30 Juli 2007 | 16 years ago

Operator Gas Metana Minta Tax Holiday

Tempo Interaktif

1509 Views

 

TEMPO Interaktif,  Jakarta: Operator gas metana batubara atau coal bed methane (CBM) meminta insentif berupa tax holiday (pembebasan pajak untuk periode tertentu) dari pemerintah. Alasannya, pengelolaan CBM ini tergolong industri baru, dan di negara lain memberikan insentif bagi industri itu.

"Insentif pajak yang diharapkan tax holiday. Karena kalau lihat Amerika Serikat, Australia, dan Amerika Utara memberi insentif itu bagi industri barunya," ujar Presiden Direktur Ephindo, investor gas metana batu bara, Sammy Hamzah, Rabu (18/7) di sela-sela seminar bertajuk 'Indonesia Natural Resources Development Future of Oil, Gas, and Mining', kemarin. 

 Seperti diketahui, CBM merupakan salah satu energi alternatif potensial di masa mendatang. Secara total nasional, gas yang akan diproduksi diperkirakan sekitar 453,3 triliun kaki kubik (TCF). Dan konsorsium Medco-Ephindo telah mendapat persetujuan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengelola wilayah kerja CBM di Sumatera Selatan dengan produksi gas 183 TCF.

Sammy menilai, tax holiday ini sebaiknya diberikan selama 3-5 tahun setelah produksi gas pertama. Sebab pada saat ini produsen baru akan mendapat cash flow-nya. "Istilahnya (insentif ini) untuk menggerakkan rodanya dulu. Kalau sudah bergerak, tax holiday bisa dicabut lagi," tuturnya.

 

Lebih jauh ia menyebutkan proyek bekerjasama dengan PT Medco Energi International Tbk. di Sumatera Selatan ini membutuhkan investasi minimal US$ 100-200 juta. "Ini investasi yang cukup tinggi untuk mencapai hasil produksi optimal," katanya.

 

Ephindo juga meminta pemerintah mempertimbangkan pembagian skema bagi hasil pengelolaan CBM agar lebih menguntungkan daripada pengelolaan gas konvensional. "Yang diharapkan sistem bagi hasil CBM harus lebih baik dari gas konvensional. Setidaknya 45:55, dimana pemerintah porsinya 55. Itu minimal, yang kita harapkan lebih baik dari itu," ujarnya.

 

Sementara itu, pemerintah menolak berkomentar tentang permintaan insentif pajak ini. "Undang-Undangnya kan belum disahkan. Insentif baru dibicarakan," kata Direktur Jenderal Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Simon Sembiring.

 

Gas CMB ini nantinya dapat dijual ke PT PLN (Persero) untuk dialirkan ke Sumatera, PT Perusahaan Gas Negara untuk dialirkan ke Jawa, PT Chevron Indonesia untuk menggantikan pasokan gas dari Conocophillips.

 

Direktur Pertumbuhan Korporat PT Medco Energi Internasional Tbk. Rashid I Mangunkusumo mengaku belum ada alokasi dana internal untuk joint investasi dengan Ephindo. "Medco belum siapkan dana, karena (besar dana yang disiapkan) menunggu kontrak dengan pemerintah berapa," ucapnya.

 

Namun begitu, ia memprediksi nilai investasinya tidak akan sampai ratusan juta dolar AS. "Dari pilot project yang ada akan mencoba beberapa sumur. Kