BAB III
PELAKSANAAN
AKUISISI
Dalam rangka pelaksanaan
akuisisi nasional arsip orde baru di lingkungan Departemen Keuangan, diperlukan
sarana dan langkah-langkah kegiatan yang meliputi sosialisasi, pendataan,
inventarisasi, penilaian atas nilaiguna arsip, dan penyerahan arsip yang
mempunyai nilaiguna pertanggungjawaban nasional kepada Arsip Nasional Republik
Indonesia/Arsip Nasional Wilayah.
A. |
Organisasi Kearsipan Untuk
melaksanakan akuisisi nasional arsip orde baru dan kabinet reformasi pembangunan
di lingkungan Departemen Keuangan perlu adanya organisasi kearsipan yang
jelas. Organisasi kearsipan di lingkungan Departemen Keuangan terdiri dari
Unit Kearsipan dan Unit Pengolah baik di tingkat Pusat maupun Daerah. |
||||||||||||
|
1. |
Unit Kearsipan di lingkungan
Departemen Keuangan adalah : |
|||||||||||
|
|
a. |
Kantor Pusat |
||||||||||
|
|
|
1) |
Sekretariat Jenderal |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Bagian Arsip
dan Penggandaan Biro Umum sebagai Unit Kearsipan Sekretariat Jenderal,
sekaligus Unit Kearsipan Pusat untuk Departemen Keuangan. |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian
Tata Usaha Biro pada Biro Perencanaan dan HKLN sebagai Unit Kearsipan Biro Perencanaan
dan HKLN; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian
Tata Usaha Biro pada Biro Kepegawaian sebagai Unit Kearsipan Biro
Kepegawaian; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian
Tata Usaha Keuangan pada Biro Keuangan sebagai Unit Kearsipan Biro Keuangan; |
||||||||
|
|
|
|
e. |
Subbagian
Tata Usaha Biro pada Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sebagai Unit
Kearsipan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan; |
||||||||
|
|
|
|
f. |
Subbagian
Tata Usaha Biro pada Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat sebagai Unit
Kearsipan Biro Hukum dan Humas; |
||||||||
|
|
|
|
g. |
Subbagian
Tata Usaha Biro pada Biro Tata Usaha BUMN sebagai Unit Kearsipan Biro Tata
Usaha BUMN; |
||||||||
|
|
|
|
h. |
Subbagian
Tata Usaha dan Rumah Tangga pada Sekretariat BPSP sebagai Unit Kearsipan
Sekretariat BPSP; |
||||||||
|
|
|
|
i. |
Subbagian
Tata Usaha pada Biro Umum sebagai Unit Kearsipan Biro Umum. |
||||||||
|
|
|
2) |
Inspektorat Jenderal |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Badan Umum pada Sekretariat
Itjen sebagai Unit Kearsipan Inspektorat Jenderal; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha pada
Sekretariat Inspektorat Jenderal. |
||||||||
|
|
|
3) |
Direktorat Jenderal Anggaran |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Bagian Umum pada Sekretariat
Direktorat Jenderal Anggaran sebagai Unit Kearsipan Direktorat Jenderal
Anggaran; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha pada Sekretariat
Direktorat Jenderal Anggaran sebagai Unit Kearsipan Sekretariat Direktorat
Jenderal Anggaran; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Pembinaan Anggaran I sebagai Unit Kearsipan Direktorat Pembinaan
Anggaran I; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Pembinaan Anggaran II sebagai Unit Kearsipan Direktorat Pembinaan
Anggaran II; |
||||||||
|
|
|
|
e. |
Subbagian Tata Usaha pada Direktorat
Pembinaan Anggaran II sebagai Unit Kearsipan Direktorat Pembinaan Anggaran
III; |
||||||||
|
|
|
|
f. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Pembinaan Kekayaan Negara sebagai Unit Kearsipan Direktorat
Pembinaan Kekayaan Negara; |
||||||||
|
|
|
|
g. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Tata Usaha Anggaran sebagai Unit Kearsipan Direktorat Tata Usaha
Anggaran; |
||||||||
|
|
|
|
h. |
Subbagian Tata Usaha pada Direktorat
Dana Luar Negeri sebagai Unit Kearsipan Direktorat Dana Luar Negeri; |
||||||||
|
|
|
|
i. |
Subbagian Tata Usaha pada
Pusat Pengolahan Data dan Informasi Anggaran sebagai Unit Kearsipan Pusat
Pengolahan Data dan Informasi Anggaran. |
||||||||
|
|
|
4) |
Direktorat Jenderal Pajak |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Bagian Umum pada Sekretariat
Direktorat Jenderal Pajak sebagai Unit Kearsipan Direktorat Jenderal Pajak; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha pada
Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak sebagai Unit Kearsipan Sekretariat
Direktorat Jenderal Pajak; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Perencanaan dan Potensi Perpajakan sebagai Unit Kearsipan
Direktorat Perencanaan dan Potensi Perpajakan; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Peraturan Perpajakan sebagai Unit Kearsipan Direktorat Peraturan
Perpajakan; |
||||||||
|
|
|
|
e. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Hubungan Perpajakan Internasional sebagai Unit Kearsipan
Direktorat Hubungan Perpajakan Internasional; |
||||||||
|
|
|
|
f. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya sebagai Unit
Kearsipan Direktorat Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya; |
||||||||
|
|
|
|
g. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Unit Kearsipan Direktorat Pajak
Bumi dan Bangunan; |
||||||||
|
|
|
|
h. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Pemeriksaan Pajak sebagai Unit Kearsipan Direktorat Pemeriksaan
Pajak; |
||||||||
|
|
|
|
i. |
Subbagian Tata Usaha pada
Pusat Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan sebagai Unit Kearsipan Pusat
Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan. |
||||||||
|
|
|
5) |
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Bagian Umum pada Sekretariat
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai Unit Kearsipan Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha pada
Sekretariat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai Unit Kearsipan
Sekretariat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Perencanaan Penerimaan sebagai Unit Kearsipan Direktorat
Perencanaan Penerimaan; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Teknis Pabean sebagai Unit Kearsipan Direktorat Teknis Pabean; |
||||||||
|
|
|
|
e. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Fasilitas Pabean sebagai Unit Kearsipan Direktorat Fasilitas
Pabean; |
||||||||
|
|
|
|
f. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Cukai sebagai Unit Kearsipan Direktorat Cukai; |
||||||||
|
|
|
|
g. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Pencegahan dan Penyidikan sebagai Unit Kearsipan Direktorat
Pencegahan dan Penyidikan; |
||||||||
|
|
|
|
h. |
Subbagian Tata Usaha pada
Verifikasi dan Audit sebagai Unit Kearsipan Direktorat Verifikasi dan Audit; |
||||||||
|
|
|
|
i. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Kepabeanan Internasional sebagai Unit Kearsipan Direktorat
Kepabeanan Internasional; |
||||||||
|
|
|
|
j. |
Subbagian Tata Usaha pada Pusat
Pengolahan Data dan Informasi Bea dan Cukai sebagai Unit Kearsipan Pusat
Pengolahan Data dan Informasi Bea dan Cukai. |
||||||||
|
|
|
6) |
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Bagian Umum pada Sekretariat Direktorat
Jenderal Lembaga Keuangan sebagai Unit Kearsipan Direktorat Jenderal Lembaga
Keuangan. |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha pada
Sekretariat Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan sebagai Unit Kearsipan
Sekretariat Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Asuransi sebagai Unit Kearsipan Direktorat Asuransi; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Dana Pensiun sebagai Unit Kearsipan Direktorat Dana Pensiun; |
||||||||
|
|
|
|
e. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman sebagai Unit Kearsipan Direktorat
Pengelolaan Penerusan Pinjaman; |
||||||||
|
|
|
|
f. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Penerimaan Minyak dan Bukan Pajak sebagai Unit Kearsipan
Direktorat Penerimaan Minyak dan Bukan Pajak; |
||||||||
|
|
|
|
g. |
Subbagian Tata Usaha pada
Direktorat Pembinaan Akuntansi dan Jasa Penilai sebagai Unit Kearsipan
Direktorat Pembinaan Akuntansi dan Jasa Penilai. |
||||||||
|
|
|
7) |
Badan Pengawas Pasar Modal |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Bagian Umum pada Sekretariat
Badan sebagai Unit Kearsipan Badan Pengawas Pasar Modal; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha pada
Sekretariat Badan sebagai Unit Kearsipan Sekretariat Badan Pengawas Pasar
Modal; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Perundang-undangan dan Bantuan Hukum sebagai Unit Kearsipan Biro
Perundang-undangan dan Bantuan Hukum; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Pemeriksaan dan Penyidikan sebagai Unit Kearsipan Biro Pemeriksaan dan
Penyidikan; |
||||||||
|
|
|
|
e. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Pengelolaan Investasi dan Riset sebagai Unit Kearsipan Biro Pengelolaan
Investasi dan Riset; |
||||||||
|
|
|
|
f. |
Subbagian Tata Usaha pada pada
Biro Transaksi dan Lembaga Efek sebagai Unit Kearsipan Biro Transaksi dan
Lembaga Efek; |
||||||||
|
|
|
|
g. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Penilaian Keuangan Perusahaan I sebagai Unit Kearsipan Biro Penilaian
Keuangan Perusahaan I; |
||||||||
|
|
|
|
h. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Penilaian Keuangan Perusahaan II sebagai Unit Kearsipan Biro Penilaian
Keuangan Perusahaan II; |
||||||||
|
|
|
|
i. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Standar Akuntansi. |
||||||||
|
|
|
8) |
Badan Analisa Keuangan dan Moneter |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Bagian Umum pada Sekretariat
