Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal
Pajak |
||
Nomor |
: |
KEP-233/PJ./2003 |
Tanggal |
: |
26 Agustus 2003 |
Perihal |
: |
Tatacara Pemberian Dan
Penatausahaan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor Dan Atau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Dan Atau Penyerahan Jasa Kena Pajak
Tertentu. |
TATACARA
PEMBERIAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBEBASAN
PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI ATAS IMPOR DAN ATAU PENYERAHAN
BARANG
KENA PAJAK TERTENTU DAN ATAU PENYERAHAN
JASA KENA
PAJAK TERTENTU
I. |
UMUM |
|||||||||||
|
1. |
Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) yang terutang atas impor atau penyerahan Barang Kena
Pajak Tertentu dapat dibebaskan setelah memperoleh Surat Keterangan Bebas
Pajak Nilai (SKB PPN) yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pajak,
kecuali untuk Barang Kena Pajak Tertentu atau Jasa Kena Pajak Tertentu
yang atas pembebasan Pajak Pertambahan Nilai-nya tidak memerlukan Surat
Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 370/KMK.03/2003. |
||||||||||
|
2. |
SKB PPN
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 diperlukan untuk setiap kali melakukan
atau setelah penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu |
||||||||||
|
3. |
SKB PPN
tidak dapat diberikan apabila pemohonan SKB PPN diajukan setelah impor atau
setelah penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu . |
||||||||||
|
4. |
Permohonan
untuk memperoleh SKB PPN diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak cq. Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (Kepala KPP) dengan menggunakan formulir permohonan
sebagaimana contoh lampiran II Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini.
Permohonan dibuat 2 (dua) rangkap, lembar ke-1 untuk Kepala KPP dan Lembar
ke-2 untuk pemohon. |
||||||||||
|
5. |
Keputusan
atas permohonan SKB PPN harus sudah diberikan oleh Kepala KPP paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap . |
||||||||||
|
6. |
Dalam
hal permohonan disetujui, baik sebagian atau seluruhnya, SKB PPN diterbitkan
dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran II Keputusan
Direktur Jenderal Pajak ini. |
||||||||||
|
7. |
Dalam
hal permohonan ditolak seluruhnya, maka penolakan tersebut dilakukan dengan
menggunakan format surat dinas biasa dengan mencantumkan alasan penolakan
secara jelas. |
||||||||||
II. |
PERMOHONAN
UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
TERTENTU |
|||||||||||
|
1. |
Senjata,
amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di
udara, alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan patroli, dan
kendaraan angkutan khusus lainnya, serta suku cadangnya. |
||||||||||
|
|
a. |
Permohonan
SKB PPN diajukan oleh Departemen Pertahanan atau Tentara Nasional Indonesia
(TNI) atau Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) kepada kepala KPP
tempat Bendaharawan Departemen Pertahanan atau Bendaharawan TNI atau
Bendaharawan POLRI terdaftar. |
|||||||||
|
|
b. |
Khusus
untuk Impor, Permohonan SKB PPN dapat diajukan juga oleh Pihak lain yang
ditunjuk oleh Departemen Pertahanan atau TNI atau POLRI kepada kepala KPP
tempat pihak lain tersebut terdaftar. |
|||||||||
|
|
c. |
Permohonan
dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
1) |
Fotokopi
kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); |
||||||||
|
|
|
2) |
Surat
kuasa khusus apabila menunjuk orang lain untuk pengurusan SKB PPN; |
||||||||
|
|
|
3) |
Dalam
hal impor, dilengkapi pula dengan dokumen impor berupa : |
||||||||
|
|
|
|
a) |
Invoice; |
|||||||
|
|
|
|
b) |
Bill of
Lading (B/L) atau Air way Bill; |
|||||||
|
|
|
|
c) |
Dokumen
Kontrak Pembelian yang bersangkutan atau dokumen yang dapat dipersamakan; |
|||||||
|
|
|
|
d) |
Penjelasan
secara terinci mengenai kegunaan dari Barang Kena Pajak tertentu yang
diimpor; |
|||||||
|
|
|
|
e) |
Dokumen
pembayaran berupa Letter of Credit atau bukti transfer atau bukti lainnya
yang berkaitan dengan pernbayaran tersebut. |
|||||||
|
|
|
4) |
Dalam
hal perolehan dalam negeri, dilengkapi pula dengan Foto kopi kontrak
pembelian atau surat perjanjian jual beli atau dokumen lain yang
dapat dipersamakan. |
||||||||
|
|
|
5) |
Dalam
hal impor dilakukan oleh pihak yang ditunjuk oleh Departemen Pertahanan atau
TNI atau POLRI maka surat pemohonan selain dilampiri dengan dokumen
sebagaimana tersebut di atas juga dilampiri dengan surat penunjukan dari
Departemen Pertahanan atau TNI atau POLRI atau dokumen yang dipersamakan seperti
Kontrak atau Surat Perintah Kerja. |
||||||||
|
2. |
Komponen
atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri yang digunakan dalam pembuatan
senjata dan amunisi untuk keperluan Departemen Pertahanan atau TNI atau
POLRI. |
||||||||||
|
|
a. |
Permohonan
SKB PPN diajukan oleh PT (PERSERO) PINDAD kepada kepala KPP tempat PT
(PERSERO) PINDAD terdaftar. |
|||||||||
|
|
b. |
Permohonan
dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
1) |
Fotokopi
kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); |
||||||||
|
|
|
2) |
Surat
kuasa khusus apabila menunjuk orang lain untuk pengurusan SKB PPN; |
||||||||
|
|
|
3) |
Surat
pernyataan dari Departemen Pertahanan atau TNI atau POLRI yang menyatakan
bahwa Barang Kena Pajak tertentu yang diimpor atau diperoleh adalah komponen
atau bahan yang akan digunakan dalam pembuatan senjata dan amunisi untuk keperluan
Departemen Pertahanan atau TNI atau POLRI; |
||||||||
|
|
|
4) |
Dalam
hal impor, dilengkapi pula dengan dokumen impor berupa : |
||||||||
|
|
|
|
a) |
Invoice; |
|||||||
|
|
|
|
b) |
Bill of
Lading (B/L) atau. Air way Bill; |
|||||||
|
|
|
|
c) |
Dokumen
Kontrak Pembelian yang bersangkutan atau dokumen yang dapat
dipersamakan; |
|||||||
|
|
|
|
d) |
Penjelasan
secara terinci mengenai kegunaan dari Barang Kena Pajak tertentu yang
diimpor; |
|||||||
|
|
|
|
e) |
Dokumen
pembayaran berupa Letter of Credit atau bukti transfer atau bukti lainnya
yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. |
|||||||
|
|
c. |
Dalam
hal perolehan dalam negeri, dilengkapi pula dengan Foto kopi kontrak
pembelian atau surat perjanjian jual beli atau dokumen lain yang dapat
dipersamakan. |
|||||||||
|
3. |
Vaksin
Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN). |
||||||||||
|
|
a. |
Permohonan
SKB PPN diajukan oleh orang atau badan yang mengimpor atau menerima
penyerahan kepada Kepala KPP tempat orang atau badan tersebut terdaftar. |
|||||||||
|
|
b |
Permohonan
dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
1) |
Fotokopi
kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); |
||||||||
|
|
|
2) |
Surat
kuasa khusus apabila menunjuk orang lain untuk pengurusan SKB PPN; |
||||||||
|
|
|
3) |
Surat
rekomendasi dari Departemen Kesehatan. |
||||||||
|
|
|
4) |
Dalam
hal impor, dilengkapi pula dengan dokumen impor berupa : |
||||||||
|
|
|
|
a) |
Invoice; |
|||||||
|
|
|
|
b) |
Bill of
Lading (B/L) atau Air way Bill; |
|||||||
|
|
|
|
c) |
Dokumen
