Peraturan Dirjen Bea dan Cukai Nomor : PER - 22/BC/2023
Tata Laksana Pemasukan Dan Pengeluaran Barang Ke Dan Dari Kawasan Yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Melalui Barang Yang Dibawa Oleh Penumpang Dan Awak Sarana Pengangkut
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara ekslusif untuk www.ortax.org dan TaxBaseX. Pengambilan dokumen ini yang dilakukan tanpa ijin adalah tindakan ilegal.
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR PER - 22/BC/2023
TENTANG
TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI
KAWASAN YANG TELAH DITETAPKAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN
BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS MELALUI BARANG YANG DIBAWA OLEH
PENUMPANG DAN AWAK SARANA PENGANGKUT
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 80 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.04/2021 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Melalui Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut;
Mengingat :
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.04/2021 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 314);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KAWASAN YANG TELAH DITETAPKAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS MELALUI BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG DAN AWAK SARANA PENGANGKUT.
Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan:
- Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan.
- Kawasan yang Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang selanjutnya disebut sebagai Kawasan Bebas adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari Daerah Pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan cukai.
- Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
- Penumpang adalah setiap orang yang melintasi perbatasan wilayah negara atau Kawasan Bebas dengan menggunakan sarana pengangkut tetapi bukan awak sarana pengangkut dan bukan pelintas batas.
- Awak Sarana Pengangkut adalah setiap orang yang karena pekerjaannya harus berada dalam sarana pengangkut dan datang bersama sarana pengangkut.
- Sarana Pengangkut adalah kendaraan/angkutan melalui laut, udara, atau darat yang dipakai untuk mengangkut barang dan/atau orang.
- Tempat Penimbunan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu di Kawasan Pabean untuk menimbun barang sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.
- Customs Declaration adalah pemberitahuan pabean atas impor barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut.
- Kewajiban Pabean adalah semua kegiatan di bidang kepabeanan yang wajib dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang Kepabeanan.
- Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka melaksanakan Kewajiban Pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Kepabeanan.
- Jalur Hijau adalah jalur pengeluaran barang dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik.
- Jalur Merah adalah jalur pengeluaran barang dengan dilakukan pemeriksaan fisik barang.
- Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan.
- Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Kepabeanan.
- Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
- Surat Penetapan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan/atau Pajak yang selanjutnya disingkat SPPBMCP adalah penetapan terkait tarif dan/atau nilai pabean atas barang impor serta pungutan bea masuk, cukai, sanksi administrasi berupa denda, dan/atau pajak yang wajib dilunasi.
- Perangkat telekomunikasi yang tersambung ke jaringan bergerak seluler yang selanjutnya disebut Perangkat Telekomunikasi adalah perangkat telepon seluler dengan kode HS/pos tarif 8517.13.00 dan ex. 8517.14.00, komputer genggam berbasis seluler dengan kode HS/pos tarif ex. 8471.30.90, dan komputer tablet berbasis seluler dengan kode HS/pos tarif ex. 8471.30.90.
- Identitas Perangkat Telekomunikasi Bergerak Internasional atau International Mobile Equipment Identity yang selanjutnya disingkat IMEI adalah identitas internasional yang terdiri dari 15 (lima belas) digit nomor desimal unik untuk mengidentifikasi sebuah Perangkat Telekomunikasi dalam jaringan bergerak seluler.
- Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada Pelaku Usaha atau pengusaha untuk memulai dan menjalankan usaha dan/atau kegiatannya.
- Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang selanjutnya disebut Badan Pengusahaan adalah Badan yang dibentuk untuk melaksanakan pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
BAB II
BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG ATAU AWAK
SARANA PENGANGKUT
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup Barang yang Dibawa Oleh Penumpang atau
Awak Sarana Pengangkut
Pasal 2
(1) | Barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut terdiri atas:
|
(2) | Barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat:
|
(3) | Pejabat Bea dan Cukai berwenang menetapkan kategori barang bawaan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan manajemen risiko. |
(4) | Manajemen risiko sebagaimana dimaksud ayat (3) dilakukan dengan mempertimbangkan:
|
(1) | Barang pribadi Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a merupakan barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut yang jumlah, jenis, dan sifatnya wajar untuk keperluan pribadi termasuk sisa perbekalan. |
(2) | Barang pribadi Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas barang yang diperoleh dari:
|
(3) | Terhadap pemasukan atau pengeluaran ke dan dari Kawasan Bebas atas barang pribadi Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a, dikecualikan dari ketentuan Perizinan Berusaha dari Badan Pengusahaan Kawasan. |
(1) | Barang Penumpang atau barang Awak Sarana Pengangkut selain yang digunakan/dipakai untuk keperluan pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b merupakan barang yang jumlah, jenis, dan sifatnya:
|
(2) | sebagai barang selain barang pribadi Penumpang atau barang pribadi Awak Sarana Pengangkut berdasarkan data yang ada pada saat barang diselesaikan kewajiban pabeannya. |
(1) | Barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) merupakan barang yang:
|
||||
(2) | Barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut yang tiba sebelum atau setelah kedatangan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut, diperlakukan sebagai barang yang tiba bersama penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
|
||||
(3) | Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut harus menunjukkan identitas dan boarding pass sebagai bukti kepemilikan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1). |
Bagian Kedua
Pemberitahuan Pabean
Pasal 6
(1) | Barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Pabean. |
(2) | Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat:
|
(3) | Pemberitahuan Pabean secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disampaikan dengan menggunakan:
|
(4) | Pemberitahuan Pabean secara lisan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan dengan:
|
(5) | Pemberitahuan Pabean secara lisan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan pada tempat tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal. |
(6) | Ketentuan lebih lanjut atas penyampaian Pemberitahuan Pabean yang dilakukan secara lisan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan ekspor dan impor barang yang dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut. |
(1) | Customs Declaration sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a diisi dan diajukan oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut. |
(2) | Bentuk formulir, tata cara pengisian, dan penyampaian Customs Declaration sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan ekspor dan impor barang yang dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut. |
(3) | Pemberitahuan Pabean pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf b berupa:
|
(4) | Pemberitahuan Pabean pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak perlu mengisi kolom isian BC 1.1. |
(5) | Customs Declaration dan Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diisi secara lengkap dan benar. |
(6) | Customs Declaration dan Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat disampaikan dalam bentuk:
|
Bagian Ketiga
Pemeriksaan dan Penjaluran
Pasal 8
(1) | Ketentuan penjaluran atas Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), terdiri atas:
|
(2) | Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan fisik atas barang yang dibawa Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut yang dikeluarkan melalui Jalur Hijau berdasarkan manajemen risiko. |
(3) | Manajemen risiko sebagaimana dimaksud ayat (3) dilakukan dengan mempertimbangkan:
|
(1) | Pengeluaran barang bawaan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Pejabat Bea dan Cukai. |
(2) | Persetujuan Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan dalam bentuk:
|
(3) | Pernyataan lisan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat dilakukan dengan cara memperbolehkan, mempersilahkan, atau membiarkan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut untuk keluar dari tempat atau pos pemeriksaan. |
BAB III
PEMASUKAN BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG
ATAU AWAK SARANA PENGANGKUT DARI LUAR DAERAH
PABEAN KE KAWASAN BEBAS
Bagian Kesatu
Pemberitahuan Pabean atas Pemasukan Barang Pribadi
Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut
Pasal 10
(1) | Pemasukan barang pribadi Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dari luar Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, diberikan pembebasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. |
(2) | Dalam hal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa barang kena cukai, pembebasan diberikan sampai dengan jumlah tertentu. |
(3) | Dalam hal pemasukan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melebihi jumlah tertentu, atas kelebihan jumlah tersebut langsung dimusnahkan oleh Pejabat Bea dan Cukai dengan atau tanpa disaksikan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut yang bersangkutan. |