Badan sebagai Unit Kearsipan Badan Analisa Keuangan dan Moneter; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha pada
Sekretariat Badan sebagai Unit Kearsipan Sekretariat Badan Analisa Keuangan
dan Moneter; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Analisa APBN sebagai Unit Kearsipan Biro Analisa APBN; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Analisa Meneter sebagai Unit Kearsipan Biro Analisa Moneter; |
||||||||
|
|
|
|
e. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Analisa Keuangan Daerah sebagai Unit Kearsipan Biro Analisa Keuangan Daerah; |
||||||||
|
|
|
|
f. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Pengkajian Ekonomi dan Keuangan sebagai Unit Kearsipan Biro Pengkajian
Ekonomi dan Keuangan. |
||||||||
|
|
|
9) |
Badan Pelayanan Kemudahan
Ekspor dan Pengolahan Data Keuangan |
|||||||||
|
|
|
|
Subbagian Tata Usaha pada
Sekretariat Badan sebagai Unit Kearsipan Badan Pelayanan Kemudahan Ekspor dan
Pengolahan Data Keuangan. |
|||||||||
|
|
|
10) |
Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga pada Sekretariat
Badan sebagai Unit Kearsipan Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha pada Sekretariat Badan sebagai Unit
Kearsipan Sekretariat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro Piutang Negara Perbankan
sebagai Unit Kearsipan Biro Piutang Negara Perbankan; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro Piutang Negara Non
Perbankan sebagai Unit Kearsipan Biro Piutang Negara Non Perbankan; |
||||||||
|
|
|
|
e. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro Lelang Negara sebagai
Unit Kearsipan Biro Lelang Negara; |
||||||||
|
|
|
|
f. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro Informasi dan Hukum
sebagai Unit Kearsipan Biro Informasi dan Hukum; |
||||||||
|
|
|
11) |
Badan Akuntansi Keuangan Negara |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Bagian Umum pada Sekretariat
Badan sebagai Unit Kearsipan Badan Akuntansi Keuangan Negara; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha pada
Sekretariat Badan sebagai Unit Kearsipan Sekretariat Badan Akuntansi Keuagnan
Negara; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan sebagai Unit Kearsipan Biro Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Pembinaan Sistem Akuntansi Negara sebagai Unit Kearsipan Biro Pembinaan
Sistem Akuntansi Negara; |
||||||||
|
|
|
|
e. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Perhiutangan Anggaran Negara sebagai Unit Kearsipan Biro Perhitungan Anggaran
Negara; |
||||||||
|
|
|
|
f. |
Subbagian Tata Usaha pada Biro
Tata Usaha Inventaris Kekayaan Negara sebagai Unit Kearsipan Biro Tata Usaha
Inventaris Kekayaan Negara. |
||||||||
|
|
|
12) |
Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Bagian Umum pada Sekretariat
Badan sebagai Unit Kearsipan Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha pada
Sekretariat Badan sebagai Unit Kearsipan Sekretariat Badan Pendidikan dan
Latihan Keuangan; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian Tata Usaha pada
Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai sebagai Unit Kearsipan Pusat Pendidikan
dan Latihan Pegawai; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Tata Usaha pada
Pusat Pendidikan dan Latihan Anggaran sebagai Unit Kearsipan Pusat Pendidikan
dan Latihan Anggaran; |
||||||||
|
|
|
|
e. |
Subbagian Tata Usaha pada
Pusat Pendidikan dan Latihan Perpajakan sebagai Unit Kearsipan Pusat
Pendidikan dan Perpajakan; |
||||||||
|
|
|
|
f. |
Subbagian Tata Usaha pada
Pusat Pendidikan dan Latihan Bea dan Cukai sebagai Unit Kearsipan Pusat
Pnedidikan dan Latihan Bea dan Cukai. |
||||||||
|
|
|
|
g. |
Subbagian Tata Usaha pada
Pusat Pendidikan dan Latihan Umum sebagai Unit Kearsipan Pusat Pendidikan dan
Latihan Umum; |
||||||||
|
|
b. |
Kantor Vertikal |
||||||||||
|
|
|
1) |
Kantor Vertikal Direktorat Jenderal Anggaran |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Subbagian Tata Usaha dan
Pelaporan pada Kantor Wilayah Tipe A Direktorat Jenderal Anggaran sebagai
Unit Kearsipan Kantor Wilayah Tipe A Direktorat Jenderal Anggaran; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha dan
Kepegawaian pada Kantor Wilayah Tipe B Direktorat Jenderal Anggaran sebagai
Unit Kearsipan Kantor Wilayah Tipe B Direktorat Jenderal Anggaran; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian Umum pada Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara Tipe A, B, C, dan D sebagai Unit Kearsipan
Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Umum pada Kantor
Tata Usaha Anggaran Tipe A dan B sebagai Unit Kearsipan Kantor Tata Usaha
Anggaran. |
||||||||
|
|
|
2) |
Kantor Vertikal Direktorat Jenderal Pajak |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Subbagian Tata Usaha dan
