|
|
|
Lampiran 1 |
Lampiran SE Nomor |
: |
SE-05/PJ.45/1994 |
(109) |
PETUNJUK
PEMBUATAN URAIAN BANDING
UNTUK
PAJAK PENGHASILAN
Isi uraian banding dibagi dalam
5 materi pokok yaitu :
I. |
Pemenuhan ketentuan formal |
|
II. |
Uraian mengenai ketetapan
pajak semula, keberatan wajib pajak, dan keputusan atas keberatan yang
bersangkutan. |
|
III. |
Uraian mengenai permohonan
banding Wajib Pajak |
|
IV. |
Tanggapan atas permohonan
banding wajib pajak yang terdiri atas kesimpulan atas persyaratan formal.
Tanggal dan nomor ketetapan semula, alasan keputusan dan tanggapan atas
permohonan banding wajib pajak. |
|
V. |
Kesimpulan dan usul. |
|
|
|
|
|
|
|
I. |
Pemenuhan ketentuan formal |
|
|
Hal-hal yang diuraikan dalam
Bab ini antara lain adalah : |
|
|
1. |
Nomor dan tanggal penerbitan
dan nomor surat keputusan atas keberatan wajib pajak atas SPB/SKP/SKKPP/SKPT
sebutkan jenis ketetapan, jenis pajak. Tahun pajak, nomor ketetapan pajak,
dan tanggal penerbitan. |
|
2. |
Nomor dan tanggal surat
permohonan banding wajib pajak, serta tanggal surat permohonan diterima oleh
MPP |
|
3. |
Kelengkapan permohonan banding
antara lain fotokopi keputusan atas keberatan. |
|
4. |
Kesimpulan tentang pemenuhan
ketentuan formal permohonan banding, apakah memenuhi atau tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pasal 27 ayat (1) UU Nomor 6 Tahun 1983.
sehingga dapat atau tidak dapat dipertimbangkan lebih lanjut. |
|
Apabila permohonan banding
ternyata tidak memenuhi ketentuan formal, agar dilampirkan copy dari
bukti-bukti yang memuat tanggal-tanggal kronologis yang menunjukkan bahwa
permohonan banding tidak memenuhi ketentuan formal sebagaimana dimaksud dalam
pasal 27 ayat (1) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983. |
II. |
Uraian mengenai ketetapan
pajak semula keberatan wajib pajak dan keputusan atas keberatan yang
bersangkutan |
||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Hal-hal yang diuraikan dalam
Bab ini antara lain adalah : |
||||||||||||||||||||||||||||||||
|
a. |
Mengenai Ketetapan pajak |
|||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
1. |
Uraian mengenai jenis
ketetapan (SPb/SKP/SKPT/SXXPP), jenis pajak, tahun pajak, nomor ketetapan
pajak, tanggal penerbitan, dan dasar penerbitan (pemeriksaan buku,
penelitian, verifikasi kantor, atau verifikasi lapangan) ketetapan pajak yang
dipersengketakan. |
||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
2. |
Perincian penghitungan pajak
dalam ketetapan pajak: |
||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
a. |
Untuk ketetapan pajak yang
dihitung berdasarkan pembukuan: Uraian meliputi antara lain : |
|||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
b. |
Untuk ketetapan pajak yang
penghitungannya mempergunakan Norma penghitungan : Uraian meliputi antara lain : |
|||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
c. |
Untuk ketetapan pajak bagi
pemotong/pemungut pajak (PPh pasal 21 dan 23/26) atau pemotongan/pemungutan
oleh pihak ketiga. Urain meliputi antara lain :
|
|||||||||||||||||||||||||||||
|
b. |
Mengenai keberatan Wajib Pajak Uraian meliputi antara lain: |
|||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
1. |
Nomor dan tanggal surat keberatan,
serta nomor dan tanggal agenda penerimaan surat keberatan di kantor pelayanan
pajak. |
||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
2. |
Nomor, tanggal, dan isi surat
keputusan atas keberatan. Isi surat keputusan atas
keberatan dapat berupa :
|
||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Sebutkan jenis ketetapan
(SPb/SKP/SXPT/SKKPP), jenis pajak, tahun pajak, nomor ketetapan pajak, dan
tanggal penerbitan ketetapan pajak yang dipertahankan atau ditinjau kembali,
serta perincian penghitungan pajak menurut surat keputusan atas keberatan
seperti contoh berikut:
|
III. |
Uraian mengenai permohonan banding Wajib Pajak |
||||
|
Dalam Bab ini diuraikan secara
rinci alasan-alasan, data dan bukti-bukti yang dikemukakan Wajib Pajak sesuai
dengan surat permohonan banding yang bersangkutan |
||||
|
|
||||
IV |
Tanggapan atas permohonan banding |
||||
|
Dalam Bab ini antara lain
diuraikan mengenai tanggapan Direktur Jenderal Pajak terhadap alasan-alasan,
data, atau bukti-bukti baik yang lama maupun yang baru yang dikemukakan wajib
pajak dalam permohonan banding yang diuraikan satu persatu sesuai yang
dikemukakan pemohon dalam permohonan bandingnya.dalam hal ketentuan formal
tidak dipenuhi, maka tanggapan atas alasan-alasan permohonan banding tetap
harus dibuat. |
||||
|
|
||||
|
Dalam membuat tanggapan
hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut: |
||||
|
1. |
Setiap hal yang disanggah oleh
pemohon banding dalam permohonan bandingnya supaya ditanggapi, baik tanggapan
itu mengakui kebenaran sanggahan pemohon banding maupun tanggapan itu menolak
(tidak mengakui kebenaran) sanggahan pemohon banding. Tanggapan agar dibuat
satu persatu, dengan urutan yang sama dan secara langsung serta kategoris
mengenai hal-hal yang dikemukakan oleh pemohon banding dalam surat permohonan
bandingnya tanggapan itu. Harus mengenai semua hal yang menyangkut perkara.
Pendapat mengenai semua fakta yang dikemukakan pemohon banding dinyatakan
secara tegas, ringkas, tetapi jelas. |
|||
|
|
|
|
||
|
2. |
a. |
Pihak yang menyatakan sesuatu,
apabila disangkal oleh pihak lainnya harus membuktikan kebenaran
pernyataannya, kecuali apabila menurut penalaran yang sehat pihak lainnya itu
lebih mudah membuktikan ketidak benaran dari pernyataan lawannya. |
||
|
|
b. |
Walaupun demikian, di dalam
sistem perpajakan yang berlaku sekarang ini, apabila pemohon tidak memenuhi
kewajiban-kewajiban formalnya sedemikian rupa sehingga pihak Direktorat
Jenderal Pajak terpaksa menghitung besarnya hutang pajak berdasarkan
informasi yang minim atau tanpa informasi sama sekali, maka yang berkewajiban
untuk membuktikan sebaliknya adalah pemohon. |
||
|
|
c. |
Pernyataan-pernyataan mengenai
suatu fakta, apabila tidak dibantah oleh pihak lainnya akan dianggap benar
oleh majelis. |
||
|
|
d. |
Pernyataan-pernyataan mengenai
masalah hukum, Majelis akan menentukan pendirinya sendiri (independen),
bahkan walaupun tidak terdapat perbedaan pendapat antara Direktorat Jenderal
Pajak dengan pemohon. Hal tersebut sesuai dengan prinsip yang dianut Majelis
bahwa ia menafsirkan bunyi undang-undang menurut keyakinannya sendiri. |
||
|
|
e. |
Baik pemohon maupun Direktorat
Jenderal Pajak dapat mengemukakan alasan-alasan ataupun fakta-fakta baru yang
tidak dikemukakan pada tingkat keberatan. Apakah Majelis akan menolak atau
menerima alasan atau kebenaran fakta tersebut. |
||
|
|
f. |
Majelis berpegang pada azas
material. Oleh karena itu penggunaan istilah tertentu tidak akan berpengaruh,
dan juga tidak adanya NPWP tidak menghilangkan kewajiban pemohon untuk
memenuhi kewajiban yang diwajibkan undang-undang |
||
|
|
g. |
Penolakan atas pembukuan harus
berazaskan alasan yang kuat dan mendasar. |
||
|
|
|
Apabila Direktorat Jenderal
Pajak menetapkan bahwa pembukuan permohonan banding tidak lengkap, majelis
menghendakai agar dalam uraian banding disebutkan buku apa saja yang
sewajarnya dibuat oleh pemohon dan hendaknya disebut secara tegas pula buku
apa yang tidak dibuat oleh pemohon, tetapi apabila dari bukti-bukti lain
dapat diketahui/dihitung besarnya sesuatu fakta yang dikehendaki dan itu
bukan/tidak dapat dipakai oleh pemohon untuk mengecilkan pajak yang terutang,
maka majelis akan menganggap permohonan menyelenggarakan pembukuan sesuai
pasal 28 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983. Apabila Direktorat Jenderal
Pajak menyatakan bahwa angka-angka dalam pembukuan pemohon banding adalah
tidak benar, majelis juga menghendaki agar Direktorat Jenderal Pajak
menunjukkan bukti bahwa pernyataan itu berdasarkan pengujian materi atas
pembukuan pemohon. Apabila Direktorat Jenderal
Pajak menyatakan bahwa pemohon tidak bersedia memperlihatkan/menyerahkan
pembukuan untuk diperiksa. Majelis menghendaki agar pernyataan tersebut
didukung dengan bukti-bukti buku apa saja yang sewajarya ada pada pemohon
tetapi oleh pemohon tidak diserahkan kepada pemeriksa. Walaupun demikian, Majelis
akan menolak pembukuan pemohon apabila : |
||
|
|
|
- |
Laba kotor ternyata sangat
rendah menurut ukuran yang obyektif, tanpa ada hal-hal yang dapat menjelaskan
mengapa terjadi demikian; |
|
|
|
|
- |
Dalam pembukuan terdapat
kesalahan-kesalahan yang menyolok (misalnya saldo kas terdapat negatif) atau
terdapat banyak kesalahan dalam sistemnya; |
|
|
|
|
- |
Berdasar perbandingan kekayaan
terdapat tambahan kekayaan yang tidak jelas asal-usulnya; |
|
|
|
|
- |
Dalam pembukuan ternyata ada
jumlah uang yang tersedia/dipakai untuk keperluan pribadi pemilik (prive),
namun tidak ada keterangan yang memadai (khusus untuk wajib pajak
perseorangan). |
|
|
|
|
Penetapan yang menyimpang dari
SPT/tidak mengakui kebenaran data yang disampaikan dalam SPT, harus didasari
oleh alasan yang kuat, misalnya karena tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan
buku/pemeriksaan setempat atau sekurang-kurangnya berdasarkan keterangan
lain. Majelis tidak membenarkan cara
menaksir peredaraan (omzet) dengan cara menyetahunkan peredaran dalam suatu
hari. Majelis menghendaki untuk menggunakan data rata-rata dalam beberapa
kali pengecekan peredaran (omzet), walaupun demikian, hitungan berdasarkan
taksiran-taksiran Direktorat Jenderal Pajak akan dibenarkan oleh majelis bila
pemohon ternyata tidak mengajukan jumlah yang lebih berdasar, apabila pemohon
justru mengajukan “jalan tengah” atau sekedar “menawar”. Pada dasarnya
majelis akan menerima hitungan pemohon banding apabila hitungan Direktorat
Jenderal Pajak tidak nyata-nyata lebih benar. |
||
|
|
|
|
|
|
V. |
KESIMPULAN DAN USUL |
||||
|
|
||||
|
Dalam Bab ini antara lain
diuraikan : |
||||
|
A. |
Kesimpulan : |
|||
|
|
Kesimpulan dapat berupa: |
|||
|
|
1. |
Surat permohonan banding
memenuhi/tidak memenuhi ketentuan formal sebagaimana dimaksud pasal 27 ayat
(1) dan ayat (2) UU Nomor 6 tahun 1983. kemukakan sebab-sebabnya. |
||
|
|
2. |
Alasan –alasan yang
dikemukakan oleh pemohon banding benar/sebagian tidak benar/tidak benar.
Kemukakan sebab-sebabnya. |
||
|
|
3. |
Data /bukti yang dikemukakan
pemohon banding seluruhnya benar/sebagian tidak benar/tidak benar.kemukakan
sebab-sebabnya. |
||
|
|
4. |
Penghitungan pajak oleh
pemohon banding seluruhnya benar/sebagian tidak benar/seluruhnya tidak benar.
Kemukakan sebab-sebabnya. |
||
|
|
|
|
||
|
B. |
Usul: |
|||
|
|
1. |
Usul agar MPP tidak
mempertimbangkan dan atau tidak menerima permohonan banding, dalam hal: |
||
|
|
|
a. |
Surat permohonan banding tidak
memenuhi ketentuan formal;atau |
|
|
|
|
b. |
Surat permohonan banding tidak
memenuhi ketentuan formal,dan alasan-alasan data/bukti, serta penghitungan
pajak yang dikemukakan Wajib Pajak tidak benar/sebagian tidak benar*); |
|
|
|
2. |
Usul agar Majelis Pertimbangan
Pajak tidak mempertimbangkan permohonan banding wajib pajak atau menolak dan
mempertahankan keputusan atas keberatan. Yang dikeluarkan oleh Direktur
Jenderal Pajak, apabila surat keputusan keberatan Direktur Jenderal Pajak
diterbitkan berdasarkan permohonan, keberatan wajib pajak yang tidak memenuhi
persyaratan formal. |
||
|
|
3. |
Usul agar MPP menolak
permohonan banding dan tetap mempertahankan keputusan atas keberatan yang
diterbitkan Direktur Jenderal Pajak dalam hal: Surat permohonan banding
memenuhi ketentuan formal, tetapi alasan-alasan, dan atau data/bukti yang
dikemukakan Wajib Pajak tidak benar,
dan atau perhitungan pajak oleh Wajib Pajak tidak benar. |
||
|
|
4. |
Usul agar mempertimbangkan
permohonan banding dan mengusulkan penghitungan pajak yang baru dalm hal: Surat permohonan banding
memenuhi ketentuan formal, alasan-alasan, dan atau data/bukti yang
dikemukakan Wajib Pajak benar/sebagian benar*) dan atau penghitungan pajak
oleh Wajib Pajak benar/sebagian benar*). |
||
|
|
|
|
||
|
Catatan : |
||||
|
Uraian banding yang dikirim ke
Majelis Pertimbangan Pajak tidak boleh dalam bentuk formulir yang diisi
tetapi merupakan suatu uraian banding yang utuh. |
||||
|
(contoh surat uraian banding
dapat dilihat dalam lampiran 2) |
||||
|
|||||
*) pilih yang sesuai |
|||||
JPP-SE/JUK-PEO/JOR
LAMPIRAN 2
|
|
|
Kepada Yth : |
|
1 (satu) set |
|
Sdr. |
Sekretaris Majelis |
|
Uraian/pemandangan atas permohonan |
|
|
Pertimbangan Pajak |
|
banding terhadap surat Keputusan Direk |
|
|
Jl.Cut Mutia No.7 |
|
tur Jenderal Pajak Nomor : KEP-….……….. |
|
|
di |
|
tanggal ……………………………... |
|
|
|
Jakarta - 10330 |
Tentang keberatan atas
SKP/SKPT/SKKPP/SPB |
|
|
|
|
SURAT
URAIAN
Berkenaan dengan surat permohonan banding dari…………………………………………… Nomor :……………………………………… Pokok surat dengan ini disampaikan uraian sebagai berikut :
I. |
KETENTUAN FORMAL |
||||||
|
|
||||||
|
1. |
Bahasa Surat Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-…………………… diterbitkan tanggal ……………………………
tentang keberatan atas SKP/SKPT/SKKPP/SPb Pajak Penghasilan
perseorangan/Badan/Pasal 21/Pasal 23/26 tahun pajak ………… Nomor Kohir
:…………………… Tanggal…………………… |
|||||
|
2. |
Bahwa Surat Permohonan Banding
Wajib Pajak Nomor :……………………tanggal………………………diterima oleh Majelis Pertimbangan
Pajak tanggal………………………………..No. Agenda…………………….. |
|||||
|
3. |
Bahwa surat permohonan banding
Wajib Pajak sudah/belum dilampiri Surat Keputusan Keberatan. |
|||||
|
4. |
Dengan demikian permohonan
banding Wajib Pajak memenuhi/tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 27 ayat (1) UU No.6 Tahun 1983. Sehingga dapat/tidak dapat
dipertimbangakan lebih lanjut. |
|||||
|
|
|
|||||
II |
KETETAPAN SEMULA |
||||||
|
1. |
SKP/SKPT/SKKPP/SPb Pajak Penghasilan Perseorangan/Badan/Pasal21/Pasal 23/26 tahun pajak …………………. No. Kohir : …………………………. tanggal ……………………… diterbitkan berdasarkan ………………………………… Nomor : ……………………………… Tanggal ……………………… Dengan perhitungan sebagai berikut : |
|||||
|
|
Untuk ketetapan pajak wajib pajak yang dihitung berdasarkan pembukuan |
|||||
|
|
a. |
Penghasilan kena pajak cfm SPT |
Rp. …………………………… |
|
||
|
|
b. |
Koreksi positif : |
|
|
||
|
|
|
- |
|
|
||
|
|
|
- |
|
|
||
|
|
|
- |
|
|
||
|
|
c. |
Koreksi negatif : |
|
|
||
|
|
|
- |
|
|
||
|
|
|
- |
|
|
||
|
|
|
- |
|
|
||
|
|
d. |
Penghasilan kena pajak setelah
koreksi |
Rp. …………………………… |
|
||
|
|
|
(dipindahkan) |
|
|
||
|
|
|
Pindahan…………………. |
|
|
||
|
|
d. |
Penghasilan kena pajak setelah
koreksi |
Rp. …………………………… |
|
||
|
|
e. |
Dibulatkan |
Rp. …………………………… |
|
||
|
|
f. |
PPh terhutang |
Rp. …………………………… |
|
||
|
|
g. |
Kredit pajak |
Rp. …………………………… |
|
||
|
|
h. |
Pajak kurang dibayar |
Rp. …………………………… |
|
||
|
|
j. |
PPh yang masih harus dibayar |
Rp. …………………………… |
|
||
|
|
|
|
|
|
||
|
- |
Untuk ketetapan pajak wajib pajak Badan yang dihitung berdasarkan Norma Penghitungan |
|||||
|
|
(LIHAT LAMPIRAN 2.1) |
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
||
|
- |
Untuk ketetetapan pajak wajib pajak Perseorangan yang dihitung bedasarkan pembukuan |
|||||
|
|
(LIHAT LAMPIRAN 2.2) |
|||||
|
|
|
|||||
|
- |
Untuk ketetapan pajak wajib pajak perseorangan yang dihitung |
|||||
|
|
berdasarkan Norma Penghitungan |
|||||
|
|
(LIHAT LAMPIRAN 2.3) |
|||||
|
|
|
|||||
|
- |
Untuk ketetapan pajak PPh Pasal 21 |
|||||
|
|
(LIHAT LAMPIRAN 2.4) |
|||||
|
|
|
|||||
|
- |
Untuk ketetapan pajak PPh Pasal 23/26 |
|||||
|
|
(LIHAT
LAMPIRAN 2.5) |
|||||
|
|
|
|||||
|
2. |
Atas
Surat ketetapan Pajak tersebut Wajib Pajak mengajukan keberatan dengan
suratnya Nomor : …………………… tanggal ………………………. yang diterima kantor pelayanan
pajak ……………………… pada tanggal ……………………… dengan agenda nomor ……………………………… |
|||||
|
|
|
|||||
|
3. |
Atas
surat keberatan wajib pajak telah diterbitkan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pajak Nomor : KEP-…………………. Tanggal …………………………. yang isinya : |
|||||
|
|
3.1 |
Menolak/menerima
sebagian keberatan Wajib Pajak : |
||||
|
|
3.2 |
Mempertahankan/meninjau
kembali SKP/SKPT/SKKPP/SPb PPh perseorangan/badan/pasal 21/pasal 23/26 tahun
pajak …………………………… Nomor Kohir :……………………… tanggal …………………… dengan perincian
sebagai berikut: |
||||
Uraian |
Penghasilan Kena
Pajak/Bruto Rp. |
PPh
terhutang /Pokok Pajak Rp. |
Kredit
Pajak Rp. |
Sanksi
administrasi Rp. |
Jumlah
yang masih harus dibayar Rp. |
Semula Dikurang/ ditambah |
|
|
|
|
|
Menjadi
|
|
|
|
|
|
*) Coret yang tidak perlu |
-2-
III. |
ALASAN PERMOHONAN BANDING WAJIB PAJAK |
||||||
|
Terhadap keputusan Direktur
Jenderal Pajak Nomor : KEP-…………………………………..tanggal ………………………………wajib pajak
mengajukan banding dengan alasan-alasan sebagaimana tersebut dalam suratnya
Nomor : …………………………tanggal……………………………. Yang meliputi hal-hal sebagai berikut : |
||||||
|
Disini diuraikan isi
permohonan banding wajib pajak |
||||||
|
|
|
|||||
IV. |
PEMANDANGAN ATAS PERMOHONAN BANDING WAJIB PAJAK |
||||||
|
Setelah membaca surat
permohonan banding wajib pajak, mempelajari dan meneliti data yang ada,
bersama ini disampaikan pemandangan sebagai berikut : |
||||||
|
1. |
Surat permohonan banding wajib
pajak memenuhi/tidak memenuhi ketentuan formal sebagaimana dimaksud pasal 27
(1) Undang-undang Nomor 6 tahun 1983. |
|||||
|
2. |
Ketetapan semula yaitu
SKP/SKP1/SKKPP/SPb pajak penghasilan wajib pajak perseorangan/badan/pasal
21/pasal 123/26 tahun pajak……….nomor Kohir
:……………………………tanggal…………………………dierbitkan
berdasarkan……………………………No……………………………..tanggal……………………………….. |
|||||
|
3. |
Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor KEP……………………………………..tanggal……………………………………tentang keberatan atas
SKP/SKPT/SKKPP/SPb dihitung berdasarkan hal-hal sebagai berikut : |
|||||
|
|
A. |
Penetapan pajak berdasarkan
pembukuan |
||||
|
|
|
Disini diuraikan tanggapan KPP
atas keberatan wajib pajak dengan memperhatikan/berpedoman pada LHP. Laporan
hasil Verifikasi. KKP, dan uraian keberatan. |
||||
|
|
|
Dalam hal ini diuraikan
mengenai keberatan wajib pajak terhadap setiap pos yang dikoreksi dan
tanggapan fiskus dalam risalah keberatan yang didasarkan pada LHP/KKP, dengan
menyebutkan dasar hukumnya/yuridis fiskalnya serta bukti-bukti yang mendukung
sehingga keberatan wajib pajak atas koreksi tersebut diterima atau ditolak. |
||||
|
|
|
|
||||
|
|
B. |
Penetapan pajak berdasarkan pembukuan |
||||
|
|
|
B.1 |
Disini disebutkan alasan
diterapkannya norma penghitungan. |
|||
|
|
|
|
(wajib pajak menggunakan Norma
Penghitungan, pembukuan Wajib Pajak tidak lengkap, wajib pajak tidak
memperlihatkan pembukuan pada saat pemeriksaan/penelitian atau wajib pajak
tidak menyelenggarakan pembukuan). |
|||
|
|
|
|
Disebutkan pula jenis buku/dokumen/data yang diminta.jenis
buku/dokumen yang diberikan, dan alasan mengapa tanpa kelengkapan buku
tersebut fiskus tidak dapat menghitung PPh yang terhutang. |
|||
|
|
|
B.2 |
Diuraikan tanggapan KPP atas
keberatan wajib pajak dengan memperhatikan/berpedoman pada LHP, laporan Hasil
Verifikasi KKP dan uraian keberatan. |
|||
|
|
|
|
Dalam hal ini diuraikan
mengenai keberatan wajib pajak terhadap setiap pos yang dikoreksi dan
tanggapan fiskus dalam Risalah keberatan yang didasarkan pada LHP/KKP, dengan
menyebutkan dasar hukumnya/yuridis fiskalnya serta bukti-bukti yang mendukung
sehingga keberatan wajib pajak atas koreksi tersebut diterima atau ditolak. |
|||
|
|
|
|
|
|||
|
|
C. |
Penetapan Pajak atas Pemotongan/Pemungutan |
||||
|
|
|
Disini diuraikan tanggapan KPP
atas keberatan wajib pajak dengan memperhatikan/berpedoman pada LHP, Laporan
Hasil Verifikasi, KKP, dan uraian keberatan. |
||||
|
|
|
Dalam hal ini diuraikan
mengenai keberatan wajib pajak terhadap setiap pos yang dikoreksi dan
tanggapan fiskus dalam Risalah Keberatan yang didasarkan pada LHP/KKP. Dengan
menyebutkan dasar hukumnya/yuridis fiskalnya serta bukti-bukti yang mendukung
sehingga keberatan wajib pajak atas koreksi tersebut diterima atau ditolak. |
||||
|
|
|
|
|
|||
|
4. |
Analisa Banding |
|||||
|
|
Disini diuraikan tanggapan
tersebut uraian banding terhadap isi surat permohonan banding wajib pajak. apabila
banding wajib pajak. Apabila banding tersebut hanya mengulang isi keberatan
maka cukup diuraikan bahwa isi permohonan banding wajib pajak hanya mengulang
isi surat keberatannya, dan Direktur Jenderal Pajak mengusulkan agar majelis
pertimbangan pajak tidak mempertimbangkan (dalam hal keberatan wajib pajak
tidak mempertimbagkan karena tidak memenuhi persyaratan formal) atau menolak
permohonan banding wajib pajak dengan mengacu kepada alasan pada saat
menerbitkan surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan wajib
tersebut. |
|||||
|
|
Namun apabila dalam isi
permohonan banding wajib pajak terdapat sanggahan diluar keberatannya. Maka
atas setiap sanggahan dalam banding tersebut perlu ditanggapi dengan
memperhatikan LHP. Laporan Hasil Verifikasi, dan menyebutkan dasar hukumya
serta bukti-bukti yang mendukung sehingga diusulkan untuk menolak/menerima
permohonan banding wajib pajak atas koreksi tersebut. |
|||||
|
|
|
|
|
|||
V. |
KESIMPULAN DAN USUL |
||||||
|
Berdasrkan uraian tersebut
diatas.maka kami mengusulkan kepada Majelis Pertimbangan Pajak untuk
menolak/menerima permohonan banding wajib pajak/tidak mempertimbangkan
permohonan banding wajib pajak karena tidak memenuhi persyaratan formal tetap
mempertahankan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-………………………………… tanggal ------------------------------- tentang keberatan
wajib pajak atas SKP/SKPT/SKKP/SPb PPh perseorangan/Badan/Pasal
21/Pasal123/26 tahun pajak………………. atas nama ………………………… NPWP :
………………………………………….. |
||||||
|
A.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK |
||||||
|
|
|
|
|
…………………………………………………. |
||
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
……………………… |
|
|
|
|
|
|
|
NIP……………….. |
|
Lampiran 2.1
UNTUK
KETETAPAN PAJAK WAJIB PAJAK BADAN
YANG
DIHITUNG BERDASARKAN NORMA PENGHITUNGAN
a. |
Dasar penerapan Norma adalah
SPT WP menggunakan Norma Penghitungan/wp tidak menyelenggarakan
pembukuan/pembukuan WP tidak lengkap/WP tidak memperlihatkan pembukuan pada
saat diperiksa/diteliti. |
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||||||
b. |
Jenis usaha wajib pajak adalah
: |
||||||||||||||||||||||
|
|
- |
Dagang |
: |
Kode Lapangan Usaha (KLU) No…………… |
|
|||||||||||||||||
|
|
- |
Industri |
: |
Kode Lapangan Usaha (KLU) No…………… |
|
|||||||||||||||||
|
|
- |
Jasa/Pekerjaan Bebas |
: |
Kode Lapangan Usaha (KLU) No…………… |
|
|||||||||||||||||
|
|
- |
Lain –lain |
: |
Kode Lapangan Usaha (KLU) No…………… |
|
|||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||
c. |
Omzet/peredaran/penghasilan
WP sebagai dasar Norma penghitungan adalah : |
||||||||||||||||||||||
|
|
- |
Cfm.SPT |
: |
|
Rp…………………………… |
|
||||||||||||||||
|
|
- |
Koreksi Positif pemeriksa |
: |
|
|
|
||||||||||||||||
|
|
|
- |
Dagang |
: |
Rp…………………………… |
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
- |
Industri |
: |
Rp…………………………… |
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
- |
Jasa/Pekerjaan Bebas |
: |
Rp…………………………… |
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
- |
Lain-lain |
: |
Rp…………………………… |
|
|
|
||||||||||||||
|
|
JUMLAH KOREKSI POSITIP |
|
|
Rp…………………………… |
|
|||||||||||||||||
|
|
- |
Koreksi negatif pemeriksa |
|
|
|
|
||||||||||||||||
|
|
|
- |
Dagang |
: |
Rp…………………………… |
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
- |
Industri |
: |
Rp…………………………… |
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
- |
Jasa /Pekerjaan Bebas |
: |
Rp…………………………… |
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
- |
Lain-lain |
: |
Rp…………………………… |
|
|
|
||||||||||||||
|
|
JUMLAH KOREKSI NEGATIF |
|
|
|
(Rp……………………………) |
|
||||||||||||||||
|
|
Penghasilan Bruto Cfm.
pemeriksa |
|
|
|
(Rp……………………………) |
|
||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
d. |
Penghitungan penghasilan
Netto dari usaha/pekerjaan bebas : |
||||||||||||||||||||||
|
- |
Dagang |
: |
………………..% |
X |
Rp…………………………… |
|
: |
Rp…………………………… |
||||||||||||||
|
- |
Industri |
: |
………………..% |
X |
Rp…………………………… |
|
: |
Rp…………………………… |
||||||||||||||
|
- |
Jasa/pekerjaan Bebas |
: |
………………..% |
X |
Rp…………………………… |
|
: |
Rp…………………………… |
||||||||||||||
|
- |
Lain-lain |
: |
………………..% |
X |
Rp…………………………… |
|
: |
Rp…………………………… |
||||||||||||||
|
Jumlah penghasilan netto
dari usaha/ |
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
Pekerjaan bebas |
|
|
|
|
Rp…………………………… |
|||||||||||||||||
|
Penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan |
|
|
Rp…………………………… |
|||||||||||||||||||
|
Penghasilan dari luar usaha |
|
|
Rp…………………………… |
|||||||||||||||||||
|
Penghasilan yang berkenaan
dengan masa |
|
|||||||||||||||||||||
|
lebih dari 12 bulan |
|
Rp…………………………… |
||||||||||||||||||||
e. |
Penghasilan Kena Pajak (PKP) |
|
|
Rp…………………………… |
|
||||||||||||||||||
f. |
PKP dibulatkan |
|
|
Rp…………………………… |
|
||||||||||||||||||
g. |
PPh terhutang |
: |
|
|
|
|
|
||||||||||||||||
|
15% |
x |
Rp…………………………… |
|
|
|
|||||||||||||||||
|
25% |
X |
Rp…………………………… |
|
|
|
|||||||||||||||||
|
35% |
x |
Rp…………………………… |
|
|
|
|||||||||||||||||
|
Jumlah PPh yang terhutang |
Rp…………………………… |
|
||||||||||||||||||||
h. |
Kredit Pajak |
Rp…………………………… |
|
||||||||||||||||||||
i. |
PPh kurang dibayar |
Rp…………………………… |
|
||||||||||||||||||||
j. |
Sanksi Adm. Psl. Ayat (
) |
|
|
||||||||||||||||||||
|
UU No.6/1983 |
Rp…………………………… |
|
||||||||||||||||||||
k. |
PPh ymh. Dibayar |
Rp…………………………… |
|
||||||||||||||||||||
|
|
=============== |
|
||||||||||||||||||||
Lampiran 2.2
UNTUK
KETETAPAN PAJAK PERSEORANGAN
YANG
DIHITUNG BERDASARKAN PEMBUKUAN
a. |
Penghasilan kena pajak cfm SPT |
Rp |
………………………… |
||
b. |
Koreksi positif |
: |
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
c. |
Koreksi negatif |
: |
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
d. |
Penghasilan kena pajak setelah koreksi |
Rp |
………………………… |
||
e. |
Penghasilan tidak pajak (K/………) |
Rp |
………………………… |
||
f. |
Penghasilan kena pajak (PKP) |
Rp. |
………………………… |
||
g. |
Dibulatkan |
Rp. |
………………………… |
||
h. |
PPh terhutang |
Rp. |
………………………… |
||
i. |
Kredit pajak |
Rp. |
………………………… |
||
j. |
Pajak hutang dibayar |
Rp. |
………………………… |
||
k. |
Sanksi Adm…..*)UU No. 6/1983 |
Rp. |
………………………… |
||
l. |
PPh yang masih harus dibayar |
Rp. |
………………………… |
||
|
|
|
|
|
============ |
|
|
|
|
|
|
Ket : |
|
|
|||
*) dokumen sumber tidak jelas |
|
|
Lampiran 2.3
UNTUK
KETETAPAN PAJAK WAJIB PAJAK PERSEORANGAN
YANG
DIHITUNG BERDASARKAN NORMA PENGHITUNGAN
a. |
Dasar Penerapan Norma adalah
SPT WP yang menggunakan Norma penghitungan/WF tidak menyelenggarakan
pembukuan/pembukuan WP tidak lengkap/WP tidak memperlihatkan pembukuan pada
saat diperiksa/diteliti |
|||||||||||||
|
|
|||||||||||||
b. |
Jenis usaha wajib pajak adalah : |
|||||||||||||
|
- |
Dagang |
: |
Kode lapangan usaha (KLU) No…………………. |
||||||||||
|
- |
Industri |
: |
Kode lapangan usaha (KLU) No…………………. |
||||||||||
|
- |
Jasa/Pekerjaan Bebas |
: |
Kode lapangan usaha (KLU) No…………………. |
||||||||||
|
- |
Lain-lain |
: |
Kode lapangan usaha (KLU) No…………………. |
||||||||||
|
|
|||||||||||||
c. |
Omzet/peredaran/penghasilan WP (sebagai dasar norma
penghitungan adalah |
|||||||||||||
|
- |
Cfm.SPT |
Rp. |
…………………… |
||||||||||
|
|
Koreksi positif pemeriksa |
||||||||||||
|
|
- |
Dagang |
: |
Rp…………………… |
|
|
|||||||
|
|
- |
Industri |
: |
Rp…………………… |
|
|
|||||||
|
|
- |
Jasa/pekerjaan
Bebas |
: |
Rp…………………… |
|
|
|||||||
|
|
- |
Lain-lain |
: |
Rp…………………… |
|
|
|||||||
|
JUMLAH KOREKSI POSITIF |
|
|
Rp. |
…………………… |
|||||||||
|
- |
Koreksi negatif pemeriksa |
|
|
|
|
||||||||
|
|
- |
Dagang |
: |
Rp…………………… |
|
|
|||||||
|
|
- |
Industri |
: |
Rp…………………… |
|
|
|||||||
|
|
- |
Jasa/pekerjaan bebas |
: |
Rp …………………. |
|
|
|||||||
|
|
- |
Lain-lain |
: |
Rp…………………… |
|
|
|||||||
|
JUMLAH KOREKSI NEGATIF |
|
|
Rp. |
…………………… |
|||||||||
|
Penghasilan Bruto cfm.pemeriksa |
|
|
Rp. |
…………………… |
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
d. |
Penghitungan penghasilan Netto dari usaha/pekerjaan
bebas : |
|||||||||||||
|
- |
Dagang |
: |
……………………% |
x |
Rp…………………. |
Rp. |
…………………………… |
||||||
|
- |
Industri |
: |
……………………% |
x |
Rp…………………. |
Rp. |
…………………………… |
||||||
|
- |
Jasa/pekerjaan Bebas |
: |
……………………% |
x |
Rp…………………. |
Rp. |
…………………………… |
||||||
|
- |
Lain-lain |
: |
……………………% |
x |
Rp…………………. |
Rp. |
…………………………… |
||||||
|
Jumlah penghasilan netto dari usaha/ |
|
|
|
|
|||||||||
|
Pekerjaan bebas |
|
|
|
|
Rp. |
…………………………… |
|||||||
|
Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan |
|
|
Rp. |
…………………………… |
|||||||||
|
Penghasilan dari luar usaha |
|
|
|
|
Rp. |
…………………………… |
|||||||
|
Penghasilan yang berkenaan dengan masa Lebih dari 12 bulan |
|
|
Rp. |
…………………………… |
|||||||||
e. |
Penghasilan kena pajak (PKP) |
|
|
|
|
Rp. |
…………………………… |
|||||||
f. |
PKP dibulatkan |
|
|
|
|
Rp. |
…………………………… |
|||||||
g. |
PPh terhutang |
|
|
|
|
Rp. |
…………………………… |
|||||||
|
15 |
% |
X |
Rp……………………………………. |
|
|
|
|
|
|
||||
|
25 |
% |
X |
Rp……………………………………. |
|
|
|
|
|
|
||||
|
35 |
% |
X |
Rp……………………………………. |
|
|
|
|
|
|
||||
|
Jumlah PPh yang terhutang |
|
|
|
|
Rp. |
…………………………… |
|||||||
h. |
Kredit pajak |
|
|
|
|
Rp. |
…………………………… |
|||||||
i. |
PPh kurang dibayar |
|
|
|
|
Rp. |
…………………………… |
|||||||
j. |
Sanksi Adm.Psl
ayat UU No. 6/1983 |
|
|
|
|
Rp. |
…………………………… |
|||||||
k. |
PPh ynh. dibayar |
|
|
|
|
Rp. |
…………………………… |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
============== |
|||||||
Lampiran 2.4
UNTUK
KETETAPAN PAJAK PPh PASAL 21
a. |
Penghasilan Bruto : |
||||
|
Cfm. SPT WP |
||||
|
1. |
Karyawan Tetap |
Rp …………………………… |
|
|
|
2. |
Karyawan tidak tetap |
Rp …………………………… |
|
|
|
3. |
Penerimaan Honorarium |
Rp …………………………… |
|
|
|
4. |
Imbalan lainnya |
Rp …………………………… |
|
|
|
Jumlah |
|
Rp …………………………… |
|
|
|
Cfm. Pemeriksa/Peneliti |
|
|
|
|
|
1. |
Karyawan Tetap |
Rp …………………………… |
|
|
|
2. |
Karyawan tidak tetap |
Rp …………………………… |
|
|
|
3. |
Penerima Honorarium |
Rp …………………………… |
|
|
|
4. |
Imbalan Lainnya |
Rp …………………………… |
|
|
|
Jumlah |
|
|
|
|
|
Koreksi pemeriksa/peneliti |
|
Rp …………………………… |
|
|
|
|
|
|
================ |
|
|
Penghasilan Bruto cfm.
Pemeriksa/peneliti |
Rp …………………………… |
|
||
|
|
|
|
================ |
|
|
|
|
|
|
|
b. |
PPh pasal 21 terhutang : |
|
|
|
|
|
- |
Cfm. SPT WP |
Rp …………………………… |
|
|
|
- |
Cfm. Pemeriksa/peneliti |
Rp …………………………… |
|
|
|
Jumlah |
|
Rp …………………………… |
|
|
c. |
Kredit Pajak : |
|
|
|
|
|
- |
PPh Pasal 21 disetor |
Rp …………………………… |
|
|
|
- |
Dikurangi kompensasi |
|
|
|
|
|
Kelebihan pembayaran Ke tahun ya.d. |
Rp …………………………… |
|
|
|
Yang dapat diperhitungkan sbg.
Kredit pajak |
Rp …………………………… |
|
||
|
|
|
|
|
|
d. |
PPh kurang dibayar/lebih bayar |
|
Rp …………………………… |
|
|
e. |
Sanksi Adm.Psl. ayat ( ) UU No. 6/1983 |
|
Rp …………………………… |
|
|
f. |
Jumlah ymh. dibayar |
|
Rp …………………………… |
|
|
|
|
|
================ |
|
Lampiran 2.5
UNTUK
KETETAPAN PAJAK PPh PASAL 25/26
a. |
Penghasilan Bruto sebagai objek PPh Psl 23/26 : |
|||||
|
Cfm. SPT WP |
|||||
|
1. |
Dividen |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
2. |
Bunga |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
3. |
Sewa/penghasilan lain Sehubungan dengan Pengguna harta |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
4. |
Royalty |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
5. |
Imbalan untuk : |
|
|
|
|
|
|
- |
Jasa Manajemen |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
- |
Jasa Teknik |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
- |
Jasa lainnya yang dilakukan di
indonesia (khusus PPh Psl 26) |
Rp …………………………… |
|
|
|
6. |
Keuntungan setelah di kurangi
pajak bagi BUT (khusus PPh Psl. 26) |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
|
Jumlah |
Rp …………………………… |
Rp …………………………… |
|
|
|
Cfm. Pemeriksa/Peneliti |
|
Rp …………………………… |
|
||
|
1. |
Dividen |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
2. |
Bunga |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
3. |
Sewa/penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
4. |
Royalty |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
5. |
Imbalan untuk : |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
|
- |
Rp …………………………… |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
- |
Rp …………………………… |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
- |
Rp …………………………… |
Rp …………………………… |
|
|
|
6. |
Keuntungan setelah di kurangi
pajak bagi BUT (khusus PPh Psl. 26) |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
|
Jumlah |
|
Rp …………………………… |
|
|
|
|
Koreksi pemeriksa/peneliti |
|
Rp …………………………… |
|
|
|
|
|
|
|
================ |
|
b. |
PPh pasal 23/26 terhutang : |
|
|
|
||
|
- |
Cfm. SPT WP |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
- |
Cfm. Pemeriksa/peneliti |
Rp …………………………… |
|
|
|
|
|
Jumlah |
|
Rp …………………………… |
|
|
c. |
Kredit pajak : |
|
|
|
||
|
- |
PPh Pasal 23/26 disetor |
|
Rp …………………………… |
|
|
d. |
PPh kurang dibayar/lebih bayar |
|
Rp …………………………… |
|
||
e. |
Sanksi Adm. Psl. Ayat
( ) UU No. 6/1983 |
|
Rp …………………………… |
|
||
f. |
Jumlah ymh. Dibayar |
|
Rp …………………………… |
|
||
|
|
|
|
|
================ |
|
PETUNJUK
PEMBUATAN URAIAN BANDING
UNTUK
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Isi uraian banding dibagi
dalam 6 materi pokok yaitu : |
|||
I. |
Umum |
||
II. |
Ketentuan formal |
||
III. |
Uraian mengenai ketetapan
pajak, surat keberatan PKP dan keputusan atas keberatan. |
||
IV. |
Alasan permohonan banding |
||
V. |
Tanggapan atas permohonan
banding |
||
VI. |
Kesimpulan dan usul |
||
|
|
||
|
|
||
I. |
Umum : |
||
|
Hal-hal yang dikemukakan
disini adalah identitas dari permohon banding, dan tanggal surat
permintaan banding dari MPP, nomor
dan tanggal surat permohonan banding terhadap keputusan Direktur Jenderal
Pajak. |
||
|
|
||
II. |
Ketentuan Formal : |
||
|
Hal-hal yang diuraikan disini
antara lain adalah : |
||
|
1. |
Nomor dan tanggal serta isi
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas permohon keberatan PKP. |
|
|
2. |
Tanggal surat PKP dan tanggal
diterimanya di MPP serta tanggal diterimanya oleh Direktorat Jenderal Pajak
atas permohonan banding tersebut. |
|
|
3. |
Kesimpulan apakah surat
permohonan banding memenuhi ketentuan formal atau tidak, sehingga banding
dapat dipertimbangkan atau tidak dapat dipertimbangkan lebih lanjut. |
|
|
|
|
|
|
|
Apabila permohonan banding
ternyata tidak memenuhi ketentuan formal, agar dilampirkan copy dari
bukti-bukti yang memuat tanggal-tanggal kronologis yang menunjukkan bahwa
permohonan banding tidak memenuhi ketentuan formal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (1) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983. |
|
|
|
|
|
III. |
Ketetapan semula : |
||
|
Hal-hal yang diuraikan dalam
Bab ini antara lain adalah : |
||
|
1. |
Ketetapan semula : |
|
|
|
Uraian mengenai jenis
ketetapan (SKP/SKPT/SKKPP), masa dan tahun pajak, nomor ketetapan dan tanggal
penerbitan, dan dasar penerbitan (pemeriksaan buku, atau penelitian atau
verifikasi lapangan atau lainnya) yang memuat antara lain : |
|
|
|
a. |
Perbandingan Perhitungan PPN
terutang menurut SPT PKP dan menurut pemeriksa, jumlah koreksi yang dilakukan
pemeriksa. |
|
|
b. |
Alasan dilakukan koreksi
setiap koreksi supaya diberikan penjelasan/alasan. |
|
|
c. |
PPN setelah di koreksi |
|
|
d. |
PPN kurang/lebih bayar. |
|
|
e. |
Sanksi Administrasi |
|
|
f. |
PPN yang masih harus/lebih
dibayar. |
|
|
|
|
|
2. |
Uraian mengenai surat
keberatan PKP : |
|
|
|
Hal-hal yang diuraikan antara
lain adalah : |
|
|
|
a. |
Nomor dan tanggal surat
keberatan; |
|
|
b. |
Tanggal diterimannya surat
keberatan PKP di KPP; |
|
|
c. |
Apakah surat keberatan
tersebut memenuhi persyaratan formal atau tidak; |
|
|
d. |
Uraian secara rinci dan
ringkas sanggahan PKP dalam surat keberatannya beserta perhitungan PPN menurut
PKP. |
|
|
|
|
|
3. |
Keputusan atas keberatan : |
|
|
|
Hal-hal yang diuraikan antara
lain adalah : |
|
|
|
a. |
Nomor dan tanggal Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pajak; |
|
|
b. |
Isi Surat Keputusan menolak
atau menerima sebagian/menerima seluruhnya permohonan PKP; |
|
|
c. |
Alasan-alasan yang dipakai sebagai alasan dalam memberikan keputusan
keberatan. Uraian ini di uraikan butir
demi butir secara ringkas; |
|
|
d. |
Apabila ketentuan formal tidak
dipenuhi, supaya diuraikan bahwa dasar keputusan adalah tidak terpenuhinya ketentuan
formal; |
|
|
e. |
Penghitungan PPN sesuai dengan
keputusan keberatan Direktur Jenderal Pajak. |
|
|
|
|
IV. |
Alasan permohonan banding: |
||
|
Dalam Bab ini diuraikan secara
rinci dan ringkas alasan dan atau bukti-bukti yang dikemukakan PKP sesuai
dengan surat permohonan banding yang bersangkutan. |
||
|
|
|
|
V. |
Tanggapan atas permohonan
banding: |
||
|
Dalam Bab ini antara lain
diuraikan mengenai tanggapan Direktur Jenderal Pajak terhadap alasan-alasan,
data, atau bukti-bukti baik yang lama ataupun yang baru yang dikemukakan PKP
dalam permohonan banding yang diuraikan satu persatu sesuai yang dikemukakan
pemohon dalam permohonan bandingnya. Dalam hal ketentuan formal
tidak dipenuhi, maka tanggapan atas alasan-alasan permohonan banding harus
dibuat. |
||
|
Dalam membuat tanggapan
hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut : |
||
|
1. |
Setiap hal yang disanggah oleh
pemohon banding dalam permohonan bandingnya supaya ditanggapi, baik tanggapan
itu mengakui kebenaran sanggahan pemohon banding maupun tanggapan itu menolak
(tidak mengakui kebenaran) sanggahan pemohon banding. Tanggapan agar dibuat
satu persatu, dengan urutan yang sama dan secara langsung serta kategoris
mengenai hal-hal yang dikemukakan oleh pemohon banding dalam surat permohonan
bandingnya. Tanggapan itu harus mengenai semua
hal yang menyangkut perkara, pendapat mengenai semua fakta yang dikemukakan
pemohon banding dinyatakan secara tegas, ringkas, tetapi jelas. |
|
|
|
|
|
|
2. |
Pihak yang menyatakan sesuatu,
apabila disangkal oleh pihak lainnnya harus membuktikan kebenaran pernyataannya,
kecuali apabila menurut penalaran yang sehat pihak lainnya itu lebih mudah
membuktikan ketidakbenaran dari pernyataan lawannya. |
|
|
|
|
|
|
3. |
Di dalam sistem perpajakan
yang berlaku sekarang ini, apabila pemohon tidak memenuhi kewajiban-kewajiban
formalnya sedemikian rupa sehingga pihak Direktorat Jenderal Pajak terpaksa
menghitung besarnya hutang pajak berdasarkan informasi yang minim atau tanpa
informasi sama sekali, maka yang berkewajiban untuk membuktikan sebaliknya
adalah pemohon. |
|
|
|
|
|
|
4. |
Pernyataan-pernyataan mengenai
suatu fakta, apabila tidak dibantah oleh pihak lainnya akan dianggap benar
oleh Majelis. |
|
|
|
|
|
|
5. |
Pernyataan-pernyataan mengenai
hukum, Majelis akan menentukan pendiriannya sendiri (independen), bahkan
walaupun tidak terdapat perbedaan pendapat antara Direktorat Jenderal Pajak
dengan pemohon. Hal tersebut sesuai dengan prinsip yang dianut Majelis bahwa
ia menafsirkan bunyi Undang-undang menurut keyakinannya sendiri. |
|
|
|
|
|
|
6. |
Baik pemohon maupun Direktorat
Jenderal Pajak dapat mengemukakan alasan-alasan ataupun fakta-fakta baru yang
tidak dikemukakan pada tingkat keberatan. Apakah Majelis akan menolak atau menerima alasan
atau fakta baru tersebut tergantung kepada logis tidaknya alasan atau
kebenaran fakta tersebut. |
|
|
|
|
|
|
7. |
Majelis berpegang pada azas
material, oleh karena itu penggunaan istilah tertentu tidak akan berpengaruh,
dan juga tidak adanya NPWP tidak menghilangkan kewajiban pemohon untuk
memenuhi kewajiban yang diwajibkan undang-undang. |
|
|
|
|
|
|
8. |
Penolakan atas pembukuan harus
berdasarkan alasan yang kuat dan mendasar. Apabila Direktorat Jenderal
Pajak menetapkan bahwa pembukuan permohonan banding tidak lengkap, majelis
menghendaki agar dalam uraian banding disebutkan buku apa saja yang
sewajarnya dibuat oleh pemohon dan hendaknya secara tegas pula buku apa yang
tidak dibuat oleh pemohon, tetapi apabila dari bukti-bukti lain dapat
diketahui/dihitung besarnya sesuatu fakta yang dikehendaki dan itu
bukan/tidak dapat dipakai oleh pemohon untuk mengecilkan pajak yang terutang,
maka Majelis akan menganggap sesuai pasal 28 Undang-undang Nomor 6 Tahun
1983. Apabila Direktorat Jendera
Pajak menyatakan bahwa angka-angka dalam pembukuan pemohon banding adalah
tidak benar, majelis juga menghendaki agar Direktorat Jenderal Pajak menunjukkan
bukti bahwa pernyataan itu berdasarkan pengujian materi atas pembukuan
pemohon. Apabila Direktorat Jenderal
Pajak menyatakan bahwa pemohon tidak bersedia memperlihatkan/menyerahkan
pembukuan untuk diperiksa, Majelis mennghendaki agar pernyataan tersebut
didukung dengan bukti-bukti buku apa saja yang sewajarnya ada pada pemohon
tetapi oleh pemohon tidak diserahkan kepada pemeriksa. |
|
|
|
|
|
|
9. |
Penetapan yang menyimpang dari
SPT/tidak mengakui kebenaran data yang disebutkan dalam SPT, harus didasari
alasan yang kuat, misalnya karena tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan
buku/pemeriksaan setempat atau sekurang-kurangnya berdasarkan keterangan
lain. Majelis pada dasarnya tidak
membenarkan cara menaksir peredaran (omset) dengan cara menyetahunkan
peredaran dalam suatu masa/hari. |
|
|
|
|
|
VI |
Kesimpulan dan Usul: |
||
|
Dalam Bab ini antara lain
diuraikan: |
||
|
1. |
Kesimpulan : |
|
|
|
Kesimpulan berupa : |
|
|
|
a. |
Surat permohonan banding
memenuhi/tidak memenuhi ketentuan formal sebagaimana dimaksud Pasal 27 ayat
(1) dan ayat (2) UU Nomor 6 Tahun 1983. kemukakan sebab-sebabnya; |
|
|
b. |
Alasan-alasan yang dikemukakan
oleh pemohon banding benar/sebagian tidak benar/tidak benar. Kemukakan
sebab-sebabnya; |
|
|
c. |
Data/bukti yang dikemukakan
pemohon banding seluruhnya benar/sebagian tidak benar/tidak benar. Kemukakan
sebab-sebabnya; |
|
|
d. |
Penghitungan pajak oleh
pemohon banding seluruhnya benar/sebagian tidak benar/seluruhnya tidak benar.
Kemukakan sebab-sebabnya. |
|
|
|
|
|
2. |
Usul : |
|
|
|
Usul dapat berupa : |
|
|
|
a. |
Usul agar MPP tidak mempertimbangkan
dan atau tidak menerima permohonan banding, dalam hal surat permohonan
banding tidak memenuhi ketentuan formal; |
|
|
b. |
Usul agar Majelis Pertimbangan
Pajak tidak mempertimbangkan permohonan banding PKP atau menolak dan
mempertahankan Keputusan atas keberatan yang dikeluarkan oleh Direktur
Jenderal Pajak, apabila Surat Keputusan Keberatan Direktur Jenderal Pajak
diterbitkan berdasarkan permohonan keberatan PKP yang tidak memenuhi
persyaratan formal. |
|
|
c. |
Usul agar MPP menolak
permohonan banding dan tetap mempertahankan keputusan atas keberatan yang
diterbitkan Direktur Jenderal Pajak dalam hal surat permohonan banding
memenuhi ketentuan formal, tetapi alasan-alasan, dan atau bukti yang
dikemukakan PKP tidak benar, dan atau penghitungan pajak oleh PKP tidak
benar; |
|
|
d. |
Usul agar permohonan banding
dipertimbangkan sesuai dengan alasannya. |
Catatan : |
|||
Uraian banding yang dikirim ke
Majelis Pertimbangan Pajak tidak boleh dalam bentuk formulir yang diisi
tetapi merupakan suatu uraian banding yang utuh. |
|||
(contoh surat uraian banding
dapat dilihat dalam lampiran 4). |
LAMPIRAN 4
Nomor |
: |
………………………………… |
(1) |
|
……… , |
…………………………(2) |
|
Lampiran |
: |
………………………………… |
(3) |
|
|
Kepada Yth : |
|
Perihal |
: |
Uraian Banding terhadap |
|
|
|
||
|
|
SK Dirjen Pajak No…………. |
|
Sdr, |
Sekretaris Majelis |
||
|
|
………………………………… |
(4) |
|
|
Pertimbangan Pajak |
|
|
|
atas………………………… |
(5) |
|
|
Jl.Cut Meutia No.7 |
|
|
|
Masa Pajak……………………… |
|
|
di- |
||
|
|
………………………………… |
(6) |
|
|
Jakarta |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
I |
UMUM : |
|||||
|
Bersama ini disampaikan uraian
banding Direktur Jenderal Pajak berserta berkas banding Pajak Pertambahan
Nilai atas nama : |
|||||
|
1. |
Pemohon banding |
: |
……………… |
(7) |
|
|
2. |
N P W P |
: |
……………… |
(8) |
|
|
3. |
Nomor dan tanggal |
: |
……………… |
(9) |
|
|
|
Pengukuhan PKP |
: |
……………… |
|
|
|
4. |
Usaha |
: |
……………… |
(10) |
|
|
5. |
Alamat |
: |
……………… |
(11) |
|
|
Untuk memenuhi permintaan
Majelis Pertimbangan Pajak sebagaimana tercantum dalam suratnya No
…………………………….. (12) mengenai permohonan banding dari PKP dalam surat No ……………
(13) yang berisi sanggahan terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak No
………………………… (14) |
|||||
|
|
|
||||
II |
Ketentuan Formal : |
|||||
|
1. |
Keputusan Direktur Jenderal
Pajak diterbitkan tanggal …………… (15) dengan ketetapan ……… (16) permohonan
keberatan Wajib Pajak. |
||||
|
2. |
Surat permohonan Banding PKP
dibuat tanggal …………… (17) diterima Majelis tanggal ……… (18). Permintaan
uraian banding MPP tanggal …………… (19). Diterima oleh Direktur Jenderal Pajak
tanggal …………… (20). |
||||
|
3. |
Sesuai dengan pasal 27 ayat
(1) UU No.6 tahun 1983, jo Pasal 5 ayat (3) Peraturan banding urusan Pajak,
PKP dapat mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak terhadap
Keputusan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak mengenai keberatannya
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal Keputusan ditetapkan dengan
dilampiri salinan Surat Keputusan tersebut disertai angka-angka yang dapat
menyimpulkan jumlah pajak menurut pemohon seharusnya dikenakan kepadanya. |
||||
|
|
Sesuai dengan butir II.1,
Keputusan Direktur Jenderal Pajak diterbitkan tanggal ………… (21) dan sesuai
butir II.2 permohonan banding diterima Majelis Pertimbangan Pajak tanggal
…………………… (22), dengan demikian permohonan banding disampaikan ………………… (23) 3
(tiga) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) UU No. 6 Tahun
1983. Dapat menyimpulkan jumlah
pajak yang seharusnya dikenakan kepadanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (3) Peraturan Banding Urusan Pajak, maka permohonan banding …………………………
(25) dipertimbangkan lebih lanjut. |
||||
|
|
|
||||
III |
Uraian mengenai
Ketetapan Pajak, Surat Keberatan dan Keputusan atas Keberatan |
|||||
|
|
|
||||
|
1. |
Uraian Ketetapan Pajak |
||||
|
|
……………………..(26) Mana Pajak
………………………….. (27) Kohir No …………………….. (28) didasarkan pada ………………. (29) Nomor
………………….. (30) dengan perhitungan sebagai berikut : |
||||
|
|
…………………………………………………………… |
||||
|
|
…………………………………………………………… |
||||
|
|
…………………………………………………………… |
||||
|
|
…………………………………………………………… |
||||
|
|
……………………………………………………………(31) |
||||
|
|
|
||||
|
2. |
Uraian mengenai Surat
Keberatan |
||||
|
|
Surat keberatan PKP No
………………….. (32) yang diterima oleh KPP tanggal……………..(33) sehingga …………. (34)
Pasal 25 ayat (3) UU No.6 Tahun 1983. |
||||
|
|
Alasan keberatan sebagai
berikut : |
||||
|
|
…………………………………………………… |
||||
|
|
…………………………………………………… |
||||
|
|
…………………………………………………… |
||||
|
|
…………………………………………………… |
||||
|
|
…………………………………………………… |
||||
|
|
……………………………………………………(35) |
||||
|
|
|
||||
|
3. |
Uraian mengenai keputusan atas
keberatan |
||||
|
|
Terhadap surat keberatan
seperti tersebut diatas, Drektur Jenderal Pajak dengan Keputusan No……….. (36)
menetapkan …………. (37) permohonan PKP dengan alasan-alasan sebagai berikut : |
||||
|
|
…………………………………………………… |
||||
|
|
…………………………………………………… |
||||
|
|
…………………………………………………… |
||||
|
|
…………………………………………………… |
||||
|
|
……………………………………………………(38) |
||||
|
|
|
|
|
Dengan penghitungan sebagai
berikut : |
(39) |
|
|
||||||||
|
|
|
|
|
|
||||||||
|
|
Dasar Pengenaan Pajak : |
Rp |
…………………………… |
|
||||||||
|
|
Pajak Keluaran |
: |
|
|
|
|
||||||
|
|
- |
……………………… |
: |
|
Rp |
…………………………. |
|
|
|
|
||
|
|
- |
……………………… |
: |
|
Rp |
…………………………. |
|
|
|
|
||
|
|
|
Jumlah Pajak Keluaran |
|
Rp |
…………………………… |
|
||||||
|
|
Kredit pajak |
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
- |
……………………… |
: |
|
Rp |
…………………………. |
|
|
|
|
||
|
|
- |
……………………… |
: |
|
Rp |
…………………………. |
|
|
|
|
||
|
|
|
Jumlah Kredit Pajak |
: |
|
Rp |
…………………………… |
|
|||||
|
|
Pajak yang kurang (lebih)
disetor |
|
|
Rp |
…………………………… |
|
||||||
|
|
Telah dikompensasi/restitusi |
|
|
Rp |
…………………………… |
|
||||||
|
|
Pajak yang kurang (lebih)
bayar |
: |
|
Rp |
…………………………… |
|
||||||
|
|
Sanksi Administrasi |
|
|
|
|
|
||||||
|
|
- |
Bunga Pasal 13 ayat (2) KUP |
Rp |
…………………………… |
|
|
|
|||||
|
|
- |
Kenaikan Pasal 13 ayat (3) KUP |
Rp |
…………………………… |
|
|
|
|||||
|
|
|
Jumlah sanksi administrasi |
|
|
Rp. |
…………………………… |
|
|||||
|
|
Jumlah Pajak yang masih harus
dibayar |
Rp |
…………………………… |
|
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
IV |
Alasan Permohonan
Banding
|
|
|
|
|
|
|||||||
|
Didalam surat bandingnya
pemohon menyampaikan keterangan dan sanggahan sebagai berikut : |
||||||||||||
|
……………………………………………… |
||||||||||||
|
……………………………………………… |
||||||||||||
|
……………………………………………… |
||||||||||||
|
………………………………………………(40) |
||||||||||||
|
|
||||||||||||
V. |
Tanggapan atas
permohonan banding. |
||||||||||||
|
|
||||||||||||
|
Sehubungan dengan permohonan
banding tersebut pada butir IV Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan
tanggapan atas permohonan banding sebagai berikut : |
||||||||||||
|
……………………………………………… |
||||||||||||
|
……………………………………………… |
||||||||||||
|
……………………………………………… |
||||||||||||
|
……………………………………………… |
||||||||||||
|
………………………………………………(41) |
||||||||||||
|
|
||||||||||||
VI. |
Kesimpulan
dan usul |
||||||||||||
|
1. Kesimpulan |
||||||||||||
|
|
Berdasarkan uraian tersebut
pada butir V di atas, maka dapat disimpulkan : |
|||||||||||
|
|
……………………………………………… |
|||||||||||
|
|
……………………………………………… |
|||||||||||
|
|
………………………………………………(42) |
|||||||||||
|
|
|
|||||||||||
|
2. |
Usul
|
|||||||||||
|
|
Berdasarkan kesimpulan
tersebut di atas, maka diusulkan kepada MPP untuk……………..(43) karena ……………….. |
|||||||||||
|
|
……………………………………………. |
|||||||||||
|
|
…………………………………………….(44) |
|||||||||||
|
|
|
|||||||||||
|
3. |
Sebagai bahan pertimbangan
Majelis bersama ini disertakan juga dokumen pendukung yang menjadi dasar
pertimbangan dalam uraian banding ini, yaitu : (45) |
|||||||||||
|
|
- |
Laporan Hasil Pemeriksaan No.
Lap…………………….tanggal………………. |
||||||||||
|
|
- |
SKP-PPN Masa……………..beserta
Nota penghitunganya. |
||||||||||
|
|
- |
Surat keberatan PKP
No…………………………tanggal……………….. |
||||||||||
|
|
- |
Uraian penyelesaian keberatan
SKP-PPN Masa Pajak………………. |
||||||||||
|
|
- |
SPT-PPN Masa yang
bersangkutan. |
||||||||||
|
|
- |
Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pajak No.Kep-……………………… |
||||||||||
|
|
|
tanggal………….. |
||||||||||
|
|
- |
dan lain-lain. |
||||||||||
|
A.N. DIREKTUR JENDERAL PAJAK |
||||||||||||
Banding. Kon / file random 6 |
|
||||||||||||
PETUNJUK
PENGISIAN SURAT URAIAN BANDING
SKP-PPN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Angka |
1 |
: |
Diisi nomor dan
tanggal surat uraian banding |
Angka |
2 |
: |
Diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun surat uraian
banding |
Angka |
3 |
: |
Diisi jumlah lampiran surat uraian banding |
Angka |
4 |
: |
Diisi nomor dan tanggal Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pajak |
Angka |
5 |
: |
Diisi SKP atau SKPT atau SKKPP |
Angka |
6 |
: |
Diisi masa pajak yang bersangkutan |
I. Umum |
|||
Angka |
7 |
: |
Diisi Nama Jelas Pemohon Banding |
Angka |
8 |
: |
Diisi NPWP Pemohon Banding |
Angka |
9 |
: |
Diisi nomor dan
tanggal pengukuhan PKP |
Angka |
10 |
: |
Diisi usaha Pemohon Banding secara jelas dan lengkap |
Angka |
11 |
: |
Diisi alamat Pemohon Banding (alamat terakhir) |
Angka |
12 |
: |
Diisi nomor dan tanggal Surat Permintaan Uraian Banding
dari MPP |
Angka |
13 |
: |
Diisi nomor dan tanggal Surat Permohonan Banding dari
pemohon Banding |
Angka |
14 |
: |
Diisi nomor dan tanggal Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pajak yang dimintakan banding. |
II. |
KETENTUAN FORMAL. |
|||
1. |
Angka |
15 |
: |
Diisi tanggal Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak |
|
Angka |
16 |
: |
Diisi dengan Menolak atau Menerima Sebagian sesuai
dengan ketetapan pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak |
|
|
|
|
|
2. |
Angka |
17 |
: |
Diisi tanggal Surat Permohonan Banding |
|
Angka |
18 |
: |
Diisi tanggal terima Surat Banding PKP di Majelis
Pertimbangan Pajak. |
|
Angka |
19 |
: |
Diisi tanggal surat permintaan uraian banding dari MPP |
|
Angka |
20 |
: |
Diisi tanggal terima permintaan uraian banding MPP di
Direktorat Jenderal Pajak. |
|
|
|
|
|
3. |
Angka |
21 |
: |
Diisi tanggal Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak |
|
Angka |
22 |
: |
Diisi tanggal terima Surat Banding PKP di Majelis
Pertimbangan Pajak. |
|
Angka |
23 |
: |
Diisi dengan : dalam batas waktu atau lewat waktu |
|
Angka |
24 |
: |
Diisi dengan : telah atau tidak |
|
Angka |
25 |
: |
Diisi dengan : dapat atau tidak dapat |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Apabila permohonan banding ternyata
tidak memenuhi ketentuan formal, namun PKP menyebutkan alasan bahwa Surat
Keputusan Keberatan terlambat diterima PKP. |
|
|
|
|
Sehingga surat permohonan
masih dalam batas waktu 3 bulan, agar dilampirkan copy dari bukti yang memuat
tanggal-tanggal kronologis yang menunjukkan bahwa permohonan banding tidak
memenuhi ketentuan formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) UU No.
6 Tahun 1983. |
III. |
Uraian mengenai Ketetapan Pajak, Surat Keberatan dan
Keputusan atas Keberatan |
|||
1. |
Uraian mengenai ketetapan pajak |
|||
|
Angka |
26 |
: |
Diisi SKP atau SKPT atau SKKPP |
|
Angka |
27 |
: |
Diisi masa pajak yang
bersangkutan |
|
Angka |
28 |
: |
Diisi nomor dan tanggal kohir SKP
atau SKPT atau SKKPP |
|
Angka |
29 |
: |
Diisi dengan dasar penerbitan
surat ketetapan, misalnya pemeriksaan buku atau penelitian atau verifikasi
lapangan. |
|
Angka |
30 |
: |
Diisi nomor dan tanggal laporan
pemeriksaan buku atau penelitian atau verifikasi lapangan. |
|
Angka |
31 |
: |
Diisi berdasarkan koreksi yang dilakukan beserta alasan/penjelasan
koreksi tersebut dan penghitungan SKP atau SKPT atau SKKPP |
|
|
|
|
|
2. |
Uraian mengenai surat
keberatan |
|||
|
Angka |
32 |
: |
Diisi nomor dan tanggal surat
keberatan PKP |
|
Angka |
33 |
: |
Diisi tanggal terima surat
keberatan PKP di Direktorat Jenderal Pajak. |
|
Angka |
34 |
: |
Diisi dengan memenuhi atau tidak
memenuhi |
|
Angka |
35 |
: |
Diisi dengan uraian secara
rinci dan ringkas sanggahan PKP dari surat permohonan keberatan PKP dari
surat permohonan keberatan PKP beserta perhitungan PPN menurut PKP. |
|
|
|
|
|
3. |
Uraian mengenai keputusan atas
keberatan |
|||
|
Angka |
36 |
: |
Diisi dengan nomor dan tanggal
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak |
|
Angka |
37 |
: |
Diisi dengan Menolak atau Menerima
Sebagian sesuai dengan ketetapan pada Surat Keputusan Direktur Jenderal
pajak. |
|
Angka |
38 |
: |
Diisi alasan-alasan yang
dipakai sebagai dasar dalam memberikan keputusan keberatan butir demi butir
secara ringkas. |
|
|
|
|
Apabila ketentuan formal tidak
terpenuhi, maka supaya diutarakan bahwa dasar keputusan adalah tidak
terpenuhinya ketentuan formal. |
|
Angka |
39 |
: |
Diisi dengan penghitungan PPN
sesuai dengan keputusan keberatan Direktur Jenderal Pajak. |
|
|
|
|
|
IV. Alasan
permohonan banding |
|||
Angka |
40 |
: |
Diisi dengan uraian secara
rinci dan ringkas sanggahan PKP dari surat permohonan banding PKP beserta
perhitungan PPN menurut PKP. |
V. Tanggapan
atas permohonan banding |
|||
Angka |
41 |
: |
Diisi dengan uraian tanggapan
Direktur Jenderal Pajak terhadap sanggahan yang disampaikan oleh PKP dalam
permohonan bandingnya. Tanggapan tersebut harus menanggapi sanggahan PKP satu persatu sebagaimana diutarakan dalam permohonan bandingnya baik tanggapan itu mengakui kebenaran sanggahan pemohon banding maupun tanggapan itu menolak (tidak mengakui kebenaran) sanggahan pemohon banding. Perlu diingat bahwa apabila sanggahan yang tidak ditanggapi, maka MPP beranggapan DJP setuju dengan ditanggapi, maka MPP beranggapan DJP setuju dengan sanggahan yang dikemukakan PKP. Tanggapan yang diberikan harus mempunyai alasan yang cukup kuat baik itu berupa undang-undang maupun peraturan pelaksanaan serta bukti pendukungnya, semua fakta yang dikemukakan pemohon banding harus ditanggapi secara tegas, ringkas dan jelas. Apabila ketentuan formal tidak
dipenuhi baik dalam penyampaian surat keberatan dan atau surat banding,
supaya dijelaskan dalam pembuatan uraian banding, disertai dengan bukti-bukti
pendukungnya, misalnya tanggal pengiriman skp, tanggal penerimaan surat
keberatan, bukti pengiriman Surat Keputusan Keberatan. |
VI. |
Kesimpulan dan Usul
|
||||
1. |
Kesimpulan |
: |
|
||
|
Angka |
42 |
: |
Diisi dengan kesimpulan dari
uraian tersebut pada butir V yang dapat berupa : |
|
|
|
|
|
- |
Surat keberatan tidak memenuhi
ketentuan formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) UU No. 6 tahun
1983. |
|
|
|
|
- |
Surat permohonan banding
memenuhi/tidak memenuhi ketentuan formal sebagaiamana dimaksud pasal 27 ayat
(1) dan ayat (2) UU No. 6 Tahun 1983. Kemukakan sebab-sebabnya. |
|
|
|
|
- |
Alasan-alasan yang dikemukakan
oleh pemohon banding benar/sebagian tidak benar/tidak benar. Kemukakan
sebab-sebabnya. |
|
|
|
|
- |
Data/bukti yang dikemukakan
pemohon banding seluruhnya benar/sebagian tidak benar/tidak benar. Kemukakan
sebab-sebabnya. |
|
|
|
|
- |
Penghitungan pajak oleh
pemohon banding seluruhnya benar/sebagian tidak benar/seluruhnya tidak
benar.kemukakan sebab-sebabnya. |
2. |
Usul |
: |
|
|
|
|
Angka |
43 |
: |
Menolak atau menerima sebagian
atau menerima seluruhnya, permohonan PKP. |
|
|
Angka |
44 |
: |
Diisi sesuai dengan kesimpulan
pada angka (42). |
|
3. |
Angka |
45 |
: |
Semua dokumen yang disebut
dalam uraian banding, harus dilampirkan secara lengkap dalam berkas banding
ini dan semua fotocopy harus dilegalisir serta dibuat ganda |