(4) | Tata cara pemberian pembebasan sampai dengan jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan ekspor dan impor barang yang dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut. |
(1) | Pemasukan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) yang tiba bersama Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, diberitahukan oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut kepada Pejabat Bea dan Cukai dengan menggunakan:
|
(2) | Dalam hal pemasukan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tiba sebelum atau sesudah kedatangan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan terdaftar sebagai barang lost and found, diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai dengan menggunakan Customs Declaration. |
(3) | Dalam hal pemasukan barang sebagaimana dimaksud ayat (1) tiba sebelum atau sesudah kedatangan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan terdaftar di dalam manifes sarana pengangkut, diberitahukan dengan Pemberitahuan Pabean berdasarkan ketentuan pemasukan barang kiriman di Kawasan Bebas. |
(4) | Tata cara pengeluaran barang yang terdaftar sebagai barang lost and found sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan ekspor dan impor barang yang dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut. |
Bagian Kedua
Pemberitahuan Pabean atas Pemasukan Barang Penumpang
atau Awak Sarana Pengangkut Selain Yang Digunakan
atau Dipakai Untuk Keperluan Pribadi
Pasal 12
(1) | Pemasukan barang Penumpang atau barang Awak Sarana Pengangkut selain yang digunakan/dipakai untuk keperluan pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dari luar Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, diberitahukan oleh pengusaha atau kuasanya menggunakan Pemberitahuan Pabean pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a angka 1. |
(2) | Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk untuk mengawasi barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut di terminal kedatangan internasional dan dilampiri dokumen berupa:
|
(3) | Pejabat Bea dan Cukai meneliti kesesuaian data atas penyampaian dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2). |
(4) | Dalam hal Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk dalam kategori Jalur Merah, Pejabat Bea dan Cukai melakukan pemeriksaan fisik. |
(5) | Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan/atau hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menunjukkan:
|
(6) | Bentuk dan tata cara pengisian Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemberitahuan pabean dalam rangka pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. |
(7) | Ketentuan penyampaian Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. |
(8) | Tata cara pemasukan barang Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut selain yang digunakan/dipakai untuk keperluan pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
Bagian Ketiga
Penjaluran dan Pemeriksaan Fisik
Pasal 13
(1) | Berdasarkan Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), Penumpang atau Awak Sarana pengangkut yang membawa barang berupa:
|
||||||||||
(2) | Dalam hal barang termasuk:
|
||||||||||
(3) | Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditemukan adanya:
|
||||||||||
(4) | Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak ditemukan adanya barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Bea dan Cukai memberikan persetujuan pengeluaran barang tersebut. |
BAB IV
PENGELUARAN BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG
ATAU AWAK SARANA PENGANGKUT DARI KAWASAN
BEBAS KE TEMPAT LAIN DALAM DAERAH PABEAN
Bagian Kesatu
Pemberitahuan Pabean atas Pengeluaran Barang Pribadi
Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut
Pasal 14
(1) | Terhadap pengeluaran barang pribadi Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dari Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah Pabean, diberikan pembebasan sampai dengan nilai tertentu. |
(2) | Ketentuan pembebasan sampai dengan nilai tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan ekspor dan impor barang yang dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut. |
(3) | Pengeluaran barang pribadi Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang akan digunakan selama di tempat lain dalam Daerah Pabean dan akan dibawa kembali saat Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut berangkat menuju Kawasan Bebas, dapat diberikan keringanan atau pembebasan bea masuk dengan menyerahkan jaminan. |
(4) | Atas pengeluaran barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut mengisi formulir pengeluaran barang pribadi untuk tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu. |
(5) | Ketentuan dan tata cara pemberian keringanan atau pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. |
(6) | Tata cara penyerahan jaminan dalam rangka pemberian keringanan atau pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai jaminan dalam rangka kepabeanan. |
(7) | Tata cara pengeluaran barang pribadi Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut untuk tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran I huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
Barang pribadi Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a yang berangkat bersama Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut ke tempat lain dalam Daerah Pabean, diberitahukan oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut kepada Pejabat Bea dan Cukai secara lisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b.
Bagian Kedua
Penjaluran
Pasal 16
(1) | Berdasarkan Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut yang membawa barang berupa:
|
||||||||
(2) | Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan adanya:
|
Bagian Ketiga
Penetapan Tarif Bea Masuk
Pasal 17
(1) | Pejabat Bea dan Cukai melakukan pencatatan terhadap hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b dan huruf c. |
(2) | Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b dan huruf c, Pejabat Bea dan Cukai menetapkan tarif dan nilai pabean serta menghitung bea masuk dan pajak dalam rangka pengeluaran barang dari Kawasan Bebas. |
(3) | Penetapan tarif dan nilai pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan menerbitkan SPPBMCP. |
(4) | Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut wajib membayar bea masuk dan pajak dalam rangka pengeluaran barang dari Kawasan Bebas berdasarkan penetapan Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (3). |
(5) | Atas pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka pengeluaran dari Kawasan Bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Pejabat Bea dan Cukai:
|
(6) | Pejabat Bea dan Cukai memberikan persetujuan pengeluaran atas barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b dan huruf c, setelah Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut melunasi bea masuk dan pajak dalam rangka pengeluaran barang dari Kawasan Bebas. |
(1) | Terhadap barang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b, berlaku ketentuan tarif atas bea masuk dan nilai pabean mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan ekspor dan impor barang yang dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut. |
(2) | Terhadap barang bawaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf c, berlaku ketentuan sebagai berikut:
|
(3) | Tata cara penyelesaian barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b dan huruf c tercantum dalam Lampiran I huruf C yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
Bagian Keempat
Pemberitahuan Pabean atas Pengeluaran Barang Penumpang
atau Awak Sarana Pengangkut Selain Yang Digunakan
atau Dipakai Untuk Keperluan Pribadi
Pasal 19
(1) | Pengeluaran atas barang Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut selain yang digunakan/dipakai untuk keperluan pribadi berupa:
|
||||
(2) | Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk untuk mengawasi barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut di terminal keberangkatan dan dilampiri dokumen berupa:
|
||||
(3) | Pejabat Bea dan Cukai meneliti kesesuaian data atas penyampaian dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2). | ||||
(4) | Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menunjukkan:
|
||||
(5) | Bentuk dan tata cara pengisian Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemberitahuan pabean dalam rangka pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. | ||||
(6) | Ketentuan penyampaian Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. | ||||
(7) | Tata cara pengeluaran barang selain keperluan pribadi melebihi jumlah dan/atau nilai tertentu dan merupakan barang milik pengusaha yang telah mendapat Perizinan Berusaha dari Badan Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah Pabean sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf D yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
BAB V
PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG YANG
DIBAWA OLEH PENUMPANG ATAU AWAK SARANA
PENGANGKUT DARI KAWASAN BEBAS KE KAWASAN
BEBAS LAIN
Pasal 20
(1) | Pengeluaran barang pribadi Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a yang berangkat bersama Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut dari Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lain, diberitahukan oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut kepada Pejabat Bea dan Cukai secara lisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b. |
(2) | Pengeluaran barang Penumpang atau barang Awak Sarana Pengangkut selain yang digunakan/dipakai untuk keperluan pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang merupakan barang milik pengusaha yang telah mendapat Perizinan Berusaha dari Badan Pengusahaan, dari Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lain, diberitahukan oleh pengusaha atau kuasanya menggunakan Pemberitahuan Pabean pengeluaran barang dari Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf b angka 1. |
(3) | Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk untuk mengawasi barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut di terminal keberangkatan dan dilampiri dokumen berupa:
|
(4) | Pejabat Bea dan Cukai meneliti kesesuaian data atas penyampaian dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3). |
(5) | Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menunjukkan:
|
(6) | Bentuk dan tata cara pengisian Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemberitahuan pabean dalam rangka pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. |
(7) | Ketentuan penyampaian Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. |
(8) | Tata cara pengeluaran barang Penumpang atau barang Awak Sarana Pengangkut selain yang digunakan/dipakai untuk keperluan pribadi yang merupakan barang milik pengusaha yang telah mendapat Perizinan Berusaha dari Badan Pengusahaan dari Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf E yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
(1) | Terhadap pemasukan barang dari Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2), Penumpang yang telah tiba di terminal kedatangan Kawasan Bebas tujuan menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) kepada Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk untuk mengawasi barang yang dibawa oleh Penumpang di terminal kedatangan. |
(2) | Tata cara pengeluaran barang asal Kawasan Bebas dari Kawasan Pabean untuk dimasukkan ke Kawasan Bebas lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tata laksana pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. |
BAB VI
PEMASUKAN BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG
ATAU AWAK SARANA PENGANGKUT DARI TEMPAT LAIN
DALAM DAERAH PABEAN KE KAWASAN BEBAS
Pasal 22
(1) | Terhadap barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) asal tempat lain dalam Daerah Pabean dengan tujuan:
|
||||||||||||
(2) | Dalam hal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan dari Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lain atau tempat lain dalam Daerah Pabean, tidak dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka pengeluaran barang dari Kawasan Bebas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. | ||||||||||||
(3) | Barang bawaan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat dilakukan untuk tujuan antara lain:
|
(1) | Terhadap pemasukan barang bawaan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut menyampaikan formulir pembawaan barang asal tempat lain dalam Daerah Pabean kepada Pejabat Bea dan Cukai. |
(2) | Formulir pembawaan barang asal tempat lain dalam Daerah Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan persetujuan sepanjang barang:
|
(3) | Jangka waktu berlakunya formulir pembawaan barang asal tempat lain dalam Daerah Pabean yang telah diberikan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan berdasarkan manajemen risiko oleh Pejabat Bea dan Cukai. |
(4) | Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut dapat mengajukan perpanjangan jangka waktu berlakunya formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebanyak 1 (satu) kali sebelum berakhirnya jangka waktu formulir kepada Pejabat Bea dan Cukai di pelabuhan pemasukan dengan menunjukkan bukti pendukung. |
(5) | Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut menunjukkan formulir pembawaan barang asal tempat lain dalam Daerah Pabean yang telah disetujui Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada saat pengeluaran barang dari Kawasan Bebas. |
(6) | Dalam hal barang dikeluarkan dari Kawasan Bebas setelah melewati jangka waktu yang diberikan oleh Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (3), terhadap barang diperlakukan sebagai barang yang berasal dari luar Daerah Pabean sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. |
(7) | Tata cara pemasukan barang bawaan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I huruf F yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
(1) | Pemasukan barang Penumpang atau barang Awak Sarana Pengangkut selain yang digunakan/dipakai untuk keperluan pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b yang merupakan barang milik pengusaha yang telah mendapat Perizinan Berusaha dari Badan Pengusahaan dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, diberitahukan oleh pengusaha atau kuasanya menggunakan Pemberitahuan Pabean pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a angka 2. |
(2) | Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk untuk mengawasi barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut diterminal kedatangan dan dilampiri dokumen berupa:
|
(3) | Pejabat Bea dan Cukai meneliti kesesuaian data atas penyampaian dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2). |
(4) | Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menunjukkan:
|
(5) | Bentuk dan tata cara pengisian Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemberitahuan pabean dalam rangka pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. |
(6) | Ketentuan penyampaian Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. |
(7) | Tata cara pemasukan barang Penumpang atau barang Awak Sarana Pengangkut selain yang digunakan/dipakai untuk keperluan pribadi yang merupakan barang milik pengusaha yang telah mendapat Perizinan Berusaha dari Badan Pengusahaan dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I huruf G yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
BAB VII
PENGELUARAN BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG
ATAU AWAK SARANA PENGANGKUT DARI KAWASAN BEBAS
KE LUAR DAERAH PABEAN
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup Barang Yang Dibawa oleh Penumpang atau
Awak Sarana Pengangkut dari Kawasan Bebas ke luar Daerah
Pabean
Pasal 25
a. | perhiasan emas, perhiasan mutiara, dan perhiasan bernilai tinggi yang termasuk dalam kategori jenis barang yang tercantum dalam BAB 71 Buku Tarif Kepabeanan Indonesia; |
b. | barang yang akan dibawa kembali ke dalam Daerah Pabean; |
c. | uang tunai, dan/atau instrumen pembayaran lain dengan nilai paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta Rupiah) atau mata uang asing yang nilainya setara dengan itu; |
d. | barang ekspor yang dikenakan bea keluar; dan/atau |
e. | barang selain keperluan pribadi yang merupakan barang milik pengusaha yang telah mendapat Perizinan Berusaha dari Badan Pengusahaan, |
Bagian Kedua
Barang Bawaan Yang Dibawa Penumpang atau Awak Sarana
Pengangkut Berupa Perhiasan Emas, Perhiasan Mutiara, dan
Perhiasan Bernilai Tinggi Lainnya dan/atau Barang Selain
Keperluan Pribadi yang merupakan Barang Milik Pengusaha
Yang Telah Mendapat Perizinan Berusaha Dari Badan
Pengusahaan
Pasal 26
(1) | Barang bawaan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut berupa:
|
||||
(2) | Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk untuk mengawasi barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut di terminal keberangkatan internasional dan dilampiri dokumen berupa:
|
||||
(3) | Pejabat Bea dan Cukai meneliti kesesuaian data atas penyampaian dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2). | ||||
(4) | Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menunjukkan:
|
||||
(5) | Bentuk dan tata cara pengisian Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemberitahuan pabean dalam rangka pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. | ||||
(6) | Ketentuan penyampaian Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. | ||||
(7) | Tata cara pengeluaran barang bawaan berupa perhiasan emas, perhiasan mutiara, dan perhiasan bernilai tinggi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a dan barang selain keperluan pribadi yang merupakan barang milik pengusaha yang telah mendapat Perizinan Berusaha dari Badan Pengusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 huruf e tercantum dalam Lampiran I Huruf H yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
Bagian Ketiga
Barang yang Akan Dibawa Kembali ke dalam Daerah Pabean
Pasal 27
(1) | Barang bawaan yang akan dibawa kembali ke dalam Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b diberitahukan dengan menggunakan pemberitahuan pembawaan barang untuk dibawa kembali. |
(2) | Tata cara pemberitahuan dan pengeluaran barang yang akan dibawa kembali ke dalam Daerah Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan ekspor dan impor barang yang dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut. |
Bagian Keempat
Pembawaan Uang Tunai dan/atau Instrumen Pembayaran
Lain dalam Mata Uang Rupiah atau dalam Mata Uang Asing
Pasal 28
(1) | Barang bawaan berupa uang tunai, dan/atau instrumen pembayaran lain dengan nilai paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta Rupiah) atau mata uang asing yang nilainya setara dengan itu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c, wajib diberitahukan dengan menyampaikan pemberitahuan pabean dan mengisi formulir pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lainnya. |
(2) | Tata cara pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan ekspor dan impor barang yang dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut. |
Bagian Kelima
Ekspor Barang yang Dikenakan Bea Keluar
Pasal 29
Barang bawaan berupa barang ekspor yang dikenakan bea keluar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf d, kewajiban pabeannya diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai bea keluar.
BAB VIII
PEMBERITAHUAN DAN PENDAFTARAN IMEI BARANG
BAWAAN PENUMPANG ATAU AWAK SARANA PENGANGKUT
DI KAWASAN BEBAS
Pasal 30
(1) | Ketentuan pemberitahuan dan pendaftaran IMEI atas barang bawaan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut berupa Perangkat Telekomunikasi yang dimasukkan atau dikeluarkan ke atau dari Kawasan Bebas dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai tata cara pemberitahuan dan pendaftaran International Mobile Equipment Identity (IMEI) atas perangkat telekomunikasi dalam pemberitahuan pabean. |
(2) | Jumlah Perangkat Telekomunikasi yang dapat dilakukan pendaftaran IMEI paling banyak sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perdagangan. |
(3) | Terhadap Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut yang telah melakukan pendaftaran IMEI sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada saat pemasukan dari luar Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, pendaftaran IMEI selanjutnya hanya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perdagangan. |
(1) | Terhadap pendaftaran IMEI yang dibawa Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut dari luar daerah Pabean ke Kawasan Bebas yang dilakukan oleh:
|
||||||||
(2) | Domisili sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuktikan dengan alamat yang tertera pada paspor atau bukti identitas lain Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut. | ||||||||
(3) | Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut yang telah keluar dari Kawasan Pabean atau tempat lain yang dipersamakan dengan TPS saat pemasukan dari luar Daerah Pabean ke Kawasan Bebas dan belum mendaftarkan IMEI atas Perangkat Telekomunikasi yang dibawanya, masih dapat mendaftarkan IMEI atas Perangkat Telekomunikasi yang dibawanya sesuai dengan ketentuan:
|
||||||||
(4) | Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut yang diberikan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan akan keluar dari Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah Pabean, dapat mendaftarkan kembali IMEI atas Perangkat Telekomunikasi dengan ketentuan:
|
BAB IX
PENANGGUHAN PENYELESAIAN
Pasal 32
(1) | Pejabat Bea dan Cukai dapat memberikan persetujuan penangguhan penyelesaian dalam hal barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut belum dapat diselesaikan. |
(2) | Persetujuan penangguhan penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk formulir. |
(3) | Barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut yang mendapatkan penangguhan penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 disimpan di:
|
||||||||||
(4) | Tempat lain yang diperlakukan sama dengan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh Kepala Kantor. | ||||||||||
(5) | Jangka waktu dan tata cara penimbunan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan mengenai TPS. | ||||||||||
(6) | Terhadap barang yang mendapatkan penangguhan penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang tidak dapat dipenuhi Kewajiban Pabeannya:
|
||||||||||
(7) | Barang yang ditimbun melewati jangka waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan sebagai barang tidak dikuasai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai barang tidak dikuasai. |
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Bagian Kesatu
Pengawasan dan Pelayanan di Kawasan Pabean
Pasal 34
(1) | Pengawasan dan pelayanan atas pemasukan atau pengeluaran barang yang dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut dilaksanakan di Kawasan Pabean yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. |
(2) | Kawasan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. |
(3) | Pengawasan dan pelayanan kepabeanan atas pemasukan dan pengeluaran barang yang dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut dapat dilakukan di tempat lain setelah mendapatkan persetujuan Kepala Kantor Pabean. |
Bagian Kedua
Ketentuan Barang Konsumsi
Pasal 35
(1) | Barang konsumsi tidak dapat dikeluarkan dari Kawasan Bebas, kecuali atas pengeluaran berupa barang Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut dalam jumlah dan/atau nilai tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai. |
(2) | Terhadap barang bawaan Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut berupa barang konsumsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai. |
(3) | Untuk kepentingan pengawasan, Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan atas pengeluaran barang konsumsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2). |
(4) | Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan berdasarkan:
|
Bagian Ketiga
Ketentuan Larangan dan Pembatasan
Pasal 36
Ketentuan larangan dan/atau pembatasan pemasukan dan pengeluaran barang yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keempat
Formulir
Pasal 37
Contoh format dan tata cara pengisian:
a. | surat pemberitahuan pembawaan barang berupa surat kuasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf d, Pasal 19 ayat (2) huruf d, Pasal 20 ayat (3) huruf d, Pasal 24 ayat (2) huruf d, dan Pasal 26 ayat (2) huruf d; |
b. | formulir pengeluaran barang pribadi untuk tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4); |
c. | formulir pembawaan barang asal tempat lain dalam Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1); |
d. | formulir persetujuan penangguhan penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2); dan |
e. | SPPBMCP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3), |
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku setelah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 November 2023
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
Ditandatangani secara elektronik
ASKOLANI
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara ekslusif untuk www.ortax.org dan TaxBaseX. Pengambilan dokumen ini yang dilakukan tanpa ijin adalah tindakan ilegal.