Lampiran I

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

          

 

PROSEDUR DAN TATA CARA PENERBITAN LP2

 

I.

UMUM

 

1.

Pada prinsipnya setiap pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2), kecuali untuk jenis pemeriksaan tertentu yang sesuai dengan ketentuan tidak perlu diterbitkan LP2-nya. Adapun jenis pemeriksaan yang harus dilakukan berdasarkan LP2 antara lain adalah sebagai berikut:

 

 

a.

Pemeriksaan Rutin

 

 

b.

Pemeriksaan Khusus

 

 

c.

Pemeriksaan Keterkaitan; dan

 

 

d.

Pemeriksaan Bukti Permulaan.

 

2.

Prosedur dan Tata Cara Penerbitan LP2 untuk masing-masing jenis pemeriksaan diuraikan sebagaimana terlampir, yaitu:      

 

 

a.

Pemeriksaan Rutin pada Lampiran I.I.     

 

 

b.

Pemeriksaan Khusus pada Lampiran I.2:  

 

 

 

-

berdasarkan instruksi dari Kepala Kantor Wilayah DJP pada Lampiran I.2.1; 

 

 

 

-

berdasarkan instruksi dari Direktur Pemeriksaan Pajak pada Lampiran I.2.2; 

 

 

 

-

berdasarkan usul dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak pada Lampiran I.2.3;    

 

 

 

-

berdasarkan usul dari Kepala Kantor Wilayah DJP pada Lampiran I.2.4;   

 

 

 

-

berdasarkan usul dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak terhadap Wajib Pajak yang berdomisili di luar wilayah wewenangnya tetapi masih dalam wilayah wewenang Kantor Wilayah DJP atasannya pada Lampiran I.2.5;    

 

 

 

-

berdasarkan usul dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, dan Kantor Wilayah DJP terhadap Wajib Pajak yang berdomisili di luar wilayah wewenang Kantor Wilayah DJP yang bersangkutan pada Lampiran I.2.6.     

 

 

c.

Pemeriksaan Keterkaitan pada Lampiran I.3:     

 

 

 

-

Wajib Pajak Terkait yang Wajib Pajak Inti-nya berdomisili dalam wilayah wewenang Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak yang sama pada Lampiran I.3.1;      

 

 

 

-

Wajib Pajak Terkait yang Wajib Pajak Inti-nya berdomisili dalam wilayah wewenang Kantor Wilayah DJP yang sama pada Lampiran I.3.2;      

 

 

 

-

Wajib Pajak Terkait yang Wajib Pajak Inti-nya berdomisili di luar wilayah wewenang Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak tetapi masih dalam wilayah wewenang Kantor Wilayah DJP atasannya pada Lampiran I.3.3;

 

 

 

-

Wajib Pajak Terkait yang Wajib Pajak Inti-nya berdomisili di luar wilayah wewenang Kantor Wilayah DJP pada Lampiran I.3.4      

 

 

d.

Pemeriksaan Bukti Permulaan: 

LP2 untuk pemeriksaan Bukti Permulaan diterbitkan oleh Direktorat Pemeriksaan Pajak dengan prosedur sebagai berikut:      

 

 

 

-

dalam hal Pemeriksaan Bukti Permulaan dilakukan berdasarkan instruksi dari Direktur Pemeriksaan Pajak dilaksanakan dengan prosedur seperti pada Lampiran I.2.2;         

 

 

 

-

dalam hal instruksi Pemeriksaan Bukti Permulaan berasal dari Direktur Pemeriksaan Pajak berdasarkan usul Kepala Kantor Wilayah DJP dilakukan dengan prosedur seperti pada Lampiran I.2.6       

 

3.

Pengertian tanda berupa garis sebagai arus dokumen dalam prosedur dan tata cara penerbitan LP2 seperti terlihat pada Lampiran I.1 sampai dengan Lampiran I.3 adalah sebagai berikut:      

 

 

a.

garis tidak terputus-putus (solid) dengan tanda panah pada salah satu ujungnya berarti bahwa dokumen yang dikirim adalah asli, bukan tembusannya (   ) dalam hal garis tidak terputus-putus ini mengarah pada dokumen atau lainnya pada Unit Kantor yang sama, maka hal ini diartikan sebagai proses, baik secara manual maupun komputerisasi.   

 

 

b.

titik-titik (round dot) dengan tanda panah pada salah satu ujungnya berarti bahwa dokumen yang dikirim adalah tembusannya (        );   

 

 

c.

garis dan titik terputus-putus  (dash dot) dengan tanda panah pada salah satu ujungnya berarti bahwa tembusan yang diterima, setelah di tanda tangani dikirim kembali kepada pengirimnya (       ); dan       

 

 

d.

garis dan titik terputus-putus (dash dot) dengan tanda panah pada kedua ujungnya berarti bahwa beberapa dokumen yang telah diterima dicocokkan antara dokumen yang satu dengan dokumen lainnya (          ).          

 

4.

Pengiriman LP2:

 

 

4.1.

Setiap pengiriman LP2 harus dilakukan dengan menggunakan Surat Pengantar Pengiriman LP2 yang harus dibuat per Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak yang akan diperiksa terdaftar, bukan per Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak.                                    

 

 

4.2.

Surat Pengantar Pengiriman LP2 dibuat dalam 5 (lima) rangkap dengan distribusi sebagai berikut:                                   

 

 

 

a.

Dalam hal LP2 diterbitkan oleh direktorat Pemeriksaan Pajak:      

 

 

 

 

-

Lembar ke-1 dan lembar ke-2 beserta LP2 disampaikan kepada Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak yang bersangkutan;             

 

 

 

b.

-

Lembar ke-2 untuk ditandatangani oleh Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak dan dikirimkan kembali kepada Direktorat Pemeriksaan Pajak sebagai tanda terima;                                    

 

 

 

 

-

Lembar ke-3 dikirimkan kepada Kantor Pelayanan Pajak terkait;        

 

 

 

 

-

Lembar ke-4 dikirimkan kepada Kantor Wilayah DJP terkait,atau kepada Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak terkait apabila Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak adalah Kantor Wilayah DJP           

 

 

 

 

-

Lembar ke-5 disimpan sebagai arsip.

 

 

 

c.

Dalam hal LP2 diterbitkan oleh Kantor Wilayah DJP:                    

 

 

 

 

-

Lembar ke-1

dan Lembar ke-2 beserta LP2 disampaikan kepada Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak yang bersangkutan;       

 

 

 

 

-

Lembar ke-2

untuk ditandatangani oleh Unit Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak dan dikirimkan kembali kepada Kantor Wilayah DJP Sebagai tanda terima;                         

 

 

 

 

-

Lembar ke-3

dikirimkan kepada Direktorat Pemeriksaan Pajak;        

 

 

 

 

-

Lembar ke-4

dikirimkan kepada Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak terkait;                      

 

 

 

 

-

Lembar ke-5

disimpan sebagai arsip

 

 

II.

PROSEDUR DAN TATA CARA PENERBITAN LP2

 

Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) diterbitkan dengan prosedur dan tata cara Sebagaimana dimaksud pada Lampiran I.1 sampai dengan Lampiran I.3 berikut ini.

 

 


 

 

Lampiran I.1

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

PROSEDUR DAN TATA CARA PENERBITAN LP2

PEMERIKSAAN RUTIN

  

1.

Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) untuk Pemeriksaan Rutin diterbitkan dengan prosedur dan tata cara sebagaimana diuraikan pada Lampiran I.1.1

2.

Sehubungan dengan permintaan penerbitan LP2 untuk Pemeriksaan Rutin yang dilaksanakan melalui Pemeriksaan Lengkap, Surat Permintaan Penerbitan LP2 Pemeriksaan Rutin yang dilampiri dengan Daftar Permintaan Penerbitan LP2, baik untuk Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan, dikirim oleh Kantor Wilayah DJP kepada Direktorat Pemeriksaan Pajak.        

3.

Bentuk formulir dan petunjuk pengisian Surat-Surat Permintaan Penerbitan LP2 Pemeriksaan Rutin dan Daftar Permintaan Penerbitan LP2 Wajib Pajak Orang Pribadi serta Daftar Permintaan Penerbitan LP2 Wajib Pajak Badan dapat dilihat masing-masing pada Lampiran I.1.2., Lampiran I.1.2.1. dan Lampiran I.1.2.2.   

 


 


 

 

Lampiran I.1.2

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

   

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

………………………………………………………(1)

Nomor

:

SR………………..    

………………,199……  

Sifat

:

Segera/Rahasia 

 

Lampiran

:

……………………..

 

Hal

:

Permintaan Penerbitan LP2 

Pemeriksaan Rutin     

 

 

Yth. Direktur Pemeriksaan Pajak 

       Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak 

       Jalan Jenderal Gatot Subroto no. 40-42 

       Jakarta 12190    

 

Dalam rangka pelaksanaan  Pemeriksaan Rutin, dengan ini mohon dapat diterbitkan Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) sebanyak…….(……………..) (2) set terhadap Wajib Pajak yang terdiri dari (terlampir): 

 

a.

Wajib Pajak Orang Pribadi

=

…………..set (3)  

b.

Wajib Pajak Badan         

=

……………set (4)       

 

Jumlah

=

……………set                    

 

Demikian untuk dimaklumi.                      

 

 

Kepala Kantor

 

 

 

 

 

………………….(5)

 

NIP…………….

 

 


PETUNJUK PENGISIAN

SURAT PERMINTAAN PENERBITAN LP2

PEMERIKSAAN RUTIN

(Lampiran I.1.2)

 

Angka 1   

:

Diisi dengan nama dan alamat Kantor Wilayah DJP yang Meminta Penerbitan LP2 Pemeriksaan Rutin.               

Angka 2   

:

Diisi dengan jumlah LP2 yang diminta, baik dalam angka maupun Huruf.             

Angka 3   

:

Diisi dengan jumlah LP2 yang diminta untuk Pemeriksaan Rutin Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan daftar yang Dilampirkan pada surat ini.   

Angka 4

:

Diisi dengan jumlah LP2 yang diminta untuk Pemeriksaan Rutin Terhadap Wajib Pajak Badan sesuai dengan daftar yang dilampirkan pada surat ini Cukup jelas. 

Angka 5   

:

Cukup jelas.

 

 


 

 

Lampiran I.1.2.1.

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

………………………………………………………(1)

 

DAFTAR PERMINTAAN PENERBITAN LP2

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

 

No.

Urut

Nama

Wajib Pajak

N P W P

Tahun

Pajak

Kriteria Pemilihan SPT

Kode

Unit

Kantor

Keterangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

Kepala Kantor

 

 

 

 

 

………………….(9)

 

NIP…………….

                                                      


 

 

Lampiran I.1.2.2

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

                        

 

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

………………………………………………………(1)

 

DAFTAR PERMINTAAN PENERBITAN LP2

WAJIB PAJAK BADAN

 

No.

Urut

Nama

Wajib Pajak

N P W P

Tahun

Pajak

Kriteria Pemilihan SPT

Kode

Unit

Kantor

Keterangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                  

 

 

 

Kepala Kantor

 

 

 

 

 

………………….(9)

 

NIP…………….

 

 


PETUNJUK PENGISIAN

DAFTAR PERMINTAAN PENERBITAN LP2

(Lampiran I.1.2.1 dan Lampiran I.1.2.2)

 

Angka 1   

:

Diisi dengan nama dan alamat Kantor Wilayah DJP yang Meminta penerbitan LP2 untuk Pemeriksaan Rutin.  

Angka 2   

:

Cukup jelas.    

Angka 3   

:

Diisi dengan nama Wajib Pajak yang akan diperiksa.    

Angka 4

:

Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 

Angka 5   

:

Diisi dengan tahun pajak yang diperiksa. Dalam hal pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dilakukan sekaligus beberapa tahun pajak, Maka kolom ini diisi dengan masing-masing tahun pajak sehingga LP2 bisa diterbitkan untuk setiap tahun pajak.

Angka 6   

:

Diisi dengan Kriteria Pemilihan SPT sesuai kode Kriteria sebagaimana tercantum pada Lampiran II.2

Angka 7   

:

Diisi dengan Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak sesuai kode unit sebagaimana tercantum pada Lampiran II.3.   

Angka 8  

:

Diisi dengan hal yang dianggap perlu.

Angka 9

:

Cukup jelas.

 

 


 

 

Lampiran 1.2

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

PROSEDUR DAN TATA CARA PENERBITAN LP2

PEMERIKSAAN KHUSUS

 

1.

Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) untuk Pemeriksaan Khusus diterbitkan dengan Prosedur dan tata cara sebagaimana diuraikan pada beberapa lampiran sebagai berikut:

 

Lampiran I.2.1.

Pemeriksaan Khusus berdasarkan instruksi dari Kepala Kantor Wilayah DJP.   

 

Lampiran I.2.2.

Pemeriksaan Khusus berdasarkan intruksi dari Direktur Pemeriksaan Pajak.  

 

Lampiran I.2.3.

Pemeriksaan Khusus berdasarkan usul dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.  

 

Lampiran I.2.4.

Pemeriksaan Khusus berdasarkan usul dari Kepala Kantor Wilayah DJP.

 

Lampiran I.2.5.

Pemeriksaan Khusus berdasarkan usul dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak terhadap Wajib Pajak yang berdomisili di luar wilayah wewenangnya tetapi masih dalam wilayah wewenang Kantor Wilayah DJP atasannya.

 

Lampiran I.2.6.

Pemeriksaan Khusus berdasarkan usul dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, dan Kantor Wilayah DJP terhadap Wajib Pajak yang berdomisili di luar wilayah wewenang Kantor Wilayah DJP yang bersangkutan. 

 

 

2.

Permintaan penerbitan LP2 atas Pemeriksaan Lengkap sebagaimana dimaksud pada Lampiran I.2.1., Lampiran I.2.3., dan Lampiran I.2.5. harus diajukan melalui Surat Permintaan Penerbitan LP2 Pemeriksaan Khusus dengan menggunakan formulir seperti contoh telampir (Lampiran I.2.7.).    

 


 

 

 

 

 

 


 

 

Lampiran 1.2.7

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

………………………………………………………(1)

Nomor

:

SR………………..    

………………,199……  

Sifat

:

Segera/Rahasia 

 

Lampiran

:

……………………..

 

Hal

:

Permintaan Penerbitan LP2 

Pemeriksaan Rutin     

 

 

 

Yth. Direktur Pemeriksaan Pajak 

       Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak 

       Jalan Jenderal Gatot Subroto no. 40-42 

       Jakarta 12190    

 

         Sehubungan dengan instruksi/persetujuan Pemeriksaan Khusus Nomor:……………… Tanggal………………….. (2), dengan ini mohon dapat diterbitkan Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) dalam rangka Pemeriksaan Khusus terhadap Wajib Pajak:  

1.

N a m a

:

……………………………………………..(3)

2.

N P W P

:

……………………………………………..(4)

3.

Tahun Pajak

:

……………….(5)  

4.

Kriteria Pemilihan SPT   

:

……………….(6) 

5.

Unit Pelaksana

:

……………………………………………..(7)      

 

Demikian untuk dimaklumi.  

 

 

 

 

Kepala Kantor

 

 

 

 

 

………………….(8)

 

NIP…………….

                                          

 


PETUNJUK PENGISIAN

SURAT PERMINTAAN PENERBITAN LP2

PEMERIKSAAN KHUSUS

(Lampiran I.1.7)

 

Angka 1   

:

Diisi dengan nama dan alamat Kantor Wilayah DJP yang meminta penerbitan LP2 Untuk Pemeriksaan Khusus.  

Angka 2   

:

Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Instruksi/Persetujuan Pemeriksaan Khusus Dari Kepala KantorWilayah DJP yang bersangkutan berkenaan dengan Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan yang akan diperiksa.  

Angka 3   

:

Diisi dengan nama Wajib Pajak yang akan diperiksa.

Angka 4

:

Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 

Angka 5   

:

Diisi dengan tahun pajak yang diperiksa.

Angka 6   

:

Diisi dengan Kriteria Pemilihan SPT sesuai kode kriteria sebagaimana tercantum pada Lampiran II.2.  

Angka 7   

:

Diisi dengan Unit Pelaksana Pemeriksaan Lengkap sesuai dengan kode unit sebagaimana tercantum pada Lampiran II.3 dan kemudian tuliskan nama Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak atau Kantor Wilayah DJP yang akan melaksanakan pemeriksaan tersebut.

Angka 8  

:

Cukup jelas     

 

 


 

 

Lampiran 1.3

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

PROSEDUR DAN TATA CARA PENERBITAN LP2

PEMERIKSAAN KETERKAITAN

 

Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) untuk Pemeriksaan Keterkaitan diterbitkan dengan Prosedur dan tata cara sebagaimana diuraikan pada beberapa lampiran sebagai berikut :

Lampiran I.3.1.

Pemeriksaan Keterkaitan terhadap Wajib Pajak Terkait yang Wajib Pajak Inti-nya berdomisili dalam wilayah wewenang kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak yang sama.  

Lampiran I.3.2.

Pemeriksaan Keterkaitan terhadap Wajib Pajak Terkait yang Wajib Pajak Inti-nya berdomisili dalam wilayah wewenang Kantor Wilayah DJP yang Sama.                  

Lampiran I.3.3.

Pemeriksaan Keterkaitan terhadap Wajib Pajak Terkait yang Wajib Pajak Inti-nya berdomisili di luar wilayah wewenang Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak tetapi masih dalam wilayah wewenang Kantor Wilayah DJP atasannya.

Lampiran I.3.4.

Pemeriksaan keterkaitan terhadap Wajib Pajak Terkait yang Wajib Pajak Inti-nya berdomisili di luar wilayah wewenang Kantor Wilayah DJP.

 


 

 

 

 


 

 

Lampiran 1.3.5

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

………………………………………………………

Nomor

:

SR………………..    

………………,199……  

Sifat

:

Segera/Rahasia 

 

Lampiran

:

……………………..

 

Hal

:

Permintaan Penerbitan LP2 

Pemeriksaan Rutin     

 

 

 

Yth. Direktur Pemeriksaan Pajak 

       Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak 

       Jalan Jenderal Gatot Subroto no. 40-42 

       Jakarta 12190    

 

           Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Inti:

 

1.

N a m a

:

……………………………………………..(2)

2.

N P W P

:

……………………………………………..(3)

 

dengan ini mohon dapat diterbitkan Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) dalam rangka Pemeriksaan Keterkaitan terhadap Wajib Pajak Terkait:

1.

N a m a

:

……………………………………………..(4)

2.

N P W P

:

……………………………………………..(5)

3.

Tahun Pajak

:

……………….(6)  

4.

Kriteria Pemilihan SPT   

:

……………….(7) 

5.

Unit Pelaksana

:

……………………………………………..(8)      

 

Demikian untuk dimaklumi.

 

 

 

 

Kepala Kantor

 

 

 

 

 

………………….(8)

 

NIP…………….

Tembusan :  

 

……………………….(10)

 

 

 


PETUNJUK PENGISIAN

SURAT PERMINTAAN PENERBITAN LP2

PEMERIKSAAN KETERKAITAN

(Lampiran I.3.5)

 

Angka 1   

:

Diisi dengan nama dan alamat Kantor Wilayah DJP yang meminta penerbitan LP2 untuk Pemeriksaan Keterkaitan.

Angka 2   

:

Diisi dengan nama Wajib Pajak Inti

Angka 3   

:

Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Inti.

Angka 4

:

Diisi dengan nama Wajib Pajak Terkait yang akan diperiksa.

Angka 5   

:

Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Terkait.

Angka 6   

:

Diisi dengan tahun pajak yang diperiksa

Angka 7   

:

Diisi dengan Kriteria Pemilihan SPT sesuai kode criteria sebagaimana tercantum Pada Lampiran II.2.

Angka 8  

:

Diisi dengan Unit Pelaksana Pemeriksaan Lengkap sesuai dengan kode unit sebagaimana tercantum pada Lampiran II.3 dan kemudian tuliskan nama Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak atau Kantor Wilayah DJP yang akan melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Terkait.

Angka 9

:

Cukup jelas.

Angka 10

:

Diisi dengan tembusan kepada :

 

 

a.

Kepala kantor Wilayah DJP yang wilayah wewenangnya meliputi tempat domisili Wajib Pajak Inti, baik selaku pengusul maupun selaku atasan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Pengusul apabila Wajib Pajak Terkait berdomisili di luar wilayah wewenang Kantor Wilayah DJP yang bersangkutan.

 

 

b.

Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat domosili Wajib Pajak Terkait.

 

 

c.

Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak yang mengusulkan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Terkait.  

 

 

d.

Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak yang akan melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Terkait apabila Unit Kantor tersebut bukan Unit Kantor pengusul.                          

 

 


 

 

Lampiran II

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

PETUNJUK PEMBUATAN DAN PENGIRIMAN DKHP

 

I.

UMUM

 

1.

Pengisian LP2 untuk membuat DKHP harus dilakukan dengan menggunakan mesin ketik (atau dengan tulisan tangan namun harus memakai huruf kapital).

 

2.

Dalam hal terdapat perbedaan antara data yang telah diisi oleh Direktorat Pemeriksaan Pajak atau Kantor Wilayah DJP dan data hasil pemeriksaan, maka data tersebut harus diperbaiki dengan cara mencoret data yang telah diisi tersebut dan kemudian mencantumkan data yang benar disampingnya, kecuali untuk nomor Pengawasan Pemeriksaan SPT(nomor urut 2) yang tidak dapat diubah oleh ketua Kelompok Pemeriksa Pajak atau Kepala Seksi terkait.

 

3.

Nomor urut 1 sampai dengan 10 berfungsi sebagai LP2 sedangkan nomor urut 11 sampai dengan 21 berfungsi sebagai DKHP.

 

4.

Data pada nomor urut 11,12,18 dan 21 tidak perlu diisi apabila Wajib Pajak yang diperiksa adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

 

5.

Pengiriman DKHP

 

 

5.1

Dalam hal LP2 diterbitkan oleh Direktorat Pemeriksaan Pajak :

 

 

 

a.

Lembar hasil DKHP dikirimkan kepada Direktorat Pemeriksaan Pajak dengan menggunakan Formulir Surat Pengantar Pengiriman DKHP sesuai dengan contoh terlampir (Lampiran II.1, Lampiran II.1.1 dan Lampiran II.1.2). Surat Pengantar Pengiriman DKHP tersebut harus dibuat tembusannya untuk Dikirimkan kepada Kantor Wilayah DJP dalam hal Pemeriksaan Lengkap dilakukan oleh Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.   

 

 

 

b.

Lembar kedua DKHP, Nota Penghitungan Pajak (NPP) dan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) digabungkan dengan berkas Wajib Pajak yang bersangkutan untuk kemudian dikirimkan kepada Kantor Pelayanan Pajak terkait.   

 

 

 

c.

Lembar ketiga DKHP harus dikirimkan kepada Kantor Wilayah DJP dengan cara melampirkan pada tembusan Surat Pengantar Pengiriman DKHP sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas dalam hal Pemeriksaan Lengkap dilakukan oleh Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. 

 

 

 

d.

Lembar keempat DKHP,NPP dan LPP digabungkan dalam Berkas Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) untuk disimpan sebagai arsip pada Kantor Pemeriksaan Dan Penyidikan Pajak.   

 

 

5.2

Dalam hal LP2 diterbitkan oleh Kantor Wilayah DJP :  

 

 

 

a.

Lembar asli DKHP dikirimkan kepada Kantor Wilayah DJP dengan menggunakan Formulir Surat Pengantar Pengiriman DKHP sesuai dengan contoh terlampir (Lampiran II.1, Lampiran II.1.1 dan Lampiran II.1.2). Surat Pengantar Pengiriman DKHP tersebut harus dibuat tembusannya untuk dikirimkan kepada Direktorat Pemeriksaan Pajak. 

 

 

 

b.

Lembar kedua DKHP, Nota Penghitungan Pajak (NPP) dan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) digabungkan dengan berkas Wajib Pajak yang bersangkutan untuk disimpan sebagai arsip pada Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.          

 

 

 

c.

Lembar ketiga DKHP harus dikirimkan kepada Direktorat Pemeriksaan Pajak dengan cara melampirkan pada tembusan Surat Pengantar Pengiriman DKHP sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas.         

 

 

II.

PEMBUATAN DKHP MELALUI PENGISIAN LP2     

 

Nomor Urut

J u d u l

Petunjuk Pengisian

1.

Nomor Surat Perintah  Pemeriksaan Pajak (SPPP)

Diisi dengan nomor Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SPPP)            

2.

Nomor Pengawasan  Pemeriksaan SPT

Diisi oleh Direktorat Pemeriksaan Pajak atau Kantor Wilayah DJP. Data ini tidak boleh di Ubah oleh Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak Atau Kepala Seksi terkait.     

3.

Nama Wajib Pajak

Diisi dengan nama Wajib Pajak oleh Direktorat Pemeriksaan Pajak atau Kantor Wilayah DJP.

4.

Alamat Wajib Pajak

Diisi dengan alamat Wajib Pajak oleh Direkto rat Pemeriksaan Pajak atau Kantor Wilayah DJP.

5.

NPWP/Register

Diisi dengan NPWP/Register oleh Direktorat Pemeriksaan  Pajak atau Kantor Wilayah DJP.

6.

NPPKP

Dalam hal Wajib Pajak adalah PKP yang telah dikukuhkan sebagai PKP, maka NPPKP diisi dengan nomor yang sama dengan NPWP, sesuai dengan SE-02/PJ.9/1998 tanggal 4 Mei 1998.

7.

Nomor Telepon

Diisi dengan nomor telepon Wajib Pajak, dalam hal Wajib Pajak Badan, maka data ini diisi juga dengan nomor telepon pengurus badan yang bersangkutan. 

8.

Jenis Usaha

Diisi dengan jenis usaha inti (core business) Wajib Pajak

 

K L U

Diisi dengan nomor KLU yang tercantum dalam SPT Wajib Pajak.  Dalam hal data ini telah diisi oleh Direktorat Pemeriksaan Pajak atau Kantor Wilayah DJP, dan apabila ada perbedaan antara data yang Telah diisi tersebut denan data pada saat pemeriksaan, makadata berdasarkan keadaan  Sebenarnya diisikan pada jenis usaha ini (Core Business) Hasil Pemeriksaan (nomor urut 20).

9.

Tahun Pendirian Usaha

Diisi dengan tahun pendirian usaha Wajib Pajak berdasarkan akte pendirian.

10.

Kriteria Pemilihan SPT

Diisi dengan kode sebagaimana tercantum pada Lampiran II.2 kode tersebut mengandung arti sebagai berikut :           

 

 

a.

Satu digit pertama menunjukkan ruang lingkup pemeriksaan yang meliputi :   

 

 

 

kode I

adalah Pemeriksaan Sederhana   Lapangan (PSL);    

 

 

 

Kode 2

adalah Pemeriksaan Lengkap.    

 

 

b.

Dua digit berikutnya menunjukkan alasan di lakukannya pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 7 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-02/PJ.7/1998 tanggal 30 Maret 1998.       

 

 

c.

Satu digit terakhir menunjukkan subjek Pajak yang diperiksa, yaitu ;

 

 

 

kode 1

adalah Wajib Pajak Orang Pribadi;

 

 

 

Kode 2

adalah Wajib Pajak Badan.   

11

Pembukuan

Diisi dengan proses pembukuan yang digunakan Wajib Pajak. Yang dimaksud dengan manual adalah proses pembukuan dilakukan secara tidak otomatis. Sedangkan Electronic Data Processing (EDP)diisi apabila proses pem

Bukuan dilakukan secara otomatis.   

12

Sistem Operasi Yang Digunakan

Apabila Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan secara EDP, maka data ini diisi dengan Sistem operasi yang digunakan dalam proses Pembukuan secara otomatis tersebut.   

13

Hasil Pemeriksaan

Diisi sesuai dengan SPT Wajib Pajak dan Hasil Pemeriksaan.

14

Jumlah Jam Pemeriksaan

Diisi dengan jumlah jam pemeriksaan yang digunakan, yaitu sejak saat persiapan pemeriksaan sampai dengan selesainya LPP. Jumlah jam pemeriksaan ini mencakup seluruh Jam kerja yang digunakan Tim Pemeriksa, ter Masuk Supervisor, dalam melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan

15

Pemeriksaan Tahun

Diisi dengan kode seperti dibawah ini dengan Sebelumnya memperhatikan bahwa dalam pengertian pemeriksaan termasuk pelaksanaan verifikasi untuk Tahun pajak sebelum tahun pajak 1995 dan Pelaksanaan Pemeriksaan Sederhana Kantor:

 

 

kode 1

:

Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Belum pernah dilakukan.

 

 

Kode 2

:

Tahun Pajak yang terakhir diperiksa Adalah satu tahun pajak sebelumnya

 

 

Kode 3

:

Tahun pajak yang terakhir diperiksa Adalah dua tahun pajak sebelumnya

 

 

Kode 4

:

Tahun pajak yang terakhir diperiksa Adalah tiga tahun pajak sebelumnya

 

 

Kode 5

:

Tahun pajak yang terakhir diperiksa Adalah empat tahun pajak sebelum Nya atau lebih.

16

Kode Unit Kantor Yang Melakukan Pemeriksaan

Diisi dengan kode sebagaimana tercantum pada Lampiran II.3 Kode tersebut terdiri dari :

 

 

a.

Untuk pemeriksaan lengkap, kode berupa satu huruf dan diikuti dengan dua angka. Huruf A sampai dengan huruf R, kecuali  Huruf I, menunjukkan Kantor Wilayah DJP Atasan Unit Pelaksana Pemeriksaan Lengkap,sedangkan huruf Z merupakan kode Untuk Direktorat Pemeriksaan Pajak. Khusus untuk pemeriksaan yang dilakukan Oleh Tim Gabungan DJP-BPKP, data yang diisikan adalah kode Unit Pelaksana Pemeriksaan Lenkap yang menerbitkan SPPP dan ditambah dengan huruf B pada digit Terakhir.                               

 

 

b.

Untuk Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL), kode unit kantor adalah sama dengan nomor kode Kantor Pelayanan Pajak (KPP) berdasarka Keputusan Menteri Keuangan Nomor 306/KMK.04/1997 tanggal 7 Juli 1997.                                  

17

Kode Penyelesaian

 

Diisi dengan kode penyelesaian sebagai berikut :

 

 

 

kode 01

:

Apabila tidak ada koreksi sehingga Jumlah pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak tidak mengalami perubahan

 

 

 

Kode 02

:

Apabila ada koreksi, dan Wajib Pajak setuju seluruhnya tetapi koreksi tersebut tidak mempengaruhi jumlah pajak yang terutang.

 

 

 

Kode 03

:

Apabila ada koreksi, dan Wajib Pajak tidak setuju sebagian atau seluruhnya namun koreksi tersebut tidak mempengaruhi jumlah pajak yang terutang.                

 

 

 

Kode 04

:

Apabila ada koreksi, dan Wajib Pajak setuju seluruhnya serta koreksi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan atas jumlah Pajak yang terutang.

 

 

 

Kode 05

:

Apabila ada koreksi yang sebagian Atau seluruhnya tidak disetujui Oleh Wajib Pajak dan koreksi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan atas jumlah Pajak yang terutang.

 

 

 

Kode 06

:

Apabila pemeriksaan di usulkan untuk dilanjutkan dengan Pemeriksaan Bukti Permulaan atau Penyidikkan.

 

 

 

Kode 07

:

Apabila Wajib Pajak tidak ditemukan.           

 

 

 

Kode 08

:

Apabila pemeriksaan dibatalkan.

18

Laporan Keuangan

Cukup jelas, dan apabila Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik, maka jenis opini akuntan diberi kode sebagai berikut:

 

 

Kode A

:

Pendapat wajar tanpa pengecualian(unqualified opinions), termasuk pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku.

 

 

Kode B

:

Pendapat Wajar dengan pengecualian (qualified opinions).        

 

 

Kode C

:

Pendapat tidak wajar (adverse Opinions).                               

 

 

Kode D

:

Pernyataan tidak memberikan  Pendapat (disclaimers of opinion).

19

Rincian Koreksi Terbesar

Diisi dengan 10 (sepuluh) koreksi terbesar secara berurutan, dimulai dari koreksi yang jumlahnya terbesar hingga koreksi yang jum lah lebih kecil, dengan jenis koreksi dan kode masalah sebagaimana tercantum pada Lampiran II.4. Jumlah koreksi diisi dengan tanda(+) untuk koreksi positif serta tanda (-)  untuk koreksi negatif.

20

Jenis Usaha Inti (Core

Diisi dengan jenis usaha inti Wajib Pajak yang Business) Hasil Pemeriksaan diketahui pada saat pemeriksaan sesuai dengan KLU berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-1444/PJ.24/1993 Tanggal 14 Desember 1993 tentang Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak.        

21

Komponen Laporan Keuangan

Diisi dengan data menurut SPT Wajib Pajak dan menurut hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak.

22

Dasar Pemeriksaan

Diisi dengan nomor agenda surat masuk yang diterima oleh Direktorat Pemeriksaan Pajak   atau Kantor Wilayah DJP.

 

               


 

 

Lampiran II.1

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

 

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

……………………………………………………… (1)

Nomor

:

………………..    

………………,199……  

Sifat

:

Segera

 

Lampiran

:

……………………..

 

Hal

:

Pengiriman DKHP

 

 

Yth…………………………………(2)

 

 

          Bersama ini disampaikan Daftar Kesimpulan Hasil Pemeriksaan (DKHP) untuk Pengiriman bulan……………….tahun199…. sebanyak……(……………………………) (3) set Yang terdiri dari DKHP untuk (terlampir):                 

           

a.

Wajib Pajak Orang Pribadi

=

…………..set

b.

Wajib Pajak Badan         

=

……………set

 

Jumlah

=

……………set                    

 

 

 

=========

 

Demikian untuk dimaklumi.

 

 

Kepala Kantor

 

 

 

 

 

………………….(4)

 

NIP…………….

Tembusan :  

 

……………………….(5)

 

 

 


PETUNJUK PENGISIAN

SURAT PENGIRIMAN DKHP

PEMERIKSAAN KHUSUS

(Lampiran II.1)

 

Angka 1   

:

Diisi dengan nama dan alamat Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak yang mengirimkan DKHP. 

Angka 2   

:

Diisi dengan Direktur Pemeriksaan Pajak apabila lembar asli DKHP dikirim oleh Kantor Wilayah DJP atau Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Dalam hal Lembar asli DKHP dikirim oleh Kantor Pelayanan Pajak, maka surat ini ditujukan Kepada Kepala Kantor Wilayah DJP.

Angka 3   

:

Diisi dengan jumlah DKHP yang dikirim, baik dalam angka maupun huruf. Dalam Hal tidak ada DKHP yang dikirim, maka jumlah ini diisi dengan Nihil.  

Angka 4

:

Cukup jelas.

Angka 5   

:

Diisi dengan Kepala Kantor Wilayah DJP apabila lembar asli DKHP dikirim oleh Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan surat ini dilampiri dengan Daftar DKHP serta lembar ketiga DKHP. Dalam hal lembar asli DKHP dikirim oleh Kantor Pelayanan Pajak, maka tembusan diisi dengan Direktur Pemeriksaan Pajak dan Surat ini dilampiri Daftar DKHP serta lembar ketiga DKHP.           

 

 


 

 

Lampiran II.1.1

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

 

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

………………………………………………………

 

 

DAFTAR DKHP WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI

Bulan

:

…………..

Tahun

:

…………..

 

No.

Urut

Nomor

Wajib Pajak

Nama

N P W P

Tahun

Pajak

Keterangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kepala Kantor

 

 

 

 

 

………………….(4)

 

NIP…………….

 

 


 

 

Lampiran II.1.2

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

 

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

………………………………………………………

 

 

DAFTAR DKHP WAJIB PAJAK

BADAN

Bulan

:

…………..

Tahun

:

…………..

 

No.

Urut

Nomor

Wajib Pajak

Nama

N P W P

Tahun

Pajak

Keterangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kepala Kantor

 

 

 

 

 

………………….

 

NIP…………….

 

 

                                                                           


 

 

Lampiran II.2

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

KODE KRITERIA PEMILIHAN SPT

 

            

 

 Jenis Pemeriksaan

 

 

                                      K O D E

           Pemeriksaan                 

               Lengkap

 

         Pemeriksaan Sederhana

                Lapangan

 

  WP Orang

    Pribadi

        WP

      Badan

   WP Orang

     Pribadi

        WP

      Badan

Pemeriksaan Rutin:

 

a.

SPT Tahunan PPH WP yang Menyatakan Lebih bayar.

2001

2012

1011

1012

b.

SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi yang menyalahi ketentuan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

2021

 

1021

 

c.

SPT Tahunan PPH yang menyatakan Rugi (tidak lebih bayar).

 

2031

 

2032

 

1031

 

1032

d.

SPT Tahunan PPh yang menyatakan adanya Kompensasi kerugian.

 

2041

 

2042

 

1041

 

1042

e.

SPT PPh untuk bagian tahun Pajak karena perubahan tahun buku.

 

2051

 

2052

 

 

f.

Wajib Pajak yang melakukan likuidasi,penggabungan

pemekaran dan

pengambilalihan usaha.

2061

2062

 

 

g.

Wajib Pajak berbentuk kerjasama operasi (KSO) dan sejenisnya.

 

 

2072

 

 

1072

h.

SPT Tahunan Data Priotas.

2081

2082

1081

1082

Pemeriksaan Khusus :

 

 

 

 

a.

Adanya Indikasi bahwa Wajib Pa jak melakukan tindak pidana.

2111

2112

1111

1112

b.

Pengaduan masyarakat melalui Kotak Pos 5000.

2121

2122

1121

1122

c.

Pengaduan masyarakat tidak melalui kotak Pos 5000.

2131

2132

1131

1132

d.

SPT Wajib Pajak tidak benar.

2141

2142

1141

1142

e.

Sebab lain berdasarkan instruksi Dirjen Pajak.

2151

2152

1151

1152

       

 


 

 

 

 

 

Jenis Pemeriksaan

 

 

 

 

                      K O D E

 

Pemeriksaan Lengkap

 

Pemeriksaan Sederhana Lapangan

 

WP Orang Pribadi

WP Badan

WP Orang Pribadi

WP Badan

 

Pemeriksaan Keterkaitan :

 

 

 

 

a.

SPT Tahunan PPh WP Inti menyatakan Lebih Bayar.

2211

2212

 

b.

SPT Tahunan PPh WP Inti menyatakan tidak Lebih Bayar.

2221

2222

 

c.

WP Terkait yang WP Inti-nya berdomisili dalam wilayah wewenang Unit Pelaksana Pemeriksaan Lengkap.

2231

2232

 

d.

WP Terkait yang WP Inti-nya berdomisili di luar wilayah wewenang Unit Pelaksana Pemeriksaan Lengkap.

2241

2242

 

Pemeriksaan Bukti Permulaan.

 

2311

2312

 

Pemeriksaan Lain-lain.

2321

2322

 

 


 

 

Lampiran II.3

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

KODE UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN PAJAK

 

Nomor

Urut

Kode

Unit

Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak

Kantor Wilayah I DJP Sumatera Bagian Utara

1.

A00

Kelompok Fungsional Pemeriksaan Pajak

2.

A01

Karipka Banda Aceh

3.

A02

Karipka Medan Satu

4.

A03

Karipka Pematang Siantar

5.

A04

Karipka Medan Dua

6.

101

KPP Banda Aceh      

7.

102

KPP Lhok Seumawe

8.

103

KPP Meulaboh

9.

111

KPP Medan Barat

10.

112

KPP Medan Utara

11.

113

KPP Medan Timur

12.

114

KPP Tebing Tinggi

13.

115

KPP Kisaran

14.

116

KPP Rantau Prapat

15.

117

KPP Pematang Siantar

16.

118

KPP Padang Sidempuan

17.

119

KPP Binjai

Kantor Wilayah II DJP Sumatera Bagian Tengah

18.

B00

Kelompok Fungsional Pemeriksaan Pajak

19.

B01

Karikpa Padang

20.

B02

Karikpa Batam

21.

B03

Karikpa Pekanbaru

22.

201

KPP Padang

23.

202

KPP Bukittinggi

24.

211

KPP Pekanbaru

25.

212

KPP Dumai 

26.

213

KPP Rengat

27.

214

KPP Tanjung Pinang

28.

215

KPP Batam

Kantor Wilayah III DJP sumatera Bagian Selatan

29.

C00

Kelompok Fungsional Pemeriksaan Pajak

30.

C01

Karikpa Palembang

31.

C03

Karikpa Bengkulu

32.

C04

Karikpa Bandar Lampung

33.

C05

Karikpa Jambi

34.

301

KPP Palembang Utara

35.

302

KPP Baturaja

36.

303

KPP Lubuk Linggau

37.

304

KPP Pangkal Pinang

38.

305

KPP Tanjung Pandan

39.

306

KPP Palembang Selatan

40.

311

KPP Bengkulu

41.

321

KPP Metro

42.

322

KPP Bandar Lampung

43.

331

KPP Jambi

44.

332

KPP Muara Bungo

Kantor Wilayah IV DJP Jakarta Raya I

45.

D00

Kelompok Fungsional Pemeriksaan Pajak

46.

D01

Karikpa Jakarta I

47.

D02

Karikpa Jakarta II

48.

D03

Karikpa Jakarta III

49.

D04

Karikpa Jakarta IV

50.

001

KPP Jakarta Matraman

51.

002

KPP Jakarta Jatinegara

52.

003

KPP Jakarta Pulogadung

53.

004

KPP Jakarta Cakung

54.

005

KPP Jakarta Kramat Jati

55.

011

KPP Jakarta Setiabudi

56.

012

KPP Jakarta Kebayoran Baru

57.

013

KPP Jakarta Kebayoran Lama

58.

014

KPP Jakarta Mampang Prapatan

59.

015

KPP Jakarta Tebet

60.

016

KPP Jakarta Cilandak

61.

017

KPP Jakarta Pasar Mingggu

62.

041

KPP Jakarta Penjaringan

63.

042

KPP Jakarta Tanjung Priok

64.

043

KPP Jakarta Kelapa Gading

Kantor Wilayah V DJP Jakarta Raya II

65.

E00

Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak

66.

E01

Karikpa Jakarta Lima

67.

E02

Karikpa Jakarta Enam

68.

E03

Karikpa Jakarta Tujuh

69.

E04

Karikpa Jakarta Delapan

70.

021

KPP Jakarta Menteng

71.

022

KPP Jakarta Tanah Abang

72.

023

KPP Jakarta Senen

73.

024

KPP Jakarta Cempaka Putih

74.

025

KPP Jakarta Gambir I

75.

026

KPP Jakarta Sawah Besar

76.

027

KPP Jakarta Kemayoran

77.

028

KPP Jakarta Gambir II

78.

031

KPP Jakarta Palmerah

79.

032

KPP Jakarta Tamansari

80.

033

KPP Jakarta Tambora

81.

034

KPP Jakarta Cengkareng

82.

035

KPP Jakarta Kebon Jeruk

Kantor Wilayah VI DJP Jakarta Raya Khusus

83.

F00

Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak

84.

F01

Karikpa Jakarta Khusus Satu

85.

F02

Karikpa Jakarta Khusus Dua

86.

051

KPP Perusahaan Negara dan Daerah

87.

052

KPP Penanaman Modal Asing I

88.

053

KPP Badan dan Orang Asing

89.

054

KPP Perusahaan Masuk Bursa

90.

055

KPP Penanaman Modal Asing II

91.

056

KPP Penanaman Modal Asing III

Kantor Wilayah VII DJP Jawa Barat

92.

G00

Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak

93.

G01

Karikpa Tangerang

94.

G02

Karikpa Bogor

95.

G03

Karikpa Karawang

96.

G04

Karikpa Bandung Satu

97.

G05

Karikpa Bandung Dua

98.

G06

Karikpa Cirebon

99.

401

KPP Serang

100.

402

KPP Tangerang

101.

403

KPP Cibinong

102.

404

KPP Bogor

103.

405

KPP Sukabumi

104.

406

KPP Cianjur

105.

407

KPP Bekasi

106.

408

KPP Karawang

107.

409

KPP Purwakarta

108.

411

KPP Serpong

109.

421 

KPP Cimahi

110.

422

KPP Bandung Tegallega

111.

423

KPP Bandung Cibeunying

112.

424

KPP Bandung Karees

113.

425

KPP Tasikmalaya

114.

426

KPP Cirebon

115.

422

KPP Bandung Bojanegara

Kantor Wilayah VIII DJP Jawa Tengah dan DIY

116.

H00

Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak

117.

H01

Karaikpa Pekalongan

118.

H02

Karikpa Semarang Satu

119.

H03

Karikpa Semarang Dua

120.

H04

Karikpa Kudus

121.

H05

Karikpa Purwokerto

122.

H07

Karikpa Yogyakarta

123.

H08

Karikpa Surakarta

124.

501

KPP Tegal

125.

502

KPP Pekalongan

126.

503

KPP Semarang Barat

127.

504

KPP Semarang Timur

128.

505

KPP Salatiga

129.

506

KPP Kudus

130.

507

KPP Pati

131.

508

KPP Semarang Selatan

132.

521

KPP Purwokerto

133.

522

KPP Cilacap

134.

523

KPP Kebumen

135.

524

KPP Magelang

136.

525

KPP Klaten

137.

526

KPP Surakarta

138.

541

KPP Yogyakarta

Kantor Wilayah IX DJP Jawa Timur

139.

J00

Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak

140.

J02

Karikpa Surabaya Satu

141.

J03

Karikpa Surabaya Dua

142.

J05

Karikpa Madiun

143.

J06

Karikpa Kediri

144.

J07

Karikpa Mojokerto

145.

J08

Karikpa Malang

146.

J09

Karikpa Jember

147.

J10

Karikpa Surabaya Tiga

148.

601

KPP Bojonegoro

149.

602

KPP Mojokerto

150.

603

KPP Sidoarjo

151.

604

KPP Surabaya Sukomanunggal

152.

605

KPP Surabaya Krembangan

153.

606

KPP Surabaya Gubeng

154.

607

KPP Surabaya Tegalsari

155.

608

KPP Pamekasan

156.

609

KPP Surabaya Wonocolo

157.

611

KPP Surabaya Genteng

158.

612

KPP Gresik

159.

621

KPP Madiun

160.

622

KPP Kediri

161.

623

KPP Malang

162.

624

KPP Pasuruan

163.

625

KPP Probolinggo

164.

626

KPP Jember

165.

627

KPP Banyuwangi

Kantor Wilayah X DJP Kalbar dan Kalteng

166.

K00

Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak

167.

K01

Karikpa Pontianak

168.

K02

Karikpa Palangkaraya

169.

701

KPP Pontianak

170.

702

KPP Singkawang

171.

711

KPP Palangkaraya

172.

712

KPP Sampit

Kantor Wilayah XI DJP Kaltim dan Kalsel

173.

L00

Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak

174.

L01

Karikpa Balikpapan

175.

L02

Karikpa Samarinda

176.

L03

Karikpa Banjarmasin

177.

721

KPP Balikpapan

178.

722

KPP Samarinda

179.

723

KPP Tarakan

180.

731

KPP Banjarmasin

Kantor Wilayah XII DJP Sulsel dan Sultra

181.

M00

Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak

182.

M01

Karikpa Ujung Pandang

183.

801

KPP Ujung Pandang

184.

802

KPP Pare Pare

185.

803

KPP Palopo

186.

811

KPP Kendari

Kantor Wilayah XIII DJP Sulut dan Sulteng

187.

N00

Kelompok Funsional Pemeriksa Pajak

188.

N01

Karikpa Manado

189.

N02

Karikpa Palu

190.

821

KPP Manado

191.

822

KPP Gorontalo

192.

831

KPP Palu

193.

832

KPP Luwuk

Kantor Wilayah XIV DJP Bali dan Nusa Tenggara

194.

P00

Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak

195.

P01

Karikpa Denpasar

196.

P02

Karikpa Mataram

197.

P03

Karikpa Kupang

198.

901

KPP Denpasar

199.

902

KPP Singaraja

200.

911

KPP Mataram

201.

912

KPP Raba Bima

202.

921

KPP Maumere

203.

922

KPP Kupang

204.

931

KPP Dili

Kantor Wilayah XV DJP Maluku dan Irian Jaya

205.

R00

Kelompok Fungsional Pemeriksa pajak

206.

R01

Karikpa Ambon

207.

R02

Karikpa Jayapura

208.

941

KPP Ambon

209.

942

KPP Ternate

210.

951

KPP Sorong

211.

952

KPP Jayapura

Direktorat Pemeriksa Pajak

212.

Z99

Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak

 


 

 

Lampiran II.4

Surat Edaran Dirjen Pajak

Nomor 

:

SE-03/PJ.7/1998

Tanggal 

:

3 Juni 1998

 

JENIS KOREKSI DAN KODE MASALAH

 

Nomor

Urut

Jenis Koreksi

Nomor

Kode

Penghasilan

1.

Gaji dan Upah

0704.11

2.

Tunjangan

0704.12

3.

Komisi

0704.13

4.

Bonus dan Gratifikasi

0704.14

5.

Uang pensiun atau imbalan lainnya untuk pekerjaan yang dilakukan

0704.15

6.

Honorarium

0704.16

7.

Hadiah Undian

0704.17

8.

Penghargaan

0704.18

9.

Peredaran Usaha atau Penerimaan Bruto

0704.19

10.

Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta

0704.20

11.

Penerimaan kembali pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

0704.21

12.

Bunga, termasuk premium, diskonto dan imbalan lainnya

0704.22

13.

Dividen

0704.23

14.

Royalti

0704.24

15.

Sewa dari harta

0704.25

16.

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

0704.26

17.

Keuntungan karena pembebasan utang

0704.27

18.

Selisih Lebih karena penilaian kembali aktiva

0704.28

19.

Penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan

0704.29

20.

Penghasilan lain-lain (bila koreksi tidak dapat diperinci)

0704.30

21.

Penhasilan luar negeri

0704.31

22.

Penghasilan bentuk usaha tetap (BUT)

0705.00

23.

Penghasilan BUT dari kegiatan dalam negeri

0705.10

24.

Penghasilan BUT dari kegiatan luar negeri

0705.12

25.

Penghasailan BUT dari pemilikan harta

0705.13

Harga Pokok Penjualan dan Biaya Lainnya

26.

Pembelian bahan

0706.11

27.

Gaji dan upah, termasuk bonus atau gratifikasi

0706.12

28.

Honorarium

0706.13

29.

Bunga

0706.14

30.

Sewa

0706.15

31.

Royalti

0706.16

32.

Biaya Perjalanan

0706.17

33.

Piutang yang tidak dapat ditagih

0706.18

34.

Premi Asuransi

0706.19

35.

Biaya Administrasi dan Pajak (kecuali PPh)

0706.20

36.

Telepon

0706.21

37.

Listrik

0706.22

38.

Air

0706.23

39.

Biaya Transportasi

0706.24

40.

Harga Pokok Penjualan dan Biaya Lainnya (bila koreksi tidak dapat diperinci)

0706.10

Biaya Tidak Langsung Lainnya

41.

Kerugian karena selisih kurs mata uang asing

0706.30

42.

Iuran kepada Dana Pensiun

0706.40

43.

Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta

0706.50

44.

Sisa Hasil Usaha

0706.60

45.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

0706.70

46.

Koreksi terhadap PTKP Istri atau Suami

0706.71

47.

Koreksi terhadap PTKP lainnya

0706.72

48.

Biaya tak langsung lainnya (bila koreksi tidak dapat      diperinci)

0706.00

Biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan Dari Penghasian Bruto

49.

 Dividen, termasuk pembagian laba

0709.10

50.

 Pembentukkan Cadangan (selain untuk usaha bank, asuransi  dan pertambangan)

0709.20

51.

 Bank

0709.21

52.

 Pertambangan

0709.22

53.

 Asuransi

0709.23

54.

 Premi Asuransi

0709.30

55.

 Pemberian dalam bentuk natura atau kenikmatan

0709.40

56.

 Pembayaran yang melebihi kewajaran

0709.50

57.

 Harta yang dihibahkan, bantuan, warisan

0709.60

58.

 Pajak Penghasilan

0709.70

59.

 PPN yang telah dikreditkan

0709.71

60.

 Biaya untuk keperluan pribadi

0709.80

61.

 Sumbangan

0709.90

62.

 Pengeluaran dengan masa manfaat lebih dari 12 bulan

0709.91

63.

 Sanksi Administrasi berupa bunga

0709.92

64.

 Sanksi Administrasi berupa denda

0709.93

65.

 Sanksi Administrasi berupa kenaikan

0709.94

66.

 Biaya Lainnya (bila koreksi tidak dapat diperinci)

0709.00

Penyusutan dan Amortisasi

67.

 Penyusutan (umum)

0711.00

68.

 Penyusutan (harga pokok)

0711.01

69.

 Penyusutan harga kelompok I

0711.02

70.

 Penyusutan harga kelompok II

0711.03

71.

 Penyusutan harga kelompok III

0711.04

72.

 Penyusutan harga kelompok bangunan

0711.05

73.

 Penyusutan barang (leasing)

0711.06

74.

 Amortisasi (umum)

0711.10

75.

 Amortisasi (harga pokok)

0711.11

76.

 Amortisasi golongan I

0711.12

77.

 Amortisasi golongan II

0711.13