Pelaporan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak sebagai Unit
Kearsipan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha pada
Kantor Pelayanan Pajak sebagai Unit Kearsipan Kantor Pelayanan Pajak; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian Tata Usaha pada
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Unit Kearsipan Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Tata Usaha pada
Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak sebagai Unit Kearsipan Kantor
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak; |
||||||||
|
|
|
3) |
Kantor Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Subbagian Tata Usaha dan Rumah
Tangga pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai Unit
Kearsipan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Umum pada Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A dan B sebagai Unit Kearsipan Kantor Pelayanan
Bea dan Cukai Tipe A dan B; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Urusan Umum pada Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai Tipe C sebagai Unit Kearsipan Kantor Pelayanan Bea
dan Cukai Tipe C; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Umum pada Pangkalan
Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe A sebagai Unit Kearsipan Pangkalan Sarana
Operasi Bea dan Cukai Tipe A; |
||||||||
|
|
|
|
e. |
Urusan Umum pada Pangkalan
Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe B sebagai Unit Kearsipan Pangkalan Sarana
Operasi Bea dan Cukai Tipe B; |
||||||||
|
|
|
|
f. |
Subbagian Umum pada Balai
Pengujian dan Identifikasi Barang sebagai Unit Kearsipan Balai Pengujian dan
Identifikasi Barang; |
||||||||
|
|
|
|
g. |
Urusan Umum pada Loka
Pengujian dan Identifikasi Barang sebagai Unit Kearsipan Loka Pengujian dan
Identifikasi Barang. |
||||||||
|
|
|
4) |
Kantor Vertikal Badan
Pelayanan Kemudahan Ekspor dan Pengolahan Data Keuangan |
|||||||||
|
|
|
|
Subbagian
Umum pada Kantor Pelayanan Kemudahan Ekspor Regional Tipe A dan Tipe B
sebagai Unit Kearsipan Kantor Pelayanan Kemudahan Ekspor Regional Tipe A dan
Tipe B. |
|||||||||
|
|
|
5) |
Kantor
Vertikal Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara |
|||||||||
|
|
|
|
a. |
Subbagian Tata Usaha pada
Kantor Wilayah BUPLN sebagai Unit Kearsipan Kantor Wilayah Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara; |
||||||||
|
|
|
|
b. |
Subbagian Tata Usaha pada
Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara Tipe A sebagai Unit Kearsipan
Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara Tipe A; |
||||||||
|
|
|
|
c. |
Subbagian Tata Usaha pada
Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara Tipe B sebagai Unit Kearsipan
Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara Tipe B; |
||||||||
|
|
|
|
d. |
Subbagian Tata Usaha pada
Kantor Lelang Negara Tipe A sebagai Unit Kearsipan Kantor Lelang Negara Tipe
A; |
||||||||
|
|
|
|
e. |
Urusan Tata Usaha pada Kantor
Lelang Negara Tipe B sebagai Unit Kearsipan Kantor Lelang Negara Tipe B. |
||||||||
|
|
|
6) |
Kantor Vertikal Badan Akuntansi Keuangan Negara |
|||||||||
|
|
|
7) |
Kantor Vertikal Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan |
|||||||||
|
|
|
|
Subbagian Umum pada Balai Dilat Keuangan sebagai Unit
Kearsipan Balai Dilat Keuangan. |
|||||||||
|
2. |
Unit
Pengolah adalah semua satuan kerja di lingkungan Setjen, Ditjen, Itjen, dan
Badan dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. |
|||||||||||
B. |
Prosedur
Pelaksanaan Akuisisi Arsip Kegiatan akuisisi terhadap arsip-arsip yang tersimpan
pada Unit Kearsipan dan Unit Pengolah dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut : Tingkat Pusat |
||||||||||||
|
1. |
Unit Kearsipan pada
masing-masing unit organisasi eselon II dibantu dengan Unit Pengolahnya
melakukan pendataan terhadap semua arsip-arsip tahun 1967 s.d. 1998 yang
tersimpan pada Unit Kearsipan dan Unit Pengolah, untuk mengetahui mengenai
jenis arsip, tahun, jumlah/volume, media, kondisi fisik, lokasi dan kondisi
penyimpanan, dan keterangan lainnya. |
|||||||||||
|
2. |
Setelah dilakukan pendataan,
Unit Kearsipan pada masing-masing unit organisasi eselon II melakukan seleksi
awal terhadap arsip yang sudah didata untuk menyeleksi arsip-arsip yang
mempunyai nilai guna pertanggungjawaban nasional, dengan cara
mengklasifikasikan jenis arsip untuk dicatat ke dalam Daftar Inventarisasi
Arsip, untuk mengetahui klasifikasi arsip, tahun, deskripsi, media, volume,
jenis arsip, retensi arsip dan keterangan lainnya. |
|||||||||||
|
3. |
Unit Kearsipan eselon II
melaporkan hasil inventarisasi kepada Pimpinan eselon II masing-masing; |
|||||||||||
|
4. |
Pimpinan eselon II meneruskan hasil
inventarisasi tersebut kepada : |
