut Perjanjian Kerjasama atas Premium : 3.850 x Rp. 2.100,00 = Rp. 8.085.000,00.

 

 

Untuk menentukan pembagian PPh yang telah disetor Januari s/d Juli 1994 menjadi PPh atas penghasilan dari premium dengan PPh atas penghasilan dari hasil angkutan, maka dasar yang wajar adalah data yang disajikan WP "Y" dalam laporan keuangan tahun 1993, yaitu perbandingan dari laba bruto sebesar 33,46% : 66,54%.

Pembagian PPh Pasal 25 tahun 1994 yang telah dibayar menjadi :

 

 

PPh dari penghasilan Premium

= 33,46% x Rp. 2.570.000,00 

= Rp. 859.922,00

 

PPh dari penghasilan jasa angkutan

= 66,54% x Rp. 2.570.000,00

= Rp. 1.710.078,00

 

Kekurangan PPh Pasal 25 Januari s/d Juli 1994 atas penebusan premium

= Rp. 8.085.000,00 - Rp. 859.922,00

= Rp. 7.225.078,00.

-

Apabila kekurangan PPh Pasal 25 untuk bulan Januari s/d Juli 1994 dibayar pada bulan Januari 1995 maka diterbitkan Surat Tagihan Pajak untuk menagih sanksi administrasi berupa bunga sebesar : 2% x Rp. 7.225.078,00 = Rp. 144.502,00

-

Apabila kekurangan PPh Pasal 25 untuk bulan Januari s/d Juli 1994 belum dibayar dan Surat Tagihan Pajak diterbitkan pada bulan Januari 1995, maka penghitungannya adalah sebagai berikut :

PPh yang harus dibayar menurut perjanjian kerjasama

= Rp. 8.085.000,00

PPh Pasal 25 atas Premium yang telah dibayar bulan
Januari s/d Juli 1994

= Rp.    859.922,00

PPh Pasal 25 yang harus dibayar

= Rp. 7.225.078,00

Bunga Pasal 19 (1) Undang-Undang No. 6 Th. 1983, 2% 

= Rp.    144.502,00

Jumlah PPh Pasal 25 yang masih harus dibayar

= Rp. 7.369.580,00