16 November 2022 | 1 year ago

Prospek Penjualan Mobil Cerah

Harian Bisnis Indonesia

0 Views

Bisnis, JAKARTA — Sejumlah agen pemegang merek otomotif optimistis bisa memenuhi permintaan mobil pada 2023 seiring dengan bakal terselesaikannya masalah pasokan cip semikonduktor pada awal tahun depan.

Business Innovation and Sales & Marketing Director PT PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy mengatakan Honda berkomitmen memenuhi permintaan konsumen secepat mungkin.

“Kami optimis pasokan komponen akan berangsur membaik pada awal tahun 2023, sehingga kami dapat secepat mungkin mengirimkan produk kepada konsumen,” katanya kepada Bisnis, Selasa (15/11).

Yusak mengatakan total penjualan ritel pada Oktober 2022 masih terdampak minimnya pasokan cip semikonduktor.

Pada Oktober 2022, dia mencatat penjualan ritel sebanyak 11.590 unit mobil di Indonesia. Angka penjualan tersebut ditopang oleh tiga model Honda yaitu Honda Brio, All New Honda HR-V serta All New Honda BR-V.

Pada urutan pertama, imbuhnya, Honda Brio menjadi yang terlaris dalam penjualan pada Oktober, dengan terjual 5.528 unit dan berkontribusi 48%. Penjualan Brio itu terdiri atas Brio Satya sebesar 3.938 unit dan Honda Brio RS sebesar 1.590 unit.

Posisi pertama itu disusul oleh All New Honda HR-V yang berkontribusi sebesar 25% yang terjual sebanyak 2.893 unit pada Oktober.

Selanjutnya, posisi ketiga ditempati All New Honda BR-V yang berkontribusi sebesar 17,3% dari total penjualan HPM dengan penjualan sebanyak 2.005 unit.

Model Honda lainnya yang turut memberikan kontribusi terhadap penjualan Honda pada Oktober 2022 yaitu Honda City Hatchback RS sebesar 540 unit, New Honda CR-V dengan 488 unit, Honda Mobilio 59 unit.

Untuk jajaran mobil sedan terdapat All New Honda City 38 unit, diikuti All New Honda Civic RS terjual 23 unit dan New Honda Accord 16 unit.

Sepanjang Januari—Oktober 2022, Yusak menyatakan AHM mencetak penjualan sebanyak 99.983 unit atau melonjak 46% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Prestasi penjualan juga dicetak PT Astra Daihatsu Motor (ADM) dengan mencatatkan torehan positif penjualan pada periode Januari—Oktober 2022 yang tumbuh sebesar 33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

ADM mencatatkan penjualan ritel dari Januari—Oktober 2022 tembus 157.327 unit atau naik sekitar 33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan torehan penjualan 118.089 unit.

Tren positif itu didominasi oleh penjualan unit Sigra di urutan pertama sebanyak 38.628 unit dengan kontribusi sebesar 24,6%. Posisi itu diikuti oleh Gran Max Pick Up (PU) sebanyak 37.713 unit dengan kontribusi 24% dan posisi ketiga diraih unit Xenia dengan total penjualan 20.660 unit atau kontribusi sebanyak 13,1%.

Marketing & Customer Relations Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation (AI-DSO) Hendrayadi Lastiyoso mengatakan pencapaian positif itu telah melebihi pencapaian Daihatsu pada periode yang sama sebelum pandemi Covid-19.

“Daihatsu bersyukur dapat mempertahankan penjualan dengan capaian positif,” tegasnya.

Dia menegaskan raihan prestasi itu bahkan masih melebihi pencapaian Daihatsu pada periode yang sama pada 2019 atau sebelum pandemi Covid-19.

“Semoga raihan positif ini terus berlanjut, serta pasar otomotif dapat lebih baik dibandingkan sebelumnya,” ujar Hendrayadi.

Pada periode Januari sampai dengan Oktober 2022, pasar otomotif nasional mencatatkan raihan penjualan ritel sekitar 822.000 unit, atau naik sekitar 22% dibandingkan periode yang sama 2021 sekitar 677.000 unit.