Kontrak Pembelian yang bersangkutan atau dokumen yang dapat dipersamakan; |
|||||||
|
|
|
|
d) |
Penjelasan
secara terinci mengenai kegunaan dari Barang Kena Pajak tertentu yang
diimpor; |
|||||||
|
|
|
|
e) |
Dokumen
pembayaran berupa Letter of Credit atau bukti transfer atau bukti lainnya
yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. |
|||||||
|
|
c |
Dalam
hal perolehan dalam negeri, dilengkapi pula dengan Foto kopi kontrak
pembelian atau surat perjanjian jual beli atau dokumen lain yang dapat
dipersamakan. |
|||||||||
|
4. |
Buku-buku
yang masih memerlukan pengesahan sebagai buku pelajaran umum atau buku
pelajaran agama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 3 ayat
(3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 353/KMK.03/2001 tentang Batasan
Buku-buku Pelajaran Umum, Kitab Suci Dan Buku-buku Pelajaran Agama Yang Atas
Impor Dan Atau Penyerahannya Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai. |
||||||||||
|
|
a. |
Permohonan
SKB PPN dajukan oleh orang atau badan yang mengimpor atau menerima penyerahan
kepada Kepala KPP tempat orang atau badan tersebut terdaftar. |
|||||||||
|
|
b |
Permohonan
dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
1) |
Fotokopi
kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); |
||||||||
|
|
|
2) |
Surat
kuasa khusus apabila menunjuk orang lain untuk pengurusan SKB PPN; |
||||||||
|
|
|
3) |
Surat
pengesahan dari Departemen Pendidikan Nasional untuk buku-buku yang perlu
disahkan sebagai buku pelajaran umum dan Surat pengesahan dari Departemen
Agama untuk buku-buku yang masih perlu disahkan sebagai buku pelajaran
agama; |
||||||||
|
|
|
4) |
Dalam
hal impor, dilengkapi pula dengan dokumen impor berupa : |
||||||||
|
|
|
|
a) |
Invoice; |
|||||||
|
|
|
|
b) |
Bill of
Lading (B/L) atau Air way Bill; |
|||||||
|
|
|
|
c) |
Dokumen
Kontrak Pembelian yang bersangkutan atau dokumen yang dapat dipersamakan; |
|||||||
|
|
|
|
d) |
Penjelasan
secara terinci mengenai kegunaan dari Barang Kena Pajak tertentu yang
diimpor; |
|||||||
|
|
|
|
e) |
Dokumen
pembayaran berupa Letter of Credit atau bukti transfer atau bukti lainnya
yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. |
|||||||
|
|
c. |
Dalam
hal perolehan dalam negeri, dilengkapi pula dengan Foto kopi kontrak pembelian
atau surat perjanjian jual beli atau dokumen lain yang dapat
dipersamakan. |
|||||||||
|
5. |
Kapal
laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal
tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau keselamatan
manusia. |
||||||||||
|
|
a. |
Permohonan
SKB PPN diajukan oleh Perusahaan, Pelayaran Niaga Nasional atau Perusahaan
Penangkapan Ikan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan
Nasional, atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan
Penyeberangan Nasional kepada Kepala KPP tempat Perusahaan tersebut
terdaftar. |
|||||||||
|
|
b |
Permohonan
dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
1) |
Fotokopi
kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); |
||||||||
|
|
|
2) |
Surat
kuasa khusus apabila menunjuk orang lain untuk pengurusan SKB PPN; |
||||||||
|
|
|
3) |
Surat
pernyataan bahwa Barang Kena Pajak Tertentu yang diimpor atau diperoleh tidak
akan dipindahtangankan atau diubah peruntukkannya dan apabila ternyata
dipindahtangankan atau diubah peruntukkannya maka bersedia membayar kembali
Pajak Pertambahan Nilai yang dibebaskan ditambah sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, |
||||||||
|
|
|
4) |
Dokumen