|||||||||||
|
|
a. |
Di lingkungan Sekretariat Jenderal laporan hasil
inventarisasi disampaikan kepada Kepala Biro Umum; |
||||||||||
|
|
b. |
Di lingkungan Inspektorat
Jenderal, Direktorat Jenderal, dan Badan Laporan hasil inventarisasi
disampaikan kepada Sekretaris Inspektorat Jenderal, Sekretaris Direktorat
Jenderal dan Sekretaris Badan; |
||||||||||
|
5. |
Sekretaris Inspektorat
Jenderal, Sekretaris Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, dan Kepala Biro
Umum melakukan seleksi lebih lanjut terhadap laporan hasil inventarisasi
arsip, sesuai dengan fungsinya sebagai Unit Kearsipan pada unit organisasi
eselon I masing-masing. |
|||||||||||
|
6. |
Sekretaris Inspektorat
Jenderal, Sekretaris Direktorat Jenderal, dan Sekretaris Badan wajib
menyampaikan hasil inventarisasi dan penyeleksiannya tersebut kepada
Sekretaris Jendeal u.p Kepala Biro Umum. |
|||||||||||
|
7. |
Sekretaris Jenderal u.p Kepala
Biro Umum meneruskan usulan tersebut kepada Tim Khusus Akuisisi Nasional
Arsip Orde Baru dan Kabinet Reformasi Pembangunan di lingkungan Departemen
Keuangan untuk melakukan penilaian. |
|||||||||||
|
8. |
Tim Akuisisi tersebut
melakukan penilaian atas arsi-arsip yang tercantum dalam daftar hasil
inventarisasi arsip, apakah arsip tersebut memenuhi syarat untuk diserahkan
kepada ANRI. |
|||||||||||
|
9. |
Hasil penilaian tim akuisisi
dilaporkan oleh Ketua Tim kepada Sekretaris Jenderal u.p Kepala Biro Umum
disertai rekomendasi penyelesaian lebih lanjut. |
|||||||||||
|
10. |
Kepala Biro Umum melakukan
konsultasi kepada ANRI mengenai arsip-arsip statis yang aakn diserahkan. |
|||||||||||
|
11. |
Sekretaris Jenderal u.p Kepala
Biro Umum setelah melakukan konsultasi dengan ANRI membuat surat
pemberitahuan kepada Sekretaris Itjen/Ditjen/Badan serta Kepala biro pada
Sekretariat Jenderal dan Sekretaris BPSP yang mengusulkan agar segera
memindahkan arsip-arsip yang telah direkomendasi memenuhi syarat tersebut
kepada Biro Umum, Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan dengan dibuatkan
Berita Acara Pemindahan Arsip dengan menggunakan contoh formulir VI. |
|||||||||||
|
12. |
Kepala Biro Umum, selanjutnya
atas nama Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan menyerahkan arsip-arsip
yang bernilai pertanggungjawaban nasional tersebut kepada Arsip Nasional
Republik Indonesia dengan membuat Berita Acara Penyerahan Arsip Statis sesuai
contoh formulir VII. |
|||||||||||
|
13. |
Kepala Biro Umum melaporkan
hasil penyerahan arsip tersebut kepada Menteri Keuangan, Sekretaris Jenderal,
dan Pimpinan unit eselon I yang bersangkutan. |
|||||||||||
|
Tingkat Daerah |
||||||||||||
|
1. |
Unit Kearsipan pada
masing-masing kantor vertikal (Kantor Wilayah Dirjen/Badan dan atau Kantor
Operasional) dibantu oleh Unit Pengolahnya melakukan pendataan terhadap semua
arsip-arsip tahun 1967 s.d. 1998 yang tersimpan pada Unit Kearsipan maupun
Unit Pengolah. |
|||||||||||
|
2. |
Unit Kearsipan pada
masing-masing Kantor Wilayah/Kantor Operasional dibantu oleh Unit Pengolahnya
melakukan seleksi awal terhadap arsip yang sudah didata untuk menyeleksi
arsip-arsip yang mempunyai nilai guna pertanggungjabwaban nasional dengan
cara mengklasifikasikan jenis arsip ke dalam Daftar Inventarisasi Arsip. |
|||||||||||
|
3. |
a. |
Unit Kearsipan pada Kantor Wilayah
melaporkan hasil Inventarisasi tersebut kepada Kepala Kantor Operasional yang
bersangkutan, dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal u.p Kepala Biro Umum
dan Sekretaris Direktorat Jenderal/Badan yang bersangkutan. |
||||||||||
|
|
b. |
Unit Kearsipan pada Kantor
Operasional melaporkan hasil Inventarisasi tersebut kepada Kepala Kantor
Operasional yang bersangkutan, dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal u.p
Kepala Biro Umum, Sekretaris Direktorat Jenderal/Badan yang bersangkutan dan
Kepala Kantor Wilayah atasannya. |
||||||||||
|
|
c. |
Kepala Biro Umum dan
Sekretaris Ditjen/Badan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima
laporan tersebut dapat memberikan saran pendapat terhadap laporan hasil
Inventarisasi tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah/Kepala Kantor Operasional
yang bersangkutan. |
||||||||||
|
4. |
Kepala Kantor Wilayah/Kepala
Kantor Operasional melakukan penilaian apakah arsip-arsip yang sudah
diinventaris tersebut memenuhi syarat untuk diserahkan kepada ANWIL.
Penilaian tersebut dapat dilakukan oleh Tim Akuisisi Nasional Arsip Orde Baru
dan Kabinet Reformasi Pembangunan Kantor Wilayah/Kantor Operasional yang
dibentuk Oleh Kepala Kantor Wilayah. |
|||||||||||
|
5. |
Kepala Kantor Wilayah/Kepala
Kantor Operasional yang bersangkutan setelah melakukan konsultasi terlebih