INSENTIF LANJUTAN

Sebelumnya, pelaku industri otomotif mengusulkan agar pemerintah mengeluarkan lagi insentif diskon pajak penjualan atas barang mewah untuk kendaraan elektrik pada 2023.

Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Manufacturing Motor Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan bahwa usulan itu untuk merangsang masyarakat tetap membeli kendaraan elektrik di tengah ancaman resesi global pada tahun depan.

Sejauh ini, kebijakan pajak penjualan atas barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP) mampu menjaga permintaan pasar domestik.

Bob menegaskan insentif PPnBM diperlukan sebagai antisipasi dampak resesi ekonomi global terhadap bisnis kendaraan roda empat di Tanah Air.

Dia berharap pemerintah kembali menerapkan aturan tersebut, khususnya untuk merangsang permintaan pasar tahun depan untuk membeli produk hybrid perusahaan yang akan diluncurkan dalam beberapa waktu ke depan.

Berbeda dengan Toyota yang meminta kebijakan diskon PPnBM, pabrikan asal Korea Selatan PT Hyundai Motor Indonesia mengusulkan kepada pemerintah membebaskan bea masuk (BM) komponen kendaraan roda empat yang diimpor secara CKD.

External Affairs Manager PT Hyundai Motor Indonesia Merbayoga Rio Hastra mengatakan pembebasan bea masuk diperlukan untuk menekan ongkos produksi.

“Kami mengusulkan kepada pemerintah, kalau bisa, bea masuk impor komponen dibebaskan sebab efeknya akan linear terhadap harga produk akhir yang juga akan terpangkas 10%, sehingga kami bisa meningkatkan daya saing,” kata Yoga kepada Bisnis.

Usulan itu, tegasnya, terkait dengan rencana Hyundai menambah volume produksi Ionic 5 pada tahun depan. Dia menegaskan perusahaan menargetkan kenaikan produksi sebanyak 10% pada 2023, yakni menjadi sebanyak 1.650 unit.

Sementara itu, mayoritas komponen Ioniq 5 masih merupakan barang impor. Yoga menyatakan pembebasan bea masuk diperlukan mengingat kontribusi biaya impor komponen terhadap ongkos produksi sangat signifikan.

Mengacu kepada PMK No. 13/2022 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan Pembenahan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor, kendaraan penumpang berjenis 4x2 yang diimpor secara CKD harus membayar tarif bea masuk sekitar 10%.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawzier mengungkapkan total investasi kendaraan listrik di Indonesia mencapai Rp1,92 triliun.

Menurutnya, total investasi dari beberapa sektor kendaraan listrik, yang pertama dari Bus Listrik dengan empat perusahaan yang merakit produk.

Total kapasitas produksi per tahun mencapai 2.400 unit, menyerap investasi Rp360 miliar.

Selanjutnya, yakni investasi mobil listrik (R4) yang digarap tiga pabrikan.

Total kapasitas terpasang seluruhnya mencapai 14.000 unit per tahun Kendaraan listrik kedua, yaitu roda empat (R4) atau mobil listrik dengan jumlah pabrikan dari tiga perusahaan memiliki kapasitas produksi dengan 14.000 unit per tahun.

Keseluruhan pabrikan secara total menggelontorkan investasi sebesar Rp1,06 triliun.

Terbanyak dari sisi pemain industri adalah sepeda motor listrik (R2) dan roda tiga (R3). Jumlah perusahaan yang diklaim memiliki fasilitas perakitan itu mencapai 35 perusahaan, dengan total kapasitas terpasang pabrik seluruhnya mencapai 1,04 juta unit per tahun.

Lebih jauh, total investasi sektor R2 dan R3 listrik hanya sekitar Rp506 miliar.

Berdasarkan data registrasi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai, sejak 2015 hingga September tahun ini, tercatat jumlah sepeda motor listrik sebanyak 21.668 unit, mobil listrik sekitar 3.317 unit, sedangkan kendaraan komersial 57 unit, dan roda tiga sejumlah 51 unit. Total keseluruhan populasi kendaraan listrik mencapai 25.316 unit.