yang berkenaan dengan pengusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau
pengusahaan Penangkapan Ikan Nasional atau pengusahaan Penyelenggara
Jasa Kepelabuhan Nasional, atau pengusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan
Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional, misalnya surat pernyataan
yang diterbitkan oleh Departemen Perhubungan atau instansi lain yang berwenang; |
||||||||
|
|
|
5) |
Dalam
hal impor, dilengkapi pula dengan dokumen impor berupa : |
||||||||
|
|
|
|
a) |
Invoice; |
|||||||
|
|
|
|
b) |
Bill of
Lading (B/L) atau Air way Bill; |
|||||||
|
|
|
|
c) |
Dokumen
Kontrak Pembelian yang bersangkutan atau dokumen yang dapat
dipersamakan; |
|||||||
|
|
|
|
d) |
Penjelasan
secara terinci mengenai kegunaan dari Barang Kena Pajak tertentu yang
diimpor, |
|||||||
|
|
|
|
e) |
Dokumen
pembayaran berupa Letter of Credit atau bukti transfer atau bukti
lainnya yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. |
|||||||
|
|
|
6) |
Dalam
hal perolehan dalam negeri, dilengkapi pula dengan Foto kopi kontrak
pembelian atau surat perjanjian jual beli atau dokumen lain yang dapat
dipersamakan. |
||||||||
|
6. |
Pesawat
udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan . |
||||||||||
|
|
a. |
Permohonan
SKB PPN dajukan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang mengimpor
mau menerima penyerahan kepada Kepala KPP tempat Perusahaan Angkutan Udara
Niaga Nasional tersebut terdaftar. |
|||||||||
|
|
b. |
Permohonan
SKB PPN dapat diajukan juga oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan
Udara Niaga Nasional atas impor atau perolehan Barang Kena Pajak Tertentu
berupa suku cadang dan peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat
udara yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan atau reparasi
pesawat udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional. |
|||||||||
|
|
c. |
Permohonan
dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
1) |
Fotokopi
kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); |
||||||||
|
|
|
2) |
Surat
kuasa khusus apabila menunjuk orang lain untuk pengurusan SKB PPN; |
||||||||
|
|
|
3) |
Surat
Pernyataan bahwa Barang Kena Pajak Tertentu yang diimpor atau diperoleh
tidak akan diubah peruntukkannya dan apabila ternyata diubah
peruntukkannya maka bersedia membayar kembali Pajak Pertambahan Nilai yang
dibebaskan ditambah sanksi sesuai dengan ketentuan Yang berlaku; |
||||||||
|
|
|
4) |
Dokumen
yang berkenaan dengan Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional. atau
surat penunjukan dari perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional atau
surat/dokumen lain yang dapat dipersamakan misalnya kontrak pengadaan atau
surat perintah kerja dalam hal permohonan SKB PPN diajukan oleh Pihak lain
yang ditunjuk; |
||||||||
|
|
|
5) |
Dalam
hal impor, dilengkapi pula dengan dokumen impor berupa : |
||||||||
|
|
|
|
a) |
Invoice; |
|||||||
|
|
|
|
b) |
Bill of
Lading (B/L) atau Air way Bill; |
|||||||
|
|
|
|
c) |
Dokumen
Kontrak Pembelian yang bersangkutan atau dokumen yang dapat dipersamakan; |
|||||||
|
|
|
|
d) |
Penjelasan
secara terinci mengenai kegunaan dari Barang Kena Pajak tertentu yang
diimpor; |
|||||||
|
|
|
|
e) |
Dokumen
pembayaran berupa Letter of Credit atau bukti transfer atau bukti lainnya
yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. |
|||||||
|
|
|
6) |
Dalam
hal perolehan dalam negeri, dilengkapi pula dengan Foto kopi kontrak