dahulu dengan ANWIL, melakukan penyerahan arsip kepada Arsip Nasional/Wilayah
dengan menggunakan Berita Acara Penyerahan Arsip. |
|||||||||||
|
6. |
Kepala Kantor Wilayah/Kepala
Kantor Operasional yang telah melakukan penyerahan arsip kepada Arsip
Nasional Wilayah, melaporkan kepada Sekretaris Jenderal u.p Kepala Biro Umum
dan Pimpinan unit eselon I masing-masing. |
|||||||||||
|
7. |
Catatan Khusus : |
|||||||||||
|
|
Khusus untuk Kantor
Wilayah/Kantor operasional yang berada di wilayah DKI Jakarta, penyerahan
arsip kepada Arsip Nasional Indonesia dilakukan melalui Sekretaris Jenderal
u.p Kepala Biro Umum. |
|||||||||||
|
|
Prosedur pelaksanaan akuisisi
arsip pada Kantor Wilayah/Kantor Operasional khusus yang berada di wilayah
DKI Jakarta adalah sebagai berikut : |
|||||||||||
|
|
a. |
Unit Kearsipan pada masing-masing
kantor vertikal (Kantor Wilayah Ditjen/Badan dan atau Kantor Operasional)
dibantu oleh Unit Pengolahnya melakukan pendataan terhadap semua arsip-arsip
tahun 1967 s.d. 1998 yang tersimpan pada Unit Kearsipan maupun Unit Pengolah,
|
||||||||||
|
|
b. |
Unit Kearsipan pada
masing-masing Kantor Wilayah/Kantor Operasional dibantu oleh Unit Pengolahnya
melakukan seleksi awal terhadap arsip yang sudah didata untuk menyeleksi arsip-arsip
yang mempunyai nilai guna pertanggungjawaban nasional dengan cara
mengklasifikasikan jenis arsip untuk dicatat ke dalam Daftar Inventarisasi
Arsip. |
||||||||||
|
|
c. |
Unit Kearsipan
pada Kantor Wilayah melaporkan hasil inventarisasi tersebut kepada Kepala
Kantor Wilayah yang bersangkutan. |
||||||||||
|
|
d. |
Unit
Kearsipan pada Kantor Operasional melaporkan hasil inventarisasi tersebut
kepada Kepala Kantor Operasional yang bersangkutan. |
||||||||||
|
|
e. |
Kepala
Kantor Wilayah/Kepala Kantor Operasional melakukan seleksi lebih lanjut
apakah arsip-arsip yang sudah diinventaris tersebut memenuhi syarat untuk
diserahkan kepada ANRI. |
||||||||||
|
|
f. |
Kepala
Kantor Wilayah/Kepala Kantor Operasional yang bersangkutan wajib menyampaikan
hasil inventarisasi dan penyeleksiannya tersebut kepada Sekretaris Jenderal
Departemen Keuangan u.p. Kepala Biro Umum dengan tembusan kepada Sekretaris
Ditjen/Sekretaris Badan yang bersangkutan. |
||||||||||
|
|
g. |
Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Biro Umum meneruskan usulan tersebut kepada Tim Khusus
Akuisisi Nasional Arsip Orde Baru dan Kabinet Reformasi Pembangunan di lingkungan
Departemen Keuangan untuk melakukan penilaian. |
||||||||||
|
|
h. |
Tim
Akuisisi tersebut melakukan penilaian atas arsip-arsip yang tercantum dalam
daftar hasil inventarissi arsip, apakah arsip tersebut memenuhi syarat untuk diserahkan
kepada ANRI. |
||||||||||
|
|
i. |
Hasil
penilaian tim akuisisi dilaporkan oleh Ketua Tim kepada Sekretaris Jenderal
u.p. Kepala Biro Umum disertai rekomendasi penyelesaian lebih lanjut. |
||||||||||
|
|
j. |
Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Biro Umum membuat surat pemberitahuan kepada Kepala
Kanwil/Kepala Kantor Operasional yang mengusulkan agar segera memindahkan
arsip-arsip yang telah direkomendasikan tersebut kepada Biro Umum,
Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan dengan dibuatkan Berita Acara
Pemindahan sesuai dengna contoh formulir VI. |
||||||||||
|
|
k. |
Kepala
Biro Umum setelah melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan Arsip Nasional
Republik Indonesia, selanjutnya atas nama Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan
menyerahkan arsip-arsip yang bernilai pertanggungjawaban nasional tersebut
kepada Arsip Nasional Republik Indonesia dengan dibuatkan Berita Acara
Penyerahan Arsip Statis sesuai dengan contoh formulir VII. |
||||||||||
|
|
l. |
Kepala Biro
Umum melaporkan hasil penyerahan arsip tersebut keapda Menteri Keuangan,
Sekretaris Jenderal, dan Pimpinan unit eselon I yang bersangkutan. |
||||||||||
|
8 |
Lain-lain : |
|||||||||||
|
|
Dalam pelaksanaan
Akuisisi Nasional Arsip Orde Baru dan Kabinet Reformasi Pembangunan di
daerah, dapat dibentuk Tim Akuisisi Nasional Arsip Orde Baru dan Kabinet
Reformasi Pembangunan dengan Keputusan Kepala Kantor Wilayah yang
bersangkutan yang mempunyai tugas melakukan pendataan, inventarisasi arsip,
penilaian, dan penyerahan arsip yang mempunyai nilai pertanggungjawaban
nasional kepada Arsip Nasional Wilayah. |
|||||||||||
C. |
Tata Cara Pelaksanaan Akuisisi
Nasional Arsip Orde Baru dan Kabinet Reformasi |
||||||||||||
|
1. |
Pendataan |
|||||||||||
|
|
Unit
Kearsipan di lingkungan Departemen Keuangan melakukan pendataan arsip yang
tersimpan pada unitnya masing-masing dengan menggunakan contoh formulir 1
pedoman ini, dengan mendata aspek-aspek informasi dan berkas arsip yang
meliputi : |
|||||||||||
|
|
1) |
Jenis arsip : berkas dokumen
yang diciptakan dan atau disimpan di Unit Kearsipan/Unit Pengolah (dapat
diambil dari buku agenda dan fisik arsip); |
||||||||||
|
|
2) |
Tahun
arsip : kurun waktu penciptaan arsip; |
||||||||||
|
|
3) |
Jumlah/Volume
arsip yang ada di unit kerja dalam satuan berkas, lembar, bendel; |
||||||||||
|
|
4) |
Media
arsip meliputi : kertas, pandang dengar arsip, karto grafic atau arsip elektronik; |
||||||||||
|
|
5) |
Kondisi
fisik arsip, berkaitan dengan keadaan fisik arsip seperti robek, rusak,
rapuh, tidak jelas dan sebagainya; |
||||||||||
|
|
6) |
Lokasi
arsip : Unit tempat penyimpanan arsip; |
||||||||||
|
|
7) |
Asal
arsip : Unit kerja yang memberkaskan/menciptakan arsip; |
||||||||||
|
|
8) |
Kondisi
ruang penyimpanan : meliputi kelembaban udara, AC, ventilasi, luas ruangan; |
||||||||||
|
|
9) |
Keterangan
: dapat digunakan untuk hal-hal yang dianggap perlu, misalnya asli/tembusan. |
||||||||||
|
2. |
Inventarisasi dan Seleksi
Lebih Lanjut Setelah
dilakukan pendataan arsip, dilakukan inventarisasi yaitu proses lanjutan dari
pengumpulan data arsip dengan melakukan seleksi awal untuk menyeleksi arsip
yang mempunyai nilai guna pertanggungjawaban nasional dengan menggunakan
contoh formulir II pedoman ini, untuk memperoleh informasi mengenai : |
|||||||||||
|
|
a. |
Klasifikasi
arsip : mengelompokkan arsip berdasarkan kesamaan masalah. Misalnya :
Pelaksanaan anggaran (SKO, SPP, dan SPM Rutin) diklasifikasikan dalam
klasifikasi KU-Keuangan. |
||||||||||
|
|
b. |
Tahun
arsip : tahun dibuat/diciptanya arsip; |
||||||||||
|
|
c. |
Diskripsi
arsip : uraian ringkas isi berkas/dokumen yang memuat informasi arsip yang
dituangkan dalam judul dan uraian yang jelas periode terbitnya/terciptanya
sejak awal hingga selesainya kegiatan, dan bentuk redaksi menyangkut format
arsip yang ada, apakah SK, DIP, DIK, PO, Laporan, Memorandum, Risalah Rapat,
dan lain-lain sebagainya; |
||||||||||
|
|
d. |
Retensi
arsip : retensi arsip yang tercantum dalam Jadwal Retensi Arsip yang berlaku; |
||||||||||
|
|
e. |
Keterangan
: dapat digunakan untuk hal-hal yang dianggap perlu, misalnya terhadap suatu
Keputusan, harus mencantumkan apakah masih berlaku atau sudah tidak berlaku,
bila sudah tidak berlaku, sejak kapan mulai tidak berlakunya. |
||||||||||
|
|
Formulir Daftar Inventarisasi
Arsip (Formulir II) dipergunakan juga untuk melakukan seleksi lebih lanjut. |
|||||||||||
|
3. |
Penilaian |
|||||||||||
|
|
Terhadap
arsip-arsip yang telah didata dan telah diinventarisasi, dilakukan penilaian,
untuk Tingkat Pusat oleh Tim Akuisisi, untuk Kantor Wilayah/Kantor
Operasional oleh Unit Kearsipan masing-masing atau Tim Akuisisi yang dibentuk
oleh Kepala Kantor Wilayah masing-masing, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut : |
|||||||||||
|
|
a. |
Kepentingan lembaga pencipta
(creating agency); |
||||||||||
|
|
b. |
Ketentuan hukum yang spesifik
dan mengikat sesuai dengan materinya; |
||||||||||
|
|
c. |
Peraturan perundang-undangan
kearsipan; |
||||||||||
|
|
d. |
Kepentingan masyarakat; |
||||||||||
|
|
e. |
Pertanggungjawaban Nasional. |
||||||||||
|
|
Langkah-langkah penilaian : |
|||||||||||
|
|
1) |
Periksa
kolom retensi jenis arsip, tahun, retensi, volume, media arsip, tingkat
keaslian, nilai guna, dan rekomendasi; |
||||||||||
|
|
2) |
Rangkumlah
dan nilai data-data tersebut dengan metode TRY ke dalam Formulir Proses
Penilaian Arsip seperti contoh formulir III; Untuk
menentukan nilai guna arsip, yaitu apakah suatu arsip mempunyai nilai guna
primer atau nilai guna sekunder dengan berpedoman pada Jadwal Retensi Arsip.
Selain itu, dapat pula sebagai acuan menggunakan tolok ukur melalui
pendekatan TRY (Tidak, Ragu, Ya), antara lain dengan melakukan penilaian
seperti contoh di bawah ini, yaitu : |
||||||||||
|
|
|
Nilai
Guna Primer : |
||||||||||
|
|
|
a. |
Nilai guna
Administrasi
Ya / Tidak Ragu-ragu (Y/T/R) |
|||||||||
|
|
|
b. |
Nilai guna
Hukum
Ya / Tidak Ragu-ragu (Y/T/R) |
|||||||||
|
|
|
c. |
Nilai guna Keuangan
Ya / Tidak Ragu-ragu (Y/T/R) |
|||||||||
|
|
|
d. |
Nilai guna Ilmiah &
Teknologi Ya / Tidak Ragu-ragu (Y/T/R) |
|||||||||
|
|
|
Nilai Guna Sekunder : |
||||||||||
|
|
|
a. |
Nilai guna
Kebuktian |
Ya / Tidak Ragu-ragu (Y/T/R) |
||||||||
|
|
|
b. |
Nilai guna Informasional
|
Ya / Tidak Ragu-ragu (Y/T/R) |
||||||||
|
|
|
Setelah dilakukan penilaian,
diambil kesimpulan untuk menentukan nilai gunanya seperti di bawah ini : |
||||||||||
|
|
|
No |
Berguna |
Bernilai |
Proses
yang harus dilaksanakan |
|||||||
(1) |
(2) |
(3) |
(4) |
||||||||||
1 |
T |
T |
Musnahkan |
||||||||||
2 |
T |
R |
Pindahkan ke UK sambil menunggu perubahan status
menjadi TT atau TY |
||||||||||
3 |
T |
Y |
Pindahkan ke UK seterusnya untuk diserahkan ke
ANRI Pusat/ Daerah |
||||||||||
4 |
R |
T |
Ditahan (retensi) di UP sampai statusnya menjadi
TT. |
||||||||||
5 |
R |
R |
Dapat ditahan di UP atau dipindah ke UK sampai
statusnya menjadi TT atau TY. |
||||||||||
6 |
R |
Y |
Pindahkan ke UK sampai statusnya menjadi TY |
||||||||||
7 |
Y |
T |
Ditahaun di UP sampai statusnya menjadi TT |
||||||||||
|
|
|
8 |
Y |
R |
Ditahan di UP sampai statusnya menjadi TT
atau TY |
|||||||
|
|
|
9 |
Y |
Y |
Dapat ditahan di UP atau dipindah ke UK sampai
statusnya menjadi TT atau TY |
|||||||
|
|
3) |
Laksanakan
penilaian arsip sesuai dengan kaidah-kaidah atau kriteria-kriteria yang telah
diuraikan tersebut di atas (dengan berpedoman pada JRA dan TRY) maka arsip
tersebut dapat direkomendasi sebagai berikut : |
||||||||||
|
|
|
a. |
Terhadap
arsip-arsip yang bersifat in aktif agar dipindahkan dari Unit Pengolah ke
Unit Kearsipan; |
|||||||||
|
|
|
b. |
Arsip
yang sudah tidak bernilaiguna dan melampaui jangka waktu simpan, agar
diusulkan untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; |
|||||||||
|
|
|
c. |
Terhadap
arsip yang sudah tidak bernilaiguna untuk pelaksanaan tugas, sudah melampaui
jangka waktu simpan menurut JRA, tetapi mempunyai nilai guna
pertanggungjawaban nasional, diusulkan untuk diserahkan ke ANRI/ANWIL sesuai
prosedur yang berlaku. |
|||||||||
|
|
4) |
Terhadap
arsip yang memenuhi syarat dalam penilaian untuk akuisisi, dicatat ke dalam
daftar pertelaan yang diusulkan untuk diserahkan dengan menggunakan contoh
formulir IV pedoman ini. |
||||||||||
|
|
5) |
Terhadap
arsip yang tidak memenuhi syarat untuk diakuisisi, dicatat dalam formulir
daftar pertelaan untuk disimpan atau untuk diusulkan pemusnahannya, dengan
menggunakan contoh formulir V pedoman ini. |
||||||||||
|
4. |
Penyerahan : |
|||||||||||
|
|
a. |
Tingkat
Pusat |
||||||||||
|
|
|
Penyerahan
arsip statis kepada Arsip Nasional Republik Indonesia dilakukan oleh Biro
Umum dengan menggunakan Formulir Berita Acara Penyerahan Arsip Statis seperti
contoh formulir VII pedoman ini, setelah terlebih dahulu konsultasi dengan
Arsip Nasional Republik Indonesia. |
||||||||||
|
|
b. |
Tingkat
Daerah |
||||||||||
|
|
|
Penyerahan
arsip statis kepada Arsip Nasional Wilayah dilakukan oleh Kepala Kantor
Wilayah/Kepala Kantor Operasional yang bersangkutan dengan menggunakan
Formulir Berita Acara Penyerahan Arsip Statis seperti contoh formulir VII
Pedoman ini, setelah terlebih dahulu konsultasi dengan Arsip Nasional Wilayah
di daerah sesuai dengan wilayah kerjanya sebagai berikut : |
||||||||||
|
|
|
No |
KANWIL |
Kedudukan |
Wilayah
Kerja (Propinsi) |
|||||||
1 |
Propinsi DI Aceh |
Banda Aceh |
DI Aceh dan Sumatera Utara |
||||||||||
2 |
Propinsi Sumatera Barat |
Padang |
Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi dan
Sumatera Selatan |
||||||||||
3 |
Propinsi Jawa Barat |
Bandung |
Jawa Barat dan Lampung |
||||||||||
4 |
Propinsi Jawa Tengah |
Semarang |
Jawa Tengah dan DI Yogyakarta |
||||||||||
5 |
Propinsi Jawa Timur |
Surabaya |
Jawa Timur dan Bali |
||||||||||
6 |
Propinsi Nusa Tenggara Timur |
Kupang |
Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat |
||||||||||
7 |
Propinsi Kalimantan Barat |
Pontianak |
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, dan Kalimantan Selatan |
||||||||||
8 |
Propinsi Sulawesi Selatan |
Ujung Pandang |
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Utara, dan Sulawesi Tengah |
||||||||||
|
|
|
9 |
Propinsi Irian Jaya |
Jayapura |
Irian Jaya dan Maluku |
|||||||
|
|
Catatan : Khusus Kantor Wilayah dan Kantor
Operasional yang berada di wilayah DKI Jaya, penyerahan arsip statis kepada
Arsip Nasional Republik Indonesia dilakukan melalui Sekretaris Jenderal u.p
Kepala Biro Umum dengan menggunakan Formulir Berita Acara Penyerahan Arsip
Statis seperti contoh formulir V Pedoman ini. |
|||||||||||
|
5. |
Pelaporan |
|||||||||||
|
|
a. |
Tingkat Pusat |
||||||||||
|
|
|
Hasil
penyerahan arsip statis kepada Arsip Nasional Republik Indonesia dilaporkan
oleh Kepala Biro Umum kepada Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan dan
kepada Pimpinan Unit eselon 1 yang bersangkutan. |
||||||||||
|
|
b. |
Tingkat Daerah |
||||||||||
|
|
|
1) |
Hasil
penyerahan arsip statis dari Kantor Wilayah kepada Arsip Nasional Wilayah
dilaporkan oleh Kepala Kantor Wilayah kepada Sekretaris Jenderal Departemen
Keuangan u.p Kepala Biro Umum dan Pimpinan Unit eselon I masing-masing. |
|||||||||
|
|
|
2) |
Hasil
penyerahan arsip statis dari Kantor Operasional kepada Arsip Nasional Wilayah
dilaporkan oleh Kepala Kantor Operasional kepada Sekretaris Jenderal u.p
Kepala Biro Umum, Pimpinan Unit eselon I masing-masing, dan Kepala Kantor
Wilayah yang bersangkutan. |
|||||||||