LAMPIRAN
I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PAJAK |
||
NOMOR |
: |
KEP-46/PJ.6/1996 |
TANGGAL
|
: |
22 Juli
1996 |
PETUNJUK
PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
DAN PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
I. |
U M U M |
|||||||
|
1. |
Dasar
hukum penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) adalah Pasal 11, 12 dan 13
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994. |
||||||
|
2. |
Pengertian
STP. |
||||||
|
|
STP
Pajak Bumi dan Bangunan adalah Surat Tagihan Pajak PBB yang diterbitkan oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan karena pajak yang terutang
dalam SPPT atau SKP beserta denda administrasinya tidak atau kurang dibayar setelah
lewat saat jatuh tempo pembayan, yang meliputi : |
||||||
|
|
a. |
Utang
pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, dan/atau |
|||||
|
|
b. |
Utang
pajak dalam SKP (Surat Ketetapan Pajak), termasuk denda administrasinya. |
|||||
|
3. |
STP,
Surat Paksa, dan Surat Perintah Melakukan Penyitaan diterbitkan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang wilayah kerjanya meliputi letak
objek pajak. |
||||||
|
4. |
Jumlah pajak
yang terutang dan denda administrasi berdasarkan Surat Tagihan Pajak, yang
tidak atau kurang dibayar setelah lewat saat jatuh tempo pembayaran dapat
ditagih dengan Surat Paksa. |
||||||
|
5. |
Yang dimaksud
dengan Surat Paksa adalah Surat Perintah kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak
untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan sesuai dengan Undang-undang
Nomor 19 Tahun 1959. |
||||||
|
6. |
Yang
dimaksud dengan Penyitaan adalah tindakan Juru Sita untuk melakukan penagihan
pajak dengan menyita sejumlah barang bergerak, dan jika tidak ada atau
ternyata tidak cukup barang demikian itu sejumlah barang tak bergerak
kepunyaan penanggung pajak yang dipandang mencukupi akan pengganti jumlah
utang pajak menurut Surat Paksa seta pula biaya pelaksanaannya, sesuai dengan
Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959. |
||||||
II. |
KEBIJAKAN
PENERBITAN STP |
|||||||
|
1. |
Penerbitan
STP dilakukan secara selektif, dan tidak didahului dengan penerbitan Surat
Tegoran. |
||||||
|
2. |
Setelah
diterimanya STP oleh Wajib Pajak maka Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
dan/atau Surat Ketetapan Pajak, yang merupakan dasar penerbitan STP tersebut,
tidak lagi dianggap sebagai dasar penagihan Pajak Bumi dan Bangunan. |
||||||
|
3. |
Jatuh
tempo STP sesuai dengan pasal 11 ayat (4) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994. |
||||||
III. |
PROSES
PENERBITAN STP |
|||||||
|
1. |
Seksi
PP/P2K |
||||||
|
|
1.1. |
Membuat
Daftar Penjagaan penerbitan STP (KP.PBB 5.32) yang dikutip dari DHKP. |
|||||
|
|
1.2. |
Daftar
Penjagaan Penerbitan STP dibuat rangkap 2 dengan penggunaan untuk : |
|||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-1 untuk Seksi Penetapan, dan |
||||
- |
Lembar ke-2
untuk arsip Seksi PP.KP.PBB type A/P2K.KP.PBB type B. |
|||||||
|
2. |
Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan |
||||||
|
|
Menetapkan
Wajib Pajak yang akan diterbitkan STP dengan cara mencantumkan paraf pada nomor
Wajib Pajakyang disetujui berdasarkan Daftar sebagaimana tersebut pada butir
1.2. |
||||||
|
3. |
Seksi
Penetapan |
||||||
|
|
3.1. |
Menerima
dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan daftar nama-nama wajib pajak
yang telah diparaf untuk diterbitkan Surat Tagihan Pajak. |
|||||
|
|
3.2. |
Membukukan
nama-nama Wajib Pajak yang akan dikeluarkan STP-nya dalam Daftar Penjagaan
Penerbitan STP (KP.PBB 5.32) dibuat rangkap 2 dengan penggunaan : |
|||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-1 untuk Seksi Pengolahan Data dan Informasi |
||||
- |
Lembar
ke-2 untuk arsip Seksi Penetapan |
|||||||
|
4. |
Seksi
Pengolahan Data dan Informasi |
||||||
|
|
Berdasarkan
Daftar Penjagaan Penerbitan STP (KP.PBB 5.32 Seksi Pengolahan Data dan
Informasi : |
||||||
|
|
4.1. |
Mencetak
STP rangkap 2 |
|||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-1 untuk Wajib Pajak |
||||
- |
Lembar
ke-2 untuk arsip Seksi PP/P2K |
|||||||
|
|
4.2. |
Menyerahkan
hasil cetakan STP kepada Seksi Penetapan |
|||||
IV. |
PELAKSANAAN
PENAGIHAN |
|||||||
|
Tindakan
pelaksanaan penagihan diawali dengan pengeluaran Surat Tegoran, namun
demikian dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak,
pemberitahuan melalui telepon, surat atau cara lain sebelum lewat saat jatuh
tempo pembayaran hendaknya dilakukan. Tindakan pelaksanaan penagihan harus
dilakukan sampai tuntas, dengan hasil akhir berupa pelunasan utang pajak. |
|||||||
|
A. |
Penerbitan
Surat Tegoran |
||||||
|
|
1. |
Seksi
PP/P2K |
|||||
|
|
|
Sebelum
dikeluarkan Surat Tegoran maka Seksi PP/P2K harus melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut: |
|||||
|
|
|
1. |
Melakukan
penelitian terhadap tindakan Surat Tagihan Pajak yang telah lewat 7 (tujuh)
hari dari tanggal jatuh tempo tetapi belum dibayar luas oleh Wajib Pajak, dan
hasilnya dituangkan dalam Daftar Himpunan STP (KP.PBB 3.11) dibuat rangkap 2
(dua). |
||||
|
|
|
|
- |
Lembar
ke-1 untuk Seksi Pengolahan Data dan Informasi |
|||
- |
Lembar
ke-2 untuk arsip Seksi PP/P2K |
|||||||
|
|
|
2. |
Meneruskan
Surat Tegoran yang diterima dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. |
||||
|
|
|
3. |
Menyampaikan
Surat Tegoran kepada Wajib Pajak melalui Kantor Pos dan Giro secara tercatat
atau melalui cara lain yang ada bukti tanda pengiriman/tanda terimanya, dan tindasannya
sebagai arsip untuk dicatat dalam Daftar Pengawasan Penagiahn (KP.PBB 5.46). |
||||
|
|
2. |
Seksi
Pengolahan Data dan Informasi |
|||||
|
|
|
Berdasarkan
Daftar Himpunan STP (KP.PBB 3.11) Seksi Pengolahan Data dan Informasi |
|||||
|
|
|
- |
Mencetak
Surat Tegoran rangkap 2 (dua) |
||||
|
|
|
- |
Menyerahkan
hasil cetakan Surat Tegoran kepada Seksi PP/P2K |
||||
|
B. |
Penerbitan
Surat Kuasa |
||||||
|
|
a. |
Berdasarkan
data pada kolom 8 huruf b Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan (KP.PBB.5.35)
dalam rangkap 2 (dua) : |
|||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-1 (asli) untuk pertinggal |
||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-2 (salinan) untuk Wajib Pajak |
||||
|
|
b. |
Pelaksanaan
penagihan PBB dengan Surat Paksa tersebut adalah sebagai berikut : |
|||||
|
|
|
b.1. |
Juru
Sita mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib Pajak/Penanggung Pajak,
dengan memperlihatkan tanda pengenal diri sebagai Juru Sita Pajak Negara. Juru
Sita mengemukakan maksud kedatangannya untuk memberitahukan Surat Paksa
dengan pernyataan/menandatangani Berita Acara dan menyerahkan salinan Surat
Paksa dimaksud. |
||||
|
|
|
b.2. |
Sebelum
memberitahukan Surat Paksa dan menandatangani Berita Acara penyampaian Surat
Paksa, jika Juru Sita bertemu langsung dengan Wajib Pajak/Penanggung Pajak
maka diminta agar Wajib Pajak/Penanggung Pajak memperlihatkan surat-surat
keterangan pajak yang ada untuk diteliti : |
||||
|
|
|
|
- |
Apakah
sisa PBB terutang menurut STP cocok dengan jumlah sisa pajak terutang yang
tercantum dalam Surat Paksa. |
|||
|
|
|
|
- |
Apakah
ada surat Keputusan Pengurangan/Penghapusan. |
|||
|
|
|
|
- |
Apakah ada
kelebihan pembayaran dari tahun/PBB lainnya yang belum diperhitungkan. |
|||
|
|
c. |
Kalau
Juru Sita menjumpai Wajib Pajak/Penanggung Pajak, maka Salinan Surat Paksa
tersebut dapat diserahkan kepada : |
|||||
|
|
|
c.1. |
Keluarga
penanggung pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama Wajib
Pajak/Penanggung Pajak yang akil balig (dewasa dan sehat mental). |
||||
|
|
|
Wajib
Pajak/Penanggung Pajak (Pasal 9 ayat (4) Undang-undang Nomor 19 tahun 1959)
oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan mengeluarkan
Surat Perintah Melakukan Penyitaan. Nomor dan tanggal Surat Perintah
Melakukan Penyitaan dicatat dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan. |
|||||
|
|
2. |
Sebelum
melaksanakan penyitaan terhadap harta kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak
atau aktiva milik perusahaan, maka Juru Sita hendaknya mengumpulkan dan
mempelajari data mengenai harta kekayaan/aktiva yang akan disita tersebut.
Data ini dapat diperoleh antara lain dari : |
|||||
|
|
|
- SPOP
(Surat Pemberitahuan Objek Pajak) |
|||||
|
|
|
-
Laporan petugas pendata |
|||||
|
|
|
-
Laporan Pelaksanaan Surat Paksa. |
|||||
|
|
3. |
Dalam
melaksanakan penyitaan supaya diikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut : |
|||||
|
|
|
3.1. |
Penyitaan
dilakukan oleh Juru Sita bersama-sama dengan 2 (dua) orang saksi yang
memenuhi syarat : |
||||
|
|
|
|
- |
Warga
negara (penduduk) Indonesia |
|||
|
|
|
|
- |
Sudah
mencapai usia 21 tahun |
|||
|
|
|
|
- |
Dikenal
oleh juru sita |
|||
|
|
|
|
- |
Dapat
dipercaya. |
|||
|
|
|
3.2. |
Pertama-tama
yang disita adalah barang bergerak. Jika jumlah nilai barang bergerak tidak
mencukupi maka dapat diteruskan dengan menyita barang tak bergerak sampai jumlah
mencukupi untuk membayar utang pajak tersebut serta biaya penagiannya. |
||||
|
|
|
3.3. |
Dibuat
Berita Acara Pelaksanaan Sita (KP.PBB.5.39). |
||||
|
|
4. |
Dalam
hal membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut : |
|||||
|
|
|
- |
Berita
Acara harus dibuat secara jelas, benar dan lengkap. |
||||
|
|
|
- |
Pencantuman
taksiran harga barang yang dimaksudkan untuk dapat membatasi sampai jumlah berapa
penyitaan itu dilakukan, dan taksiran harga dilakukan berdasarkan harga yang
wajar. |
||||
|
|
|
- |
Mencantumkan
sebab-sebab jika penyitaan tidak dapat dilakukan. |
||||
|
|
|
- |
Para saksi
yang nama, pekerjaan dan alamat tempat tinggalnya disebut dalam Berita Acara,
ikut menandatangani Berita Acara serta salinan-salinannya. |
||||
|
|
5. |
Barang-barang
gerak yang disita dititipkan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan hal tersebut
dapat diberitahukan kepada polisi yang harus menjaga supaya jangan ada
barang-barang yang diambil orang, dipindah tangankan, digadaikan dan
sebagainya. |
|||||
|
|
6. |
Juru
Sita memberitahukan kepada Wajib Pajak maksud dari penyitaan yaitu bahwa
barang-barang yang disita akan dijual melalui pelelangan dengan perantaraan
Kantor Lelang Negara apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak melunasi
utang pajaknya. Selembar dari salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita
ditempelkan di tempat umum atau di tempat-tempat di mana barang-barang terak
dan tak gerak kepunyaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak disita. Penempelan
tersebut berlaku sebagai pemberitahuan maksud tindakan Juru Sita kepada Wajib
Pajak/Penanggung Pajak . Selain penempelan Berita Acara Pelaksanaan Sita,
maka Segel Sita juga ditempelkan pada barang-barang yang disita. Penyitaan
atas barang tak gerak harus didaftarkan ke Kantor Badan Pertanahan
Nasional/Syahbandar/Kantor Pengadilan Negeri setempat. |
|||||
|
|
7. |
Salinan
Berita Acara Pelaksanaan Sita : |
|||||
|
|
|
7.1. |
Dalam
hal yang disita adalah barang gerak, Berita Acara Pelaksanaan Sita dibuat
dalam rangkap 2 (dua) |
||||
|
|
|
|
- |
Lembar ke-1
(asli) Berita Acara diserahkan kepada Kasi PP/P2K untuk selanjutnya
digabungkan ke dalam berkas penagihan Wajib Pajak yang bersangkutan. |
|||
|
|
|
|
- |
Lembar
ke-2 (salinan) untuk ditempelkan di tempat umum atau di tempat-tempat di mana
barang berak dan tak gerak kepunyaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak disita. |
|||
|
|
|
7.2. |
Dalam
hal penyitaan atas barang tak gerak, maka Berita Acara dibuat rangkap 3
(tiga), satu salinan untuk diserahkan kepada Kantor Badan Pertanahan Nasional/Syahbandar/Kantor
Pengadilan Negeri setempat. |
||||
|
|
8. |
Apabila
Wajib Pajak/Penanggung Pajak sudah melunasi utang pajaknya sebelum permintaan
penetapan tanggal pelelangan diajukan kepada Kepala Kantor Lelang Negara setempat,
maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan harus segera menerbitkan
surat Pencabutan Sita (KP.PBB.5.42.) |
|||||
|
D. |
Pencabutan
Sita |
||||||
|
|
1. |
Surat
Pencabutan Sita (KP.PBB.5.42) |
|||||
|
|
|
- |
Lembar ke-1
dikirimkan kepada Wajib Pajak. |
||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-2 dimasukkan ke dalam Berkas Penagihan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang
bersangkutan. |
||||
|
|
2. |
Dalam
hal penyitaan atas barang tak gerak, maka surat Pencabutan Sita dibuat rangkap
tiga, untuk diserahkan kepada Badan Pertanahan Nasional/Syahbandar/Kantor
Pengadilan setempat. |
|||||
|
E. |
Pengajuan
permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan |
||||||
|
|
1. |
Jika telah
lampau 10 hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melakukan Penyitaan,
Wajib Pajak/Penanggung Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, maka Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan mengajukan permintaan penetapan
jadwal waktu dan tempat pelelangan kepada Kantor Lelang Negara setempat
(KP.PBB.4.43). |
|||||
|
|
2. |
Setelah
mendapat kepastian tentang tanggal dan tempat pelelangan akan dilaksanakan,
maka Juru Sita memberitahukan hal tersebut kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak
dengan segera dan secara tertulis. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan
terakhir kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk melunasi utang pajaknya. |
|||||
|
F. |
Pengumuman
Lelang |
||||||
|
|
1. |
Kasi PP/P2K
membuat konsep Pengumuman Lelang dan meneruskan konsep pengumuman ini kepada
KP PBB untuk diiklankan dalam surat kabar. |
|||||
|
|
2. |
Apabila
pengumuman lelang sudah dimuat dalam surat kabar, maka tanggal pemuatan dicatat
dalam Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan dan tindakan STP. |
|||||
|
|
3. |
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam mengadakan pengumuman lelang : |
|||||
|
|
|
3.1. |
Apabila
barang yang dilelang hanya barang gerak saja maka pengumumannya dilakukan
menurut kebiasaan setempat (tidak diharuskan melalui iklan di surat kabar)
misalnya menggunakan surat selebaran atau diumumkan melalui Pemerintah Daerah
setempat dan lain-lain cara. Penjualan dengan lelang dari barang-barang
tersebut tidak boleh dilakukan sebelum 1 (satu) minggu dari saat pengumuman
itu dilakukan. |
||||
|
|
|
3.2. |
Apabila
selain barang gerak yang tidak mudah juga akan dilelang harta tak gerak, maka
pengumuman dilakukan dua kali dengan berselang lima belas hari, dimana paling
tidak satu kali pengumuman tersebut dilakukan melalui iklan di surat kabar
setempat atau apabila di tempat tersebut tidak terbit sebuah harianpun, dalam
harian di tempat yang berdekatan. Penjualan dilakukan serentak dan baru dapat
dilakukan setelah empat belas hari sejak pengumuman yang dilakukan melalui
iklan di surat kabar. |
||||
|
G. |
Pembatalan
Pengumuman Lelang |
||||||
|
|
Apabila
Wajib Pajak/Penanggung Pajak melunasi utang-utang pajak serta biaya
penagihannya sebelum pelaksanaan lelang, maka pengumuman lelang itu harus
dibatalkan dengan memuat iklan pembatalan lelang/dalam surat kabar pula.
Pembatalan Pengumuman Lelang baru dapat dilakukan apabila Wajib
Pajak/Penanggung Pajak menunjukkan bukti pembayaran utang pajak serta
membayar biaya penagihannya, termasuk biaya pengumuman lelang serta biaya
pembatalan pengumuman lelang. |
||||||
|
H. |
Jangka Waktu
Tindakan Pelaksanaan Penagihan |
||||||
|
|
Kegiatan
tindakan pelaksanaan penagihan sejak tanggal jatuh tempo pembayaran sampai
dengan pengajuan permintaan penetapan tanggal dan tempat pelelangan meliputi jangka
waktu 39 hari. Penentuan jangka wkatu 39 hari tersebut dijelaskan sebagai
berikut : |
||||||
|
|
1. |
Penerbitan
Surat Tegoran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan
segera setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran dari jumlah
pajak yang masih harus dibayar dalam STP. |
|||||
|
|
2. |
Apabila
Surat Tegoran tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak, maka
diterbitkan Surat Paksa. Jangka waktu penerbitan Surat Paksa paling lambat 21
hari sejak pengeluaran Surat Tegoran. |
|||||
|
|
3. |
Surat
Paksa memuat perintah kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk melunasi
utang pajaknya dalam waktu 1 x 24 jam sejak tanggal pemberitahuan surat paksa.
Jika dalam jangka waktu tersebut utang pajak tidak dilunasi oleh Wajib
Pajak/Penanggung Pajak maka diterbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan. |
|||||
|
|
4. |
Pengajuan
Permintaan penetapan tanggal dan tempat pelaksanana lelang dilakukan paling
cepat 10 hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan. Dalam jangka waktu
tersebut dilakukan persiapan-persiapan yang menyangkut
kelengkapan-kelengkapan : |
|||||
|
|
|
- |
Dokumen-dokumen
piutang pajak (tindasan STP) |
||||
|
|
|
- |
Dokumen-dokumen
yang menyangkut tindakan pelaksanaan penagihan (Surat Tegoran, Surat Paksa,
Surat Perintah Melakukan Penyitaan, Berita Acara Pelaksanaan Sita dan
lain-lain). |
||||
|
I. |
Penagihan
Pajak Seketika dan Sekaligus |
||||||
|
|
Jumlah
Pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak ditagih seketika
menggunakan formulir KP.PBB.5.33), dalam hal : |
||||||
|
|
1. |
Wajib Pajak/Penanggung
Pajak atau wakilnya/kuasanya akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
atau berniat untuk itu. |
|||||
|
|
2. |
Wajib
Pajak/Penanggung Pajak atau wakilnya/kuasanya memindah tangankan barang
bergerak atau barang tidak bergerak yang dimiliki atau dikuasai. |
|||||
|
|
3. |
Pembubaran
Badan atau niat untuk membubarkannya, dan/atau dinyatakan pailit. |
|||||
|
|
Pelaksanaan
penagihan seketika dan sekaligus dilaksanakan tidak mengikuti jadwal penagihan
yang ada, dimaksudkan agar tindakan penagihan terhadap golongan-golongan
Wajib Pajak tersebut dapat dilaksanakan sehingga utang pajak yang tercantum
dalam STP dilunasi oleh yang bersangkutan sebelum yang bersangkutan
meninggalkan Indonesia / membubarkan usahanya, oleh karena itu fiskus harus
selalu waspada dan tanggap terhadap gerak-gerik Wajib Pajak. |
||||||
LAMPIRAN
II KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PAJAK |
||
NOMOR |
: |
KEP-46/PJ.6/1996 |
TANGGAL
|
: |
22 Juli
1996 |
NO |
NAMA
FORMULIR |
KODE |
RANGKAP |
KETERANGAN |
||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
||
1. |
Daftar Penjagaan Penerbitan
STP |
KP.PBB 5.32. |
1. |
Seksi
Penetapan |
|
|
2. |
Arsip
Seksi P2K/PP |
|||||
2. |
Surat Tagihan Pajak (STP) |
KP.PBB.3.10. |
1. |
Wajib
Pajak |
|
|
2. |
Seksi
P2K/PP |
|||||
3. |
Daftar Himpunan STP |
KP.PBB.3.11. |
1. |
Seksi
Penetapan |
|
|
2. |
Seksi
DAI |
|||||
4. |
Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus |
KP.PBB.5.33. |
1. |
Wajib
Pajak |
|
|
2. |
Arsip |
|||||
5. |
Surat Tegoran PBB |
KP.PBB.5.34. |
1. |
Wajib
Pajak |
|
|
2. |
Arsip |
|||||
6. |
Surat Paksa |
KP.PBB.5.35. |
1. |
Asli
untuk Arsip |
|
|
2. |
Salinan
untuk WP |
|||||
7. |
Berita Acara Penyampaian Surat
Paksa |
KP.PBB.5.36. |
1. |
Asli
untuk Arsip |
|
|
2. |
Salinan
untuk WP |
|||||
8. |
Laporan Pelaksanaan Surat
Paksa |
KP.PBB.5.37. |
1. |
KP.PBB |
|
|
2. |
Arsip |
|||||
9. |
Surat Perintah Melakukan
Penyitaan |
KP.PBB.5.38. |
1. |
Asli
untuk KP.PBB |
|
|
2. |
Salinan
untuk WP |
|||||
10. |
Berita Acara Pelaksanan Sita |
KP.PBB.5.39. |
a. |
Rangkap
2 (dua) |
1. |
Asli
untuk P2K/PP |
b. |
Rangkap 3 (tiga) |
2. |
Lembar dua (salinan) untuk ditempel di tempat umum atau
di tempat barang yang disita |
|||
|
|
|
|
|
3. |
Lembar tiga untuk BPN/Syahbandar/ Kantor Pengadilan Negeri
setempat |
11. |
Setel Sita |
KP.PBB.5.40. |
1. |
Barang
yang disita |
|
|
2. |
ditempel
pada BPN |
|||||
12. |
Pemberitahuan Penyitaan Barang |
KP.PBB.5.41. |
1. |
Arsip |
|
|
13. |
Surat Pencabutan Sita |
KP.PBB.5.42. |
1. |
Rangkap
2 (dua) |
|
|
2. |
Rangkap
3 (tiga) |
|||||
14. |
Permintaan Jadwal Waktu dan
Tempat Pelelangan |
KP.PBB.5.43. |
1. |
Untuk
KLN |
|
|
2. |
Arsip |
|||||
15. |
Tanda Terima Biaya Penagihan Pajak Negara |
KP.PBB.5.44. |
1. |
Wajib
Pajak |
|
|
2. |
Arsip |
|||||
16. |
Tanda TErima Biaya Pelaksanaan Surat Paksa/Penagihan |
KP.PBB.5.45. |
1. |
Rangkap 5 (lima) |
|
|
17. |
Daftar Pengawasan Tindakan Penagihan |
KP.PBB.5.46. |
1. |
Rangkap 1 (satu) |
|
DAFTAR PENJAGAAN
PENERBITAN STP
SEKTOR
.......................... BULAN ..............................
No. |
NAMA
DAN ALAMAT WP/OP YANG DIUSULKAN
DITERBITKAN STP |
TGL.
JATUH TEMPO SPPT/SKP |
SISA
PAJAK TERUTANG |
BESARNYA
DENDA ADMINISTRASI |
JUMLAH PAJAK
TERUTANG PADA STP |
PERSETUJUAN
KP.PBB |
KETERANGAN |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
|
|
|
|
|
|
|
|
KP.PBB.5.32.
PETUNJUK PENGISIAN
Daftar Penjagaan untuk
penerbitan STP |
|
- |
Tahun diisi tahun penerbitan |
- |
Sektor, bulan, cukup jelas |
- |
Kolom 1, cukup jelas |
- |
Kolom 2 diisi nama WP dan
alamat WP/OP |
- |
Kolom 3 diisi Tgl. jatuh tempo
SPPT/SKPPBB |
- |
Kolom 4 diisi sisa pajak
terutang dalam SPPT/SKPPBB |
- |
Kolom 5 diisi 2% x bulan x
sisa Pajak terutang |
- |
Kolom 6 diisi jumlah kolom
(4+5) |
- |
Kolom 7 diisi parap Kepala
KP.PBB |
- |
Kolom 8 cukup jelas untuk
catatan yang dianggap perlu |
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK KANTOR
PELAYANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ............................................................ |
|||||||
SURAT
TAGIHAN PAJAK
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
TAHUN : |
|||||||
NOP : |
|||||||
Pajak Terutang : Rp. |
|||||||
Letak Objek Pajak |
Nama
dan Alamat Wajib Pajak NPWP : |
||||||
Kabupaten/Kodya |
: |
|
|||||
Kecamatan |
: |
|
|||||
Desa/Kelurahan |
: |
|
|||||
Alamat |
: |
|
|||||
|
|
||||||
Perincian Pajak Terutang : |
|
||||||
1. |
Sisa Pajak Terutang pada SPPT/SKP Tahun |
: |
Rp. |
||||
2. |
Denda Administrsi
2 % x Bln x Rp. Jumlah Pajak Terutang |
: |
Rp.______________________________ + |
||||
|
|
: |
Rp. |
||||
|
|||||||
Tanggal Jatuh Tempo : |
Tempat Pembayaran : |
||||||
Perhatian : |
|||||||
1. |
Surat Tagihan
Pajak (STP) ini harus dilunasi satu bulan sejak tanggal diterima (Pasal
11 ayat (4) UU No. 12/1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No.
12/1994). |
|
|||||
2. |
Apabila sampai dengan tanggal jatuh tempo jumlah utang
pajak belum dilunasi dapat ditagih dengan Surat Paksa, Sita dan Lelang, (UU
No. 19, tahun 1959 dan Pasal 13 UU No.12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah
dengan UU No.12 tahun 1994). |
||||||
3. |
Apabila setelah lewat saat jatuh tempo tersebut
Surat Tagihan Pajak (STP) ini belum dilunasi akan tetapi belum diterbitkan
surat paksa, maka jumlah pajak yang beserta denda administrasi 2 % sebulan
dari sisa pajak terutang dihitung sejak saat jatuh tempo STP sampai dengan
saat pembayaran (sesuai pasal 11 ayat (3) UU No. 12 tahun 1985
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 tahun 1994). |
||||||
|
|||||||
"----------------------------------------------------
Potong disini dan kirim kembali ke Kantor Pelayanan PBB -------------------------------------------------------- |
|||||||
STP Tahun |
: |
|
Diterima tgl
..................................... Oleh : Tanda tangan : |
||||
Nama |
: |
|
|||||
Alamat |
: |
|
|||||
Letak OP |
: |
Kecamatan Desa/Kelurahan |
|||||
NOP |
: |
Jumlah Pajak Terutang Rp. |
|||||
KP.PBB 3.10
DAFTAR
HIMPUNAN STP
BULAN
: ...... TAHUN .......
SEKTOR :
.........................
TEMPAT PEMBAYARAN |
: |
|
BUKU |
: |
|
|||||||
KELURAHAN |
: |
|
HAL |
: |
|
|||||||
NO. |
NOP |
NAMA
WAJIB PAJAK ALAMAT WAJIB PAJAK LETAK
OBJEK PAJAK |
SISA
PAJAK TERUTANG, DENDA JUMLAH
PAJAK TERUTANG |
TANGGAL |
SURAT
TEGORAN |
KETERANGAN |
||||||
JATUH
TEMPO |
PEMBAYARAN |
|||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
KP.PBB.3.11
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK KANTOR
PELAYANAN PBB.......................................... |
|
SURAT
PERINTAH PENAGIHAN PAJAK SEKETIKA DAN SEKALIGUS
Nomor
...............................................
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 20 Undang-undang No.6 Tahun 1983 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang No. 9 Tahun 1994 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, dengan ini diperintahkan kepada :
Nama WP/Penanggung Pajak |
: |
|
A l a m a t |
: |
|
N O P |
: |
|
untuk melunasi sekaligus hutang
pajak sejumlah Rp. ........................................ dengan rincian
sebagaiberikut :
Tahun
Pajak |
Nomor
dan Tanggal STP |
Tanggal
jatuh tempo pembayaran |
Jumlah
sisa Pajak Terutang |
1 |
2 |
3 |
4 |
|
|
|
|
|
|
J u m l
a h |
= Rp.
............................ |
( ....................................................................................................................................................................................
)
pada hari
.................................... tanggal ...................... bulan
........................................... tahun ...................
|
..............................,
...................................... 19 .......... A.N.
DIREKTUR JENDERAL PAJAK KEPALA
KANTOR PELAYANAN PBB .................................. ................................................... NIP. |
KP. PBB.5.33. |
|
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN
PBB.......................................... |
|
SURAT
TEGORAN PBB
NOMOR
.......................
Menurut tata usaha kami pada
Surat Tegoran Pajak atas nama :
Nama WP/Penanggung Pajak |
: |
|
||
Alamat Wajib Pajak |
: |
|
||
|
|
|
||
Nomor Objek Pajak |
: |
|
||
masih mempunyai sisa pajak
terutang sebesar Rp. ............................................. (
.........................................................
..............................................................................................................................
) dengan perincian sebagai berikut : |
||||
Pajak terutang dalam STP tahun ................... |
: Rp. ............................................ |
|||
Telah dibayar |
: Rp. ............................................ |
|||
Sisa Pajak |
|
: Rp. ............................................ |
||
|
|
|
||
Diminta agar Saudara segera melunasi sisa pajak terutang tersebut di atas dalam
waktu 21 (dua puluh satu) hari setelah diterimanya Surat Tegoran ini.
Apabila setelah saat jatuh tempo Surat Tegoran ini tidak dilunasi akan ditagih
dengan Surat Paksa.
|
..............................,
...................................... 19 .......... A.N.
DIREKTUR JENDERAL PAJAK KEPALA
KANTOR PELAYANAN PBB .................................. ................................................... NIP. |
Gunting disini "...............................................................................................................................................................
Potongan ini kembali ke Kantor Pelayanan PBB |
1. |
Surat
Tegoran No. ........................................................................ Rp.
............................................................................................. |
Tanda
tangan Wajib
Pajak Nama
Jelas |
2. |
Nama Wajib Pajak ........................................................................ .................................................................................................... |
||
3. |
Alamat Wajib Pajak
....................................................................... .................................................................................................... |
||
4. |
NOP
........................................................................................... |
||
5. |
Tgl. Diterima ................................................................................. |
KP.PBB.5.34.
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK KANTOR
PELAYANAN PBB.......................................... |
|
S U R A
T P A K S A
Nomor :
............................................
DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
KEPALA
KANTOR PELAYANAN PBB
Menimbang bahwa |
: |
|
|||||||||||||||||||||||||
Nama WP/Penanggung Pajak ....................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||||
NOP |
: |
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
Alamat |
: |
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
|
.......................................................................................................................................... |
Sisa utang pajak sebagaimana
tercantum di bawah ini :
Tahun
Pajak |
Nomor
dan Tanggal STP |
Jumlah Pajak
Terutang (Rp.) |
|
|
|
J u m l a h = Rp.
.................................................
( ....................................................................................................................................................................................
)
Dengan ini : |
|
1. |
Memerintahkan
kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk membayar jumlah sisa utang pajak
tersebut kepada Bank Pemerintah/Kantor Pos dan Giro/Bank Persepsi, ditambah
dengan biaya penagihan dalam waktu 1 (satu) x 24 jam sesudah pemberitahuan
Surat Paksa ini. |
2. |
Memerintahkan kepada Juru Sita
yang melaksanakan Surat Paksa ini atau Juru Sita lain yang ditunjuk untuk
melakukan pelaksanaan Surat Paksa, dan melakukan penyitaan atas barang-barang
milik, Wajib Pajak/Penanggung Pajak apabila dalam waktu 1 x 24 jam Surat Paksa
ini tidak dipenuhi. |
|
Ditetapkan
di : .................................................... Pada
tanggal : .................................................... KEPALA
KANTOR PELAYANAN PBB .................................. ................................................... NIP. |
KP.PBB.5.35.
BERITA
ACARA PENYAMPAIAN SURAT PAKSA
Pada hari
ini .............................. tanggal .........................................
atas permintaan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang memilih
tempat kedudukan di kantor ................................................. di
............................................. saya ....................................................................
Juru Sita Pajak Negara Pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan bertempat
kedudukan di
....................................................................
MEMBERITAHUKAN
DENGAN RESMI
Kepada
Saudara ................................................... bertempat tinggal
di ............................................................... berkedudukan
sebagai .............................................. Surat Paksa No.
................................... tanggal .........................................
terlampir.
Saya,
Juru Sita Pajak Negara, berdasarkan kekuatan Surat Paksa tersebut memerintahkan
kepada penanggung pajak, supaya dalam waktu empat jam, memenuhi Surat Paksa ini
dan oleh karena itu harus menyetor di Bank Pemerintah/Kantor Pos dan Giro/Bank
Persepsi ...............................................................
sebanyak Rp. ....................................... dengan tidak mengurangi
kewajiban untuk membayar biaya-biaya penagihan ini dan biaya selanjutnya.
Jika ia
tidak membayar dalam waktu yang telah ditentukan, maka harta bendanya baik yang
berupa barang bergerak maupun barang tak bergerak akan disita dan dijual di
muka umum dan hasil penjualannya digunakan untuk membayar utang pajak, dendan,
bunga dan biaya-biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan penagihan ini.
Surat Paksa ini dapat
dilanjutkan dengan tindakan PENYANDERAAN.
Saya Juru
Sita Pajak Negara, telah menyerahkan salinan Surat Paksa ini kepada Wajib
Pajak/Penanggung Pajak, dan saya lakukan di tempat tinggal/kedudukan
orang/badan yang menanggung pajak.
Penyerahan
salinan Surat Paksa ini dilakukan kepada ....................................................................................
bertempat tinggal di
.............................................................. disebabkan
..................................................................................
...........................................................................................................
Yang
menerima salinan Surat Paksa (
......................................... ) Jabatan
............................... |
|
Juru
Sita Pajak Negara (
......................................... ) |
Biaya pelaksanaan Surat Paksa
sebagai berikut : |
- |
Biaya harian Juru Sita |
: |
Rp.
................................... |
|
- |
Biaya perjalanan |
: |
Rp.
................................... |
|
|
J u m l a h |
|
Rp.
................................... |
KP.PBB.5.36.
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN
PBB.......................................... |
|
LAPORAN
PELAKSANAAN SURAT PAKSA
NOMOR :
..................................................
I. |
Nama |
: |
............................................ |
||||||||||||||||||||||||||||||||
|
A l a m a t |
: |
............................................ |
||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
: |
............................................ |
||||||||||||||||||||||||||||||||
|
NOP |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
II. |
Pelaksanaan : |
||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
1. |
Penyerahan Salinan Surat Paksa dilaksanakan pada
tanggal, ..................................... |
|||||||||||||||||||||||||||||||||
|
2. |
Berita Acara pelaksanaan Surat Paksa terlampir. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||
|
3. |
Utang PBB sebagai berikut : |
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Tahun Pajak |
Nomor
dan tanggal
STP |
Jumlah
Pajak yang
masih harus
dibayar |
Jumlah
Pajak yang telah dibayar |
Jumlah
Pajak yang masih harus
dibayar |
||
Menurut Surat
Paksa |
Menurut Wajib
Pajak |
Menurut Surat
Paksa |
Menurut Wajib
Pajak |
|||
|
|
|
|
|
|
|
III. |
Data mengenai Wajib Pajak/Penanggung Pajak |
|
|
A. |
Pengajuan/Penyelesaian Surat Keberatan/Pengurangan |
Tahun Pajak |
Nomor
dan tanggal
STP |
Tanggal
Surat Keberatan/ Pengurangan |
Penyelesaian
Surat Keberatan/Pengurangan |
||
Tanggal |
Diterima/ Ditolak |
Sisa
Utang |
|||
|
|
|
|
|
|
|
B. |
Objek Sita |
||
|
|
1. Jenis barang gerak |
terletak di : |
Taksiran harga : |
|
|
............................................... |
............................................... |
Rp. .......................................... |
|
|
............................................... |
............................................... |
Rp. .......................................... |
|
|
............................................... |
............................................... |
Rp. .......................................... |
|
|
2. Jenis barang tak gerak |
terletak di : |
Taksiran harga : |
|
|
............................................... |
............................................... |
Rp. .......................................... |
|
|
............................................... |
............................................... |
Rp. .......................................... |
|
|
............................................... |
............................................... |
Rp. .......................................... |
|
|
|
|
|
Apabila halaman ini tidak cukup
pergunakan halaman sebaliknya.
IV. |
kesan-kesan dan usul Juru Sita
: |
....................................................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................................................... |
Mengetahui
: KEPALA
SEKSI P2K/PP (
...................................... ) |
.............................,
............................... 19 ........... JURU
SITA PAJAK NEGARA (
...................................... ) |
KP.PBB.5.37.
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN
PBB.......................................... |
|
SURAT
PERINTAH MELAKUKAN PENYITAAN
NOMOR :
......................................................
Oleh karena Wajib
Pajak/Penanggung Pajak : |
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
Nama |
: |
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
Alamat |
: |
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
NOP |
: |
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
telah dilakukan penagihan
dengan Surat Paksa Nomor
...................................................... tanggal
..................................hingga saat ini belumjuga melunasi jumlah
pajak ayng masih harus dibayarnya, maka dengan ini diperintahkan kepada : |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
Nama |
: |
............................................................................ |
|||||||||||||||||||||||||
NIP |
: |
............................................................................ |
|||||||||||||||||||||||||
Jabatan |
: |
Juru Sita Pajak Negara pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
............................................................. |
untuk
melakukan penyitaan barang-barang (barang gerak dan barang tak gerak milik Wajib
Pajak/Penanggung Pajak baik yang berada di tempat Wajib Pajak/Penanggung Pajak
maupun yang berada di tangan orang lain.
Penyitaan
agar dilakukan bersama-sama dengan 2 (dua) orang saksi warga negara Indonesia
yang telah mencapai usia dua puluh satu tahun dan dapat dipercaya.
Berita
Acara Penyitaan supaya disampaikan dalam waktu paling lambat :
....................................................... hari setelah
pelaksanaan penyitaan.
|
............................,
...................................... 19...... KEPALA
KANTOR PELAYANAN PBB .................................. ................................................... NIP. |
KP.PBB.5.38.
BERITA ACARA
PELAKSANAAN SITA
NOMOR :
...........................................
Pada hari
ini .......................................... tanggal
.......................................... tahun 19........ atas kekuatan Surat
Perintah Melakukan Penyitaan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
...................................................................... Nomor :
.................................................. tanggal
................................. yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah
Republik Indonesia dalam hal ini memilih domisili di Kantor
............................................................... berdasarkan
Surat Paksa yang dikeluarkan pada tanggal ............................... Nomor
: ............................................ yang telah diberitahukan dengan
resmi kepada Wajib Pajak/Penanggng Pajak yang akan disebut di bawah ini, maka
saya Juru Sita Pajak Negara Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut,
bertempat tinggal di ......................................................................
dengan dibantu 2 (dua) orang saksi warga negara Indonesia, dan telah dewasa
serta boleh dipercaya yaitu :
1. |
|
pekerjaan : |
......................................................................................... |
............................................................................... |
|
2. |
|
pekerjaan : |
......................................................................................... |
............................................................................... |
telah datang di rumah/perusahaan
Wajib Pajak/Penanggung Pajak
Nama |
: |
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
Alamat |
: |
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
NOP |
: |
|
|
|
|
|
|
|
|
untuk
melaksanakan Perintah Penyitaan termaksud atas barang-barang milik Wajib
Pajak/Penanggung Pajak karena yang bersangkutan masih menunggak pajak
tersebut di bawah ini : |
Jenis Pajak |
Jumlah Pajak yang masih harus dibayar |
.............................................................................. |
.............................................................................. |
.............................................................................. |
.............................................................................. |
.............................................................................. |
.............................................................................. |
.............................................................................. |
.............................................................................. |
Surat Perintah Melakukan
Penyitaan telah dilaksanakan dengan hasil sebagai berikut :
Penyitaan dapat dilaksanakan
dengan rincian barang-barang yang telah disita adalah sebagai berikut :
I. Jenis barang gerak |
terletak di : |
Taksiran harga : |
............................................... |
............................................... |
Rp. .......................................... |
............................................... |
............................................... |
Rp. .......................................... |
............................................... |
............................................... |
Rp. .......................................... |
II. Jenis barang tak gerak |
terletak di : |
Taksiran harga : |
............................................... |
............................................... |
Rp. .......................................... |
............................................... |
............................................... |
Rp. .......................................... |
............................................... |
............................................... |
Rp. .......................................... |
|
|
|
Penyitaan tidak dapat
dilaksanakan karena :
.........................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
Kepada Wajib Pajak/Penanggung
Pajak dijelaskan bahwa barang yang telah disita tersebut akan dijual di muka
umum dengan perantaraan Kantor Lelang pada tanggal dan di tempat yang akan
ditetapkan kemudian.
Untuk
menyimpan barang-barang yang telah disita, saya, Juru Sita Pajak Negara
menunjuk ................................................ sebagai penyimpan dan
untuk itu penyimpan tersebut menandatangani berita acara dan salinan-salinannya
sebagai bukti bahwa ia menerima penunjukan itu.
Penunjukan
sebagai penyimpanan ini dilakukan di depan kedua saksi di atas, yang turut pula
menandatangani berita acara dan salinan-salinannya.
Salinan berita acara ini
disampaikan kepada penyimpanan barang dan Wajib Pajak/Penanggung Pajak.
Wajib
Pajak/Penanggung Pajak (
........................................ ) |
|
Juru Sita Pajak Negara : (
........................................ ) |
||||||
Penyimpan ( ........................................
) |
|
Saksi : |
1. |
..................................... (
........................................ ) |
||||
|
|
|
2. |
..................................... (
........................................ ) |
||||
Biaya penagihan yaitu : |
- |
Biaya harian Juru Sita |
: |
Rp.
................................... |
||||
|
- |
Biaya perjalanan |
: |
Rp.
................................... |
||||
|
|
J u m l a h |
|
Rp.
................................... |
||||
telah/belum dilunasi
CATATAN : |
Memindahkan, merusak atau
menggelapkan barang-barang sitaan ini adalah perbuatan yang diancum hukuman
penjara sebagaimana tercantum dalam Pasal 231, 372 dan 375 KUHP Pidana. |
KP.PBB.5.39.
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK KANTOR
PELAYANAN PBB.......................................... |
|
D I S I T
A
KUTIPAN
BERITA ACARA SITA ATAS BARANG-BARANG
GERAK/TAK
GERAK NOMOR .......................................
TANGGAL .............................................
BARANG INI TERMASUK DALAM
BARANG-BARANG YANG DISITA NEGARA, BARANG SIAPA DENGAN SENGAJA
MEMINDAHKANTANGANKAN/MENGGELAPKAN/MERUSAK
BARANG INI, DAPAT DITUNTUT BERDASARKAN
PASAL 231 KUHP, DENGAN ANCAMAN HUKUMAN SELAMA-LAMANYA 4 TAHUN.
|
|
JURU
SITA ......................................... NIP. |
KP.PBB.5.40.
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK KANTOR
PELAYANAN PBB.......................................... |
|
Nomor |
: |
|
|
...........................,
.............................. 19....... |
Lampiran |
: |
................. (berkas) |
|
|
Perihal |
: |
Pemberitahuan penyitaan Barang Tak Gerak atas nama WP/Penanggung Pajak |
|
|
|
|
|
|
Kepada Yth. : Sdr. KEPALA KANTOR
PERTANIAN NASIONAL,
SYAHBANDAR*)
......................................................
di
...................................................... |
Dengan ini diberitahukan kepada Saudara bahwa barang tak gerak berupa tanah /
bangunan / kapal yang terletak di ...............................................................
dan terdaftar pada ................................................. dengan
nomor sertifikat ................................................. tanggal
..................................... atas nama Wajib Pajak / Penanggung Pajak.
Nama |
: |
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
Alamat |
: |
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
NOP |
: |
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||
sebagai
tercantum dalam Berita Acara Sita Nomor ..........................................................
tanggal ................................... terlampir, berada dalam penyitaan
sebagai jaminan atas utang pajak kepada negara oleh Wajib Pajak/Penanggung
Pajak yang bersangkutan. Diharapkan bantuan Saudara
untuk mencatatnya dalam Buku Pendaftaran tanah/Bangunan/Kapal*) |
Atas bantuan dan kerjasama yang baik dari pihak Saudara, diucapkan terima
kasih.
|
A.N.
DIREKTUR JENDERAL PAJAK KEPALA KANTOR
PELAYANAN PBB .................................. ................................................... NIP. |
*) coret yang tidak perlu
KP.PBB.5.41.
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK KANTOR
PELAYANAN PBB.......................................... |
|
Nomor |
: |
|
|
...........................,
.............................. 19....... |
Lampiran |
: |
|
|
|
Perihal |
: |
Pencabutan Sita |
|
Kepada Yth. : |
Nama |
: |
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
Alamat |
: |
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
NOP |
: |
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
di |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
.................................................. |
Berhubung
Saudara telah melunasi pajak, maka penyitaan atas barang-barang milik Saudara
yang telah dilakukan pada tanggal .........................................
oleh Juru Sita Pajak Negara bernama .........................................................................
dengan ini dicabut.
|
KEPALA
KANTOR PELAYANAN PBB .................................. ................................................... NIP. |
TINDASAN:
1. |
Kepala Seksi P2K/PP |
2. |
.......................................... |
3. |
.......................................... |
KP.PBB.5.42.
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN
PBB.......................................... |
|
Nomor |
: |
|
|
...........................,
.............................. 19....... |
Lampiran |
: |
................. (berkas) |
|
|
Perihal |
: |
Permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan |
|
|
|
|
|
|
Kepada Yth. : Sdr. Kepala Kantor Lelang
Negara Kelas .................................
di
...................................................... |
Sehubungan
dengan telah dilakukan penyitaan atas barang-barang gerak/tak gerak milik Wajib
Pajak/Penanggung Pajak, bersama ini kami sampaikan ............................
berkas penyitaan sebagai bahan yang diperlukan untuk persiapan pelelangan dari
Wajib Pajak/Penanggung Pajak seperti tersebut di bawah ini :
Oleh karena Wajib
Pajak/Penanggung Pajak : |
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
Nama |
: |
............................................................................................... |
||||||||||||||||||||||||||
Alamat |
: |
............................................................................................... |
||||||||||||||||||||||||||
|
|
............................................................................................... |
||||||||||||||||||||||||||
NOP |
: |
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
....................................... terletak di
...................................... |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
....................................... terletak di ...................................... |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
....................................... terletak di ...................................... |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
....................................... terletak di ...................................... |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
2. |
Nama Wajib Pajak/Penanggung Pajak : |
|||||||||||||||||||||||||||
|
dst.
........................................................ |
Berdasarkan hal tersebut di atas diminta Saudara untuk
menetapkan jadwal waktu dan tempat pelaksanaan lelang agar kami dapat
mengumumkan tanggal dan tempat pelelangan barang-barang tersebut di atas kepada
masyarakat.
Atas perhatian dan kerja sama yang baik diucapkan
terima kasih.
|
A.N.
DIREKTUR JENDERAL PAJAK KEPALA
KANTOR PELAYANAN PBB ..................................... ................................................... NIP. |
KP.PBB.5.43.
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK KANTOR
PELAYANAN PBB.......................................... |
|
TANDA
TERIMA BIAYA PENAGIHAN PAJAK NEGARA
Telah diterima secara langsung /
melalui Kantor Pos Giro / Bank dari ...........................................
) dari :*)
Nama |
: |
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
Alamat |
: |
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
|
|
.......................................................................................................................................... |
|||||||||||||||||||||||||
NOP |
: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Untuk sejumlah
: Rp. ................................................... (
...................................................................................................
......................................................................................................................................................................................
) untuk pembayaran biaya : **)
|
Pelaksanaan Surat Paksa |
|
Pelaksanaan Penyitaan |
||
|
|
|
|
||
|
Biaya lainnya, sehubungan dengan |
|
Surat Paksa |
||
|
|
|
|
||
|
Surat Perintah Melakukan Penyitaan |
|
|
Nomor
................................................. tanggal .....................................
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
................................................. tanggal
.....................................
|
.................................,
.................................. 19...... BENDAHARAWAN KANTOR
PELAYANAN PBB .................................... ................................................... NIP. |
*) |
- |
Coret yang tidak perlu |
|||
|
- |
Isi nama Bank Pemerintah yang
bersangkutan. |
|||
**) |
- |
Beri tanda X pada |
|
yang sesuai |
KP.PBB.5.44.
DEPARTEMEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK KANTOR
PELAYANAN PBB.......................................... |
|
TANDA
TERIMA BIAYA PELAKSANAAN SURAT PAKSA /
PELAKSANAAN
PENYITAAN *)
Telah
diterima dari Bendaharawan Kantor Pelayanan PBB
........................................................................................
Uang sejumlah : Rp. ............................................... (....................................................................................................................
) untuk pembayaran biaya : **)
|
Pelaksanaan Surat Paksa |
|
Pelaksanaan Penyitaan, sehubungan dengan |
||
|
|
|
|
||
|
Surat Paksa |
|
Surat Perintah Melakukan |
Nomor
................................................. tanggal
..................................... sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor ................................................. tanggal
.....................................
|
.................................,
.................................. 19...... JURU
SITA KANTOR
PELAYANAN PBB .................................... ................................................... NIP. |
*) |
- |
Coret yang tidak perlu |
|||
|
- |
Isi nama Bank Pemerintah yang
bersangkutan. |
|||
**) |
- |
Beri tanda X pada |
|
yang sesuai |
KP.PBB.5.45.
DAFTAR PENGAWASAN
TINDAKAN PENAGIHAN PBB
No. |
Nama dan Alamat WP |
NOP |
Tahun Pajak |
SURAT TAGIHAN PAJAK |
SURAT TEGORAN |
SURAT PAKSA |
SITA |
LELANG |
JUMLAH PEMBAYARAN |
KET. |
||
a. Tgl Penerbitan b. Tgl diterima WP c. Tgl Jatuh Tempo |
a. Pajak terutang b. Pembayaran c. Sisa (a-b) |
Tgl/No. a. Penerbitan b. Diterima WP |
a. Pembayaran b. Sisa |
a. Tgl Penerbitan b. Tgl diterima WP c. Pembayaran |
a. Tgl. penyampaian b. Pembayaran |
a. Tgl/No Penyampaian lelang b. Pembayaran c. Tgl/No. Pencabutan Pengumuman Lelang d. Tgl Pelaksanaan Lelang |
||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
13 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
KP.PBB.5.46
PETUNJUK PENGISIAN :
1. |
Kolom 1 |
: |
Diisi Nomor Urut |
|
2. |
Kolom 2 |
: |
Cukup jelas |
|
3. |
Kolom 3 s/d 7 |
: |
Cukup jelas |
|
4. |
Kolom 8 |
: |
a. |
Diisi pembayaran setelah Surat
Tegoran |
b. |
Diisi butir C kolom 6
dikurangi butir a kolom ini setelah jatuh tempo Surat Tegoran masih terdapat
sisa pajak terutang, segera diterbitkan Surat Paksa, |
|||
5. |
Kolom 9 |
: |
a, b, Cukup jelas c, Diisi pembayaran Pajak Terutang
setelah diterima SP |
|
6. |
Kolom 10 |
: |
Cukup Jelas, b, Diisi tanggal
dan jumlah pembayaran setelah disita |
|
7. |
Kolom 11 |
: |
a, c, d, Cukup Jelas, b,
Diisi Pembayaran sebelum dilelang |
|
8. |
Kolom 12 |
: |
Diisi Jumlah Pembayaran
setelah lelang |
|
9. |
Kolom 13 |
: |
Cukup Jelas |
UNDANG-UNDANG
PENAGIHAN PAJAK NEGARA
DENGAN
SURAT PAKSA
(UNDANG-UNDANG
NOMOR 19 TAHUN 1959)
PASAL 1
Peraturan-peraturan yang termaktub dalam "Undang-undang Darurat Nomor 27
tahun 1957 tentang penagihan pajak negara dengan surat paksa" ditetapkan
sebagai undang-undang dengan tambahan-tambahan dan perubahan-perubahan,
sehingga berbunyi sebagai berikut;
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dalam
undang-undang ini dengan :
a. |
Penanggung
Pajak, ialah seorang atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak. |
b. |
Pelaksana
ialah pejabat yang telah mengeluarkan surat paksa. |
c. |
Juru
sita, ialah petugas yang ditunjuk oleh atau atas kuasa Menteri Keuangan untuk
melaksanakan surat paksa. |
d. |
Pengadilan
Negeri, ialah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat dimana
dilakukan pelaksanaan surat paksa. |
1) |
Pajak
yang diadakan oleh negara, termasuk opsen, kenaikan denda yang tidak bersifat
pidana, bunga uang dan biaya yang bersangkutan dengan itu, dapat ditagih
dengan surat paksa yang memberi hak pelaksanaan langsung terhadap barang gerak
dan barang-barang lain mengingat peraturan-peraturan pajak yang bersangkutan
tanpa putusan hakim, dan untuk memaksa penanggung pajak membayar dengan
ancaman penyanderaan tanpa hakim. |
(2) |
Ketentuan
ayat (1) berlaku juga terhadap opsen yang diadakan atas pajak negara oleh
suatu daerah bagian negara. |
(3) |
Yang
dimaksud dengan biaya termasuk pula biaya penagihan. |
(1) |
Surat
paksa berkepala kata-kata "Atas Nama Keadilan" serta memuat nama-nama
penanggung pajak, keterangan cukup tentang alasan-alasan yang mejadi dasar
penagihan, serta pula perintah membayar. |
(2) |
Surat
paksa mempunyai kekuatan yang sama seperti grosse dari keputusan hakim dalam perkara
perdata, yang tidak dapat diminta banding lagi pada hakim atasan. |
Pasal 4
Yang berwenang untuk mengeluarkan surat paksa ialah pejabat yang ditunjuk sebagai demikian oleh Menteri Keuangan untuk pajak yang bersangkutan (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 268/KMK.04/1995 tanggal 26 Juni 1995)
Pasal 5
Surat paksa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam pasal-pasal berikut mengingat peraturan pajak yang bersangkutan.
Pasal 6
(1) |
Surat paksa
diberitahukan oleh juru sita dengan pernyataan dan penyerahan salinan surat
paksa tersebut kepada penanggung pajak pribadi, tempat tinggalnya atau
kantornya. |
|
(2) |
Menyinggung
dari ketentuan dalam ayat (1) maka pemberitahuan surat paksa : |
|
|
a. |
terhadap
badan hukum umum dilakukan kepada ketua atau salah seorang anggota pengurus
(Direksi) pribadi, atau kepada ketua atau salah seorang dari Dewan Pengawas
(Komisaris) pribadi di tempat tinggalnya atau di tempat pengurus (Direksi)
atau Dewan Pengawas (Komisaris) tersebut bersidang atau berkantor. |
|
b. |
terhadap
badan lain dilakukan kepada salah seorang anggota pengurus pribadi atau di
tempat tinggalnya atau, setelah pembubaran, kepada salah seorang dari pada yang
membubarbereskan pribadi atau di tempat tinggalnya, atau di tempat kedudukan
atau kantor badan tersebut. |
|
c. |
terhadap
perseroan firma atau perseroan komanditer dilakukan kepada salah seorang
persero, pengurus, atau setelah pembubaran, kepada salah seorang dari pada
yang membubarbereskan pribadi atau di tempat tinggalnya, atau di kantor
perseroan tersebut. |
|
d. |
terhadap
seorang yang meninggal dunia, hanya dalam waktu enam bulan setelah ia
meninggal, dilakukan kepada salah seorang dari pada ahli warisnya pribadi
atau di tempat tinggalnya, kepada pelaksana Surat Warisan pribadi atau di
tempat tinggalnya atau kepada pelaku kuasa warisan pribadi atau di tempat
tinggalnya. |
(3) |
Jika
Juru Sita tidak mempunyai seseorang di tempat tinggalnya atau di tempat sidang,
tempat kedudukan atau kantor seperti dimaksud dalam ayat-ayat (1) dan (2),
maka ia denagn segera datang pada Kepala Daerah Kabupaten atau Kepala
Kotapraja atau pegawai-pegawai cuma pada surat paksa tersebut dan salinannya
sebagai tanda diketahuinya dengan menyebutkan tanggal dan menyampakan
salinannya kepada penanggung pajak atau seorang yang menggantinya untuk itu
menurut ayat (2). Juru sita tersebut tercatat apa yang dilakukannya pada
surat paksa serta pada salinan yang ditinggalkannya. |
|
(4) |
Untuk
melakukan ayat-ayat yang baru lalu, maka yang dimaksud dengan tempat tinggal
mengenai orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal di Indonesia yang
dikenal ialah tempat kediamannya sesungguhnya. |
|
(5) |
Pemberitahuan
surat paksa terhadap orang yang di Indonesia tidak mempunyai tempat tinggal
yang dikenal dan tidak pula mempunyai tempat kediaman yang dikenal, serta
pula surat paksa terhadap badan atau perseroan yang masih ada atau telah
dibubarkan, yang sepanjang pengetahuan tidak mempunyai kantor dan pengurus,
perserroan pengurus atau yang membubar-bereskan dengan tempat tinggal atau
tempat kediaman di Indonesia yang dikenal, dilakukan dengan menempelkan suatu
salinan surat paksa tersebut pada pintu utama Inspeksi Keuangan dari tempat
dimana surat-surat paksa dikeluarkan. Selain
dari pada itu surat paksa tersebut dapat dimuat dalam Berita Negara serta
pula dalam salah satu harian yang terbit di tempat tersebut di atas, dan jika
di tempat tersebut di atas tidak diterbitkan harian, dalam salah satu harian
yang berdekatan. |
1) |
Jika
pelaksanaan surat paksa harus dilakukan seluruhnya atau sebagian di luar
wilayah jabatan pelaksana, maka ia minta dengan tertulis perantaraan teman sejawatnya
yang di dalam wilayahnya pelaksanaan tersebut harus dilakukan. |
(2) |
Pejabat
yang diminta perantaraannya memberitahukan tindakan-tindakan yang telah
dilakukan dalam waktu dua kali dua puluh empat jam kepada pelaksana tersebut,
dan kemudian hasil selanjutnya. |
(3) |
Sanggahan
terhadap pelaksanaan, juga dari pihak ketiga berdasarkan hak milik atas
barang-barang yang disita menurut pengakuannya, diajukan kepada dan diadili
oleh Pengadilan Negeri. |
|
Hakim Pengadilan
Negeri memberitahukan dengan tertulis baik perselisihan yang terjadi maupun
putusan tentang hal itu, kepada pelaksana dalam waktu dua kali dua puluh
empat jam. |
Pelaksanaan
surat paksa tidak dilanjutkan sebelum waktu dua puluh empat jam berlalu
setelah surat paksa diberitahukan oleh juru sita menurut pasal 6. |
BAB II
S I T A
Pasal 8
Pelaksanaan surat paksa tidak dilanjutkan sebelum waktu dua puluh empat jam berlalu setelah surat paksa diberitahukan oleh juru sita menurut pasal 6.
Pasal 9
1) |
Jika
setelah lewat waktu yang dimaksudkan pada pasal 8 hutang pajak tidak
dilunasi, maka pelaksanaan mengeluarkan perintah tertulis untuk menyita
sejumlah barang bergerak, dan jika tidak ada atau ternyata tidak cukup barang
demikian, sejumlah barang tak gerak kepunyaan penanggung pajak yang dipandang
mencukupi akan pengganti jumlah hutang pajak menurut surat paksa serta pula
biaya pelaksanaannya. |
|
(2) |
Penyitaan
dilakukan oleh juru sita, dibantu oleh dua orang saksi, penduduk Indonesia
yang telah mencapai usia dua puluh satu tahun dan oleh juru sita dikenal
sebagai orang yang boleh dipercaya. |
|
(3) |
Juru
sita membuat berita acara tentang apa yang telah dilakukan dan memberitahukan
maksud tindakannya kepada yang disita. Selembar dari salinan berita acara
ditempelkan di tempat umum atau di tempat dimana barang-baran gerak dan tak
gerak kepunyaan penanggung pajak disita. Penempelan salinan atau
salinan-salinan berita acara tersebut, berlaku sebagai maksud tindakan juru
sita kepada penanggung pajak. Saksi-saksi yang namanya, pekerjaannya dan
tempat tinggalnya disebutkan dalam berita acara termaksud, ikut serta
menandatangani berita acara itu serta salinan-salinannya. |
|
(4) |
Penyitaan
barang gerak kepunyaan penanggung pajak, termasuk uang tunai dan surat-surat
berharga meliputi juga barang gerak yang berwujud yang berada di tangan orang
lain, kecuali : |
|
|
a. |
Tempat tidur
beserta perlengkapannya dari penanggung pajak dan anaknya, demikian pula
pakaian-pakaian mereka. |
|
b. |
Perlengkaan
penanggung pajak yang bersifat dinas pada angkatan perang menurut dinas dan
pangkatnya. |
|
c. |
Alat-alat
pertukangan yang termasuk usaha penanggung pajak. |
|
d. |
Persediaan
makanan dan minuman untuk satu bulan yang berada di rumah. |
|
e. |
Buku-buku
yang bertalian dengan jabatan/pekerjaan penanggung pajak sampai seharga dua ribu
rupiah atas pilihannya, demikian pula perkakas-perkakas dan alat-alat yang
dipergunakan utnuk pendidikan, maupun untuk kebudayaan dan keilmuan sampai
jumlah yang sama. |
|
f. |
Ternak yang
semata-mata dipergunakan untuk menjalankan perusahaan penanggung pajak. |
(5) |
Juru
sita menyerahkan barang gerak atau sebagian dari dari itu kepada yang disita
untuk dititipkan kepadanya, atau menurut keadaan yang memindahkan barang
tersebut atau sebagian dari itu ke tempat titipan yang baik. Dalam hal
pertama dapat diberitahukannya kepada polisi yang harus menjaga supaya jangan
ada barang yang diambil orang. Bangunan-bangunan tidak boleh dipindahkan. |
(1) |
Pada penyitaan
barang tak bergerak berita acara diumumkan dengan mengingat apakah barang
tersebut telah atau dimasukkan daftar berdasarkan "Ordinantie op de
Overschrijving van de eigendom van vaste foedoren en het inschrijven van
hypotheken op dezelve in Indonesie" dengan menyalin berita acara
tersebut dalam daftar yang dimaksud pada pasal 50 "berpalingen omtrent
de invoering van en de overgang de neeuwe wetgeving" (Staatsblad 1998
Nomor 10), atau dalam daftar yang disediakan untuk itu di kepaniteraan
Pengadilan Negeri, dalam kedua hal dengan menyebutkan jam, hari, bulan dan
tahun dalam waktu mana diminta pengumuman tersebut, sedangkan berturut-turut
pegawai pendaftaran atau panitera pengadilan menyebutkan jam, hari, bulan dan
tahun tersebut pada berita acara asli yang diperlihatkan kepadanya. |
(2) |
Selain
dari pada itu juru sita minta kepada Pemerintah Daerah Swatantra bersangkutan
untuk mengumumkan seluas-luasnya penyitaan itu menurut cara yang lazin di
tempat itu. |
(3) |
Penanggung
pajak tidak boleh memindahkan hak, memberatkan atau menyewakan barang tak
bergerak yang disita mulai dari hari pengumuman berita acara tersebut. |
(4) |
Perjanjian
yang diadakan bertentangan dengan larangan ini, tidak dapat dipergunakan
terhadap pelaksana. |
(1) |
Pelaksana
menentukan, apakah penjualan barang yanhg disita dilakukan dengan perantaraan
suatu Kantor Lelang, atau tergantung dari keadaan dilakukan oleh juru sita atau
oleh seorang lain yang cakap dan boleh dipercaya yang untuk itu ditunjuk oleh
pelaksana yang bertempat tinggal di tempat di mana harus dilakukan penjualan
tersebut, atau di sekitarnya. |
(2) |
Tetapi jika
penjualan seperti termasud dalam ayat (1) harus dilakukan untuk melaksankaan
surat paksa untuk membayar suatu jumlah uang yang tidak melebihi seribu
rupiah, atua jika sekiranya barang yang disita tidak akan menghasilkan lebih
dari seribu rupiah, atua jika sekiranya barang yang disita tidak boleh
dilaksanakan dengan perantaraan kantor lelang. |
(3) |
Kantor
lelang, juru sita atau orang yang diserahi penjualan melaporkan dengan
tertulis tentang hal penjualan tersebut kepada pelaksana. |
(4) |
Penanggung
pajak berhak untuk menentukan urutan menurut mana barang yang disita akan
dijual. |
(5) |
Jika
hasil penjualan barang telah mencapai jumlah yang penagihannya sedang
dilaksanakan ditambah biaya pelaksanaannya, maka penjualan tersebut dihentikan
dan sisa barang dikembalikan dengan segera kepada penanggung pajak. |
(6) |
Penjualan
barang gerak dilakukan setelah diumumkan pada waktunya menurut kebiasaan
setempat, penjualan tersebut tidak boleh dilakukan sebelum hari ke-8 sesudah
barang tersebut disita. |
(7) |
Jika
serentak dengan barang gerak disita barang tak gerak dan barang gerak itu
tidak akan lekas rusak, maka penjualannya akan dilakukan serentak, dengan
mengingat urutan, tetapi dalam hal ini hanya setelah diadakan dua kali
pengumuman berturut-turut dan berseling lima belas hari. |
(8) |
Jika
hanya barang tak bergerak yang disita, maka cara-cara yang disebut dalam ayat
(7) dipergunakan untuk penjualan. |
(9) |
Penjualan
barang tak gerak yang melebihi nilai uang tiga ribu rupiah akan diumumkan
satu kali, selambat-lambatnya empat belas hari sebelum hari penjualan, dalam
harian di tempat penjualan dan dimana tidak ada harian demikian, dalam harian
di tempat yang berdekatan. |
(10) |
Hak
orang yang disita atas barang tak gerak yang dijual, berpindah ke tangan
pembeli yang tawarannya diterima, segera setelah ia memenuhi syarat-syarat
tersebut oleh kantor lelang atau orang yang ditugaskan penjualan tersebut. |
(11) |
Jika orang
yang disita menolak untuk meninggalkan barang tak gerak tersebut, maka hakim
Pengadilan Negeri mengeluarkan perintah tertulis kepada seorang yang berhak
melaksanakan surat juru sita untuk berusaha supaya barang tersebut
ditinggalkan dan dikosongkan oleh yang disita dengan keluarganya serta barang
miliknya, dengan bantuan panitera Pengadilan Negeri atau pegawai lain yang
ditunjuk oleh hakim, jika perlu dengan bantuan alat kekuasaan negara. |
(1) |
Atas barang
yang disita terlebih dahulu untuk orang lain yang berpiutang, tidak dapat
dilakukan penyitaan. Jika juru sita mendapatkan barang demikian, ia dapat
memberikan salinan surat paksa sebelum tanggal penjualan barang tersebut
kepada hakim Pengadilan Negeri yang selanjutnya menentukan, bahwa penyitaan
yang telah dilakukan atas barang itu akan juga dipergunakan sebagai jaminan
untuk pembayaran hutang menurut surat paksa. |
(2) |
Apabila,
setelah dilakukan penyitaan, tetapi sebelum dilakukan penjualan barang yang
disita, diajukan permintaan untuk melaksanakan suatu putusan hakim yang
dijatuhkan terhadap penanggung pajak, maka penyitaan yang telah dilakukan itu
dipergunakan juga sebagai jaminan untuk pembayaran hutang menurut putusan
hakim itu, dan hakim Pengadilan Negeri jika perlu memberi perintah untuk
melanjutkan penyitaan atas sekian banyak barang yang belum disita lebih
dahulu sehingga akan dapat mencukupi untuk membayar jumlah uang menurut
putusan-putusan itu dan biaya penyitaan lanjutan itu. |
(3) |
Dalam
hal yang dimaksud dalam ayat-ayat (1) dan (2) hakim Pengadilan Negeri
menentukan cara perbandingan hasil penjualan antara pelaksana dan orang yang
berpiutang setelah mengadakan pemeriksaan atau melakukan panggilan
selayaknya, terhadap penanggung jawab pajak, pelaksana dan orang berpiutang. |
(4) |
Pelaksana
dan orang yang berpiutang yang telah menghadap atau panggilan termasuk dalam
ayat (3) dapat minta banding pada Pengadilan Tinggi atas penentuan pembagian
tersebut. |
(5) |
Segera setelah
putusan tentang pembagian tersebut mendapat kekuatan pasti, maka hakim
Pengadilan Negeri mengirimkan suatu daftar pembagian kepada juru lelang atau
orang yang ditugaskan melakukan penjualan umum untuk dipergunakan sebagai
dasar pembagian uang penjualan. |
(1) |
Sanggahan
penangung pajak terhadap pelaksanaan baik dalam hal penyitaan barang gerak
maupun penyitaan barang tak gerak, harus diajukan olehnya, baik secara
tertulis maupun dengan lisan, kepada hakim Pengadilan Negeri yang akan
menyuruh mencatatnya jika sanggahan tersebut dilakukan dengan lisan. |
(2) |
Perkara
tersebut kemudian diajukan dalam sidang Pengadilan Negeri pada hari sidang yang
terdekat untuk diputus setelah diadakan pemeriksaan atau dilakukan panggilan
selayaknya terhadap pihak-pihak yang bersangkutan. |
(3) |
Sambil
menunggu putusan hakim, sanggahan tersebut menunda lanjutan pelaksanaan. |
(4) |
Sanggahan
tidak dapat ditujukan terhadap sahnya atau kebenarannya ketetapan pajak,
sekedar mengenai ketetapan pajak itu diperkenankan banding kepada Majelis
Pertimbangan Pajak menurut peraturan pajak yang bersangkutan. |
(1) |
Ketentuan-ketentuan
dalam pasal 13 berlaku juga dalam hal seorang pihak ketiga menyanggah
pelaksanaan berdasarkan pengakuan hak miliknya atas barang yang disita itu. |
(2) |
Terhadap
putusan yang dijatuhkan menurut pasal ini dan pasal 13 berlaku peraturan umum
mengenai bandingan. |
BAB III
PENYANDERAAN
Pasal 15
(1) |
Apabila
tidak ada atau tidak cukup barang untuk menanggung tuntutan jumlah uang yang
terhutang menurut surat paksa serta biaya tambahan, pelaksana atau teman sejawat
dimaksud dalam pasal 7 dapat mengeluarkan perintah tertulis untk
menyanderakan penanggung pajak, tetapi hanya setelah didapat ijin tertulis
dari Kepala Daerah Swatantra Tingkat I dalam wilayah siapa terletak tempat
tinggal penanggugn pajak. |
(2) |
Dalam
perintah tersebut disebutkan ijin yang diperoleh serta lama waktu penanggung
pajak akan disanderakan mengingat ketentuan dalam pasal yang berikut. |
Penyanderaan dapat diperintahkan untuk waktu selama-lamanya enam bulan, jika uang yang terhitung menurut surat paksa berjumlah lima ribu rupiah atau kurang; selama-lamanya satu tahun, jika uang tersebut berjumlah lebih dari pada lima ribu rupiah.
Pasal 17
(1) |
Perintah
untuk menyanderakan diberitahukan oleh juru sita kepada penanggung pajak
sesuai dengan apa yang ditentukan pada pasal 6 dan 7. |
|
(2) |
Lanjutan
pelaksanaan perintah itu tidak dilakukan sebelum lampau dua minggu setelah
pemberitahuan perintah diterima oleh penanggung pajak. |
|
|
Keputusan
Daerah Swatantra Tingkat I dalam wilayah siapay terletak tempat tinggal atau
tempat kediaman sesungguhnya dari penanggung pajak, berwenang untuk
memerintahkan pelaksanaan segera dengan putusan yang beralasan, jika ia memandang
perlu untuk kepentingan umum, tetapi tidak dalam 24 jam setelah surat
perintah diberitahukan. |
|
(3) |
Penanggung
pajak tidak boleh disanderakan : |
|
|
1. |
di
tempat ibadah selama ibadah itu dilakukan. |
|
2. |
di tempat
sidang resmi selama sidang itu diadakan. |
|
3. |
di
bursa selama waktu bursa. |
|
4. |
di
tempat pemilihan umum selama pemilihan umum. |
(1) |
Penyanderaan
dilaksanakan oleh juru sita, dibantu oleh dua orang saksi penduduk Indonesia
yang telah mencapai usia dua puluh satu tahun dan oleh juru sita dikenal
sebagai orang yang boleh dipercaya. |
(2) |
Penanggung
pajak yang tidak mengajukan sanggahan menurut cara yang ditentukan pada pasal
20 atau sanggahannya oleh juru sita ke dalam penjara yang telah ditentukan
untuk penyanderaan di tempat penahanan itu, dan jika di tempat itu tidak
terdapat penjara yang sedemikian, ke dalam penjara yang sedemikian di suatu
tempat yang berdekatan. |
(3) |
Jika
terjadi perlawanan, maka juru sita dapat minta pertolongan polisi setempat. |
(4) |
Juru
sita membuat berita acara dari apa yang telah dilakukannya. Saksi-saksi, yang
namanya, pekerjaan dan tempat tinggalnya disebut dalam berita acara itu, ikut
menandatangani berita acara tersebut serta salinan-salinannya. |
(5) |
Salinan
berita acara dan perintah untuk menyanderakan diberikan kepada kepala
penjara. |
Biaya keperluan hidup penanggng pajak dalam penjara ditanggung oleh pelaksana.
(1) |
Penanggung
pajak dapat mengajukan sanggahan terhadap perintah penyanderaan karena
dianggapnya tidak sah. Sanggahan
ini diberitahukannya secara tertulis kepada hakim Pengadilan Negeri. |
(2) |
Jika
penanggung pajak tidak dapat menulis, ia akan diberi kesempatan untuk
mengajukan keberatannya kepada hakim Pengadilan Negeri yang akan mencatatkan
atau menyuruh mencatatkan hal ini. |
(3) |
Perkara
tersebut diajukan oleh hakim Pengadilan Negeri dalam sidang pada hari sidang
yang terdekat dan kemudian memberi keputusan menurut kebijaksanaan, jika
perlu setelah mendengar penanggng pajak dalam pelaksanaan. |
(4) |
Ketentuan-ketentuan
dalam pasal 13 ayat (4) beserta pasal 14 ayat (2) berlaku pula dalam hal ini. |
(5) |
Penanggung
pajak yang tidak mengajukan sanggahan menurut ketentuan disebut pada ayat
(1), dan tidak kehilangan haknya untuk meminta pembatalan penyanderaan yang telah
dilaksanakan. Permintaan ini diajukan secara tertulis kepada hakim Pengadilan
Negeri dengan perantaraan kepala penjara. |
(1) |
Penanggugn
pajak yang disanderakan dengan sah dilepaskan dengan mutlak : |
|
|
1. |
Apabila
jangka waktu yang ditetapkan dalam perintah penyanderaan itu telah lampau. |
|
2. |
Atas
perintah Kepala Daerah Swatantra Tingkat I, jika pejabat tersebut, setelah
mempertimbangkan lebih lanjut, mendapatkan alasan untuk mencabut ijin
penyanderaan itu. |
|
3. |
Dengan
persetujuan pelaksana. |
|
4. |
Karena
dibayarnya jumlah hutang menurut surat paksa serta biaya pelaksanaan,
termasuk yang dimaksud dalam pasal 19. |
(2) |
Dalam
hal-hal dimaksud pada 2, 3 dan 4 pelaksana memberitahukan dengan segera kepada
kepala Penjara alasan melepaskannya. |
(1) |
Penanggung
pajak yang dibatalkan penyanderaannya setelah dilakukan sanggahan, hanya
dapat disanderakan lagi untuk hutang pajak itu juga, setelah lampau sedikit-dikitnya
delapan hari setelah ia dilepaskan. |
(2) |
Waktu
penyanderaan yang telah dijalankan akan dikurangkan dari waktu yang diijinkan
untuk penyanderaan itu. |
(3) |
Penanggung
pajak yang melarikandiri dari penyanderaan dapat segera disanderakan lagi
atas perintah yang dahulu telah dikeluarkan terhadapnya, dengan tidak
mengurangi penggantian kerugian dan biaya yang timbul karena pelarian itu. |
Walaupun telah dilakukan penyanderaan, harta benda penanggung pajak tetap jadi tanggungan jumlah hutang menurut surat paksa serta biaya pelaksanaannya.
BAB IV
PERATURAN PERALIHAN
Pasal 24
Di daerah-daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri dimana Undang-undang tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah Nomor 1 tahun 1957 belum dilaksanakan, maka wewenang Kepala Daerah Swatantra Tingkat I dimaksudkan dalam undang-undang ini, dilaksanakan oleh Gubernur.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Pelaksanaan surat paksa di luar cara yang diatur dalam Undang-undang ini dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai pelaksanaan putusan hakim dalam perkara perdata.
Pasal 26
(1) |
Peraturan-peraturan
tersebut di bawah ini ditarik kembali, yakni : |
|
|
a. |
"Koninklijk
Besluit" 3 Juli 1879 (Staatsblad 1879 Nomor 267) dengan perubahannya. |
|
b. |
Pasal-pasal
119a dan 119b Aturan Bea Meterai 1921. |
|
c. |
Pasal-pasal
20a dan 20b Ordonansi Bea Balik Nama. |
|
d. |
Pasal-pasal
67 dan 67a Ordonansi Bea Balik Nama. |
|
e. |
Pasal
13 ayat (2) Ordonansi Cukai Gula. |
|
f. |
Pasal
17 ayat (2) Ordonansi Cukai Tembakau. |
(2) |
Pasal 9a
Undang-undang Pajak Radio (Undang-undang Nomor 12 tahun 1947, diubah dengan
Undang-undang Nomor 20 tahun 1948) dibaca sebagai berikut : "Pasal
9a" "Pasal I19c Aturan Bea Materai 1921 berlaku untuk
undang-undang ini". |
(1) |
Surat
paksa yang telah dikeluarkan sebelum tanggal berlakunya Undang-undang Darurat
Nomor 227 tahun 1957 dan yang belum diberitahukan dilaksanakan menurut
peraturan yang dimuat dalam undang-undang ini. |
(2) |
Surat paksa
yang telah dikeluarkan sebelum tanggal berlakunya Undang-undang Darurat Nomor
27 tahun 1957 dan yang telah diberitahuman akan tetapi belum diadakan
penyitaan, dilaksanakan lebih lanjut menurut peraturan yang dimuat dalam
undang-undang ini. |
(3) |
Surat
paksa yang telah dikeluarkan sebelum tanggal berlakunya Undang-undang Darurat
Nomor 27 tahun 1957 dan yang telah diberitahukan serta diadakan penyitaan,
dilaksanakan lebih lanjut menurut peraturan yang dipergunakan sebelum
Undang-undang Darurat Nomor 27 tahun 1957 tersebut berlaku. |
Menteri
Keuangan berwenang untuk menetapkan peraturan yang perlu untuk melaksanakan
Undang-undang ini. |
(1) |
Undang-undang
ini dapat dinamakan "Undang-undang Penagihan Pajak Negara dengan Surat
Paksa". |
(2) |
Undang-undang
ini mulai berlaku mulai hari diundangkannya. |