pembelian atau surat perjanjian jual beli atau dokurnen lain yang dapat
dipersamakan. |
||||||||
|
7. |
Kereta
api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta
prasarana. |
||||||||||
|
|
a |
Permohonan
SKB PPN diajukan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia kepada Kepala KPP
tempat PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia terdaftar. |
|||||||||
|
|
b. |
Permohonan
dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
1) |
Fotokopi
kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); |
||||||||
|
|
|
2) |
Surat
kuasa khusus apabila menunjuk orang lain untuk pengurusan SKB PPN; |
||||||||
|
|
|
3) |
Surat
pernyataan bahwa Barang Kena Pajak Tertentu yang diimpor atau diperoleh tidak
akan dipindahtangankan atau diubah peruntukkannya dan apabila ternyata
dipindahtangankan atau diubah peruntukkannya maka bersedia membayar kembali
Pajak Pertambahan Nilai yang dibebaskan ditambah sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; |
||||||||
|
|
|
4) |
Dalam
hal impor, dilengkapi pula dengan dokumen impor berupa : |
||||||||
|
|
|
|
a) |
Invoice; |
|||||||
|
|
|
|
b) |
Bill of
Lading (B/L) atau Air way Bill; |
|||||||
|
|
|
|
c) |
Dokumen
Kontrak Pembelian yang bersangkutan atau dokumen yang dapat dipersamakan ; |
|||||||
|
|
|
|
d) |
Penjelasan
secara terinci mengenai kegunaan dari Barang Kena Pajak tertentu yang
diimpor; |
|||||||
|
|
|
|
e) |
Dokumen
pembayaran berupa Letter of Credit atau bukti transfer atau bukti lainnya
yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. |
|||||||
|
|
|
5) |
Dalam
hal perolehan dalam negeri, dilengkapi pula dengan Foto kopi kontrak
pembelian atau surat perjanjian jual beli atau dokumen lain yang dapat
dipersamakan. |
||||||||
|
8. |
Komponen
atau bahan yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan
untuk perbaikan atau pemeliharaan, serta prasarana yang akan digunakan oleh
PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia. |
||||||||||
|
|
a. |
Permohonan
SKB PPN diajukan oleh oleh Pihak yang ditunjuk oleh PT (PERSERO) Kereta Api
kepada Kepala KPP tempat pihak yang ditunjuk tersebut terdaftar. |
|||||||||
|
|
b. |
Permohonan
dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
1) |
Fotokopi
kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); |
||||||||
|
|
|
2) |
Surat
kuasa khusus apabila menunjuk orang lain untuk pengurusan SKB PPN; |
||||||||
|
|
|
3) |
Surat
pernyataan bahwa Barang Kena Pajak Tertentu yang diimpor atau diperoleh tidak
akan diubah peruntukkannya dan apabila ternyata diubah
peruntukkannya maka bersedia membayar kembali Pajak Pertambahan Nilai
yang dibebaskan ditambah sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; |
||||||||
|
|
|
4) |
Surat
penunjukan dari PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia atau surat/dokumen
lain yang dapat dipersamakan misalnya kontrak pengadaan atau surat perintah
kerja; |
||||||||
|
|
|
5) |
Dalam
hal impor, dilengkapi pula dengan dokumen impor berupa : |
||||||||
|
|
|
|
a) |
Invoice: |
|||||||
|
|
|
|
b) |
Bill of
Lading (B/L) atau Air way Bill; |
|||||||
|
|
|
|
c) |
Dokumen
Kontrak Pembelian yang bersangkutan atau dokumen yang dapat dipersamakan; |
|||||||
|
|
|
|
d) |
Penjelasan
secara terinci mengenai kegunaan dari Barang Kena Pajak tertentu yang
diimpor; |
|||||||
|
|
|
|
e) |
Dokumen
pembayaran berupa Letter of Credit atau bukti transfer atau bukti lainnya
yang berkaitan dengan pembayaran tersebut . |
|||||||
|
|
|
6) |
Dalam
hal perolehan dalam negeri, dilengkapi pula dengan Foto kopi kontrak
pembelian atau surat perjanjian jual beli atau dokumen lain yang dapat
dipersamakan. |
||||||||
|
9. |
Peralatan
berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Departemen Pertahanan atau TNI
untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia
yang dilakukan untuk mendukung pertahanan Nasional, oleh Departemen
Pertahanan atau TNI atau pihak yang ditunjuk oleh Departemen Pertahanan atau
TNI dengan melampirkan : |
||||||||||
|
|
a. |
Permohonan
SKB PPN diajukan oleh Departemen Pertahanan atau TNI kepada Kepala KPP tempat
bendaharawan Departemen Pertahanan atau bendaharawan TNI terdaftar. |
|||||||||
|
|
b. |
Khusus
untuk irnpor Permohonan SKB PPN dapat diajukan juga oleh Pihak yang ditunjuk
oleh Departemen Pertahanan atau TNI kepada kepala KPP tempat pihak lain
tersebut terdaftar. |
|||||||||
|
|
c. |
Permohonan
dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
1) |
Fotokopi
kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); |
||||||||
|
|
|
2) |
Surat
kuasa khusus apabila menunjuk orang lain untuk pengurusan SKB PPN; |
||||||||
|
|
|
3) |
Dalam
hal impor, dilengkapi pula dengan dokumen impor berupa : |
||||||||
|
|
|
|
a) |
Invoice; |
|||||||
|
|
|
|
b) |
Bill of
Lading (B/L) atau Air way Bill; |
|||||||
|
|
|
|
c) |
Dokumen
Kontrak Pembelian yang bersangkutan atau dokumen yang dapat dipersamakan; |
|||||||
|
|
|
|
d) |
Penjelasan
secara terinci mengenai kegunaan dari Barang Kena Pajak tertentu yang
diimpor; |
|||||||
|
|
|
|
e) |
Dokumen
pembayaran berupa Letter of Credit atau bukti transfer atau bukti lainnya
yang berkaitan dengan pembayaran tersebut |
|||||||
|
|
|
4) |
Dalam
hal perolehan dalam negeri, dilengkapi pula dengan Foto kopi kontrak
pembelian atau surat perjanjian jual beli atau dokumen lain yahg dapat
dipersamakan. |
||||||||
|
|
|
5) |
Dalam
hal impor dilakukan oleh pihak yang ditunjuk oleh Departemen Pertahanan atau
TNI maka surat permohonan selain
dilampiri dengan dokumen sebagaimana tersebut diatas juga dilampiri dengan
surat penunjukan dari Departemen Pertahanan atau TNI atau POLRI atau dokumen
yang dipersamakan seperti surat kontrak atau surat perintah. |
||||||||
III. |
PENATAUSAHAAN
SKB PPN |
|||||||||||
|
1. |
Untuk
Impor Barang Kena Pajak Tertentu (BKP Tertentu) yang pembebasan PPN-nya
memerlukan SKB PPN |
||||||||||
|
|
a. |
SKB PPN
atas impor BKP Tertentu diterbitkan oleh Kepala KPP atas nama Direktur
Jenderal Pajak dalam 3 (tiga) rangkap dengan peruntukan sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-1 |
: |
untuk
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; |
||||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-2 |
: |
untuk
Pemohon SKB PPN; |
||||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-3 |
: |
untuk
KPP Penerbit SKB PPN. |
||||||
|
|
b. |
Lembar
ke-1 SKB PPN atas impor BKP Tertentu diserahkan kepada Direktur Jenderal Bea
dan Cukai dengan dilampiri Pemberitahuan Impor Barang (PIB) serta dokumen
impor lainnya. |
|||||||||
|
|
c. |
Direktur
Jenderal Bea dan Cukai setelah menerima dokumen sebagaimana dimaksud dalam
huruf b di atas membubuhkan cap "PPN DIBEBASKAN SESUAl PP NOMOR 146
TAHUN 2000 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PP NOMOR 38 TAHUN 2003" serta
mencantumkan Nomor dan Tanggal Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai
pada setiap lembar Pemberitahuan Impor Barang pada saat penyelesaian dokumen
impor; |
|||||||||
|
|
d |
Pemohon
SKB PPN yang juga sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib menyampaikan
laporan PPN yang Dibebaskan dalam SPT Masa PPN. |
|||||||||
|
2. |
Untuk
Penyerahan BKP Tertentu yang pembebasan PPN-nya memerlukan SKB PPN |
||||||||||
|
|
a. |
SKB PPN
atas penyerahan BKP Tertentu diterbitkan oleh Kepala KPP atas nama Direktur
Jenderal Pajak dalarn 4 (empat) rangkap dengan peruntukan sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-1 |
: |
untuk
PKP yang menyerahkan BKP Tertentu (PKP Penjual) melalui pihak yang menerima
penyerahan BKP Tertentu (Pemohon SKB PPN); |
||||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-2 |
: |
untuk
Pemohon SKB PPN; |
||||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-3 |
: |
untuk
KPP tempat PKP yang menyerahkan BKP Tertentu terdaftar melalui KPP Penerbit
SKB PPN; |
||||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-4 |
: |
untuk
KPP Penerbit SKB PPN. |
||||||
|
|
b. |
PKP
yang menyerahkan BKP Tertentu setelah menerima SKB PPN lembar ke-1 wajib
membuat Faktur Pajak minimal dalam rangkap 3 (tiga) dan membubuhkan cap
"PPN DIBEBASKAN SESUAI PP NOMOR 146 TAHUN 2000 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH
DENGAN PP NOMOR 38 TAHUN 2003" serta mencantumkan Nomor dan Tanggal SKB
PPN pada setiap lembar Faktur Pajak dimaksud. |
|||||||||
|
|
c. |
Peruntukan
dari masing-masing lembar Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf b
adalah sebagai berikut : |
|||||||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-1 |
: |
untuk
pihak yang menerima penyerahan BKP Tertentu; |
||||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-2 |
: |
untuk
PKP yang menyerahkan BKP Tertentu |
||||||
|
|
|
- |
Lembar
ke-3 |
: |
untuk
KPP dimana PKP yang menyerahkan BKP Tertentu terdaftar, sebagai lampiran SPT
Masa PPN. |
||||||
|
|
d. |
Pihak
yang menerima penyerahan BKP Tertentu yang juga sebagai PKP wajib menyampaikan
laporan PPN yang dibebaskan dalam SPT Masa PPN. |
|||||||||
IV. |
PENATAUSAHAAN
IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU ATAU PENYERAHAN JASA KENA
PAJAK TERTENTU YANG PEMBEBASAN PPN-NYA TIDAK MEMERLUKAN SKB PPN |
|||||||||||
|
1. |
Atas
impor BKP Tertentu yang pembebasan Pajak Pertambahan Nilainya tidak
memerlukan SKB PPN, Direktur Jenderal Bea dan Cukai membubuhkan cap
"PPN DIBEBASKAN SESUAI PP NOMOR 146 TAHUN 2000 SEBAGAIMANA TELAH
DIUBAH DENGAN PP NOMOR 38 TAHUN 2003 " pada setiap lembar Pemberitahuan
Impor Barang. |
||||||||||
|
2. |
Atas
penyerahan BKP Tertentu atau Jasa Kena Pajak Tertentu (JKP Tertentu) yang
pembebasan Pajak Pertambahan Nilainya tidak memerlukan SKB PPN, PKP yang
menyerahkan BKP Tertentu atau JKP Tertentu tersebut wajib membuat Faktur
Pajak dan membubuhkan cap "PPN DIBEBASKAN SESUAI PP NOMOR 146 TAHUN 2000
SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PP NOMOR 38 TAHUN 2003". |
||||||||||
|
3. |
Faktur
Pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 2 dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan
peruntukan sebagai berikut: |
||||||||||
|
|
- |
Lembar
ke-1 |
: |
untuk
pihak yang menerima penyerahan BKP Tertentu atau JKP Tertentu |
|||||||
|
|
- |
Lembar
ke-2 |
: |
untuk
PKP yang menyerahkan BKP Tertentu atau JKP Tertentu. |
|||||||
|
|
- |
Lembar
ke-3 |
: |
untuk
KPP dimana PKP yang menyerahkan BKP Tertentu atau JKP Tertentu terdaftar,
sebagai lampiran SPT Masa PPN; |
|||||||
|
4. |
Pihak
yang menerima penyerahan BKP Tertentu atau JKP Tertentu yang juga sebagai PKP
wajib menyampaikan laporan PPN yang dibebaskan dalam SPT Masa PPN. |
||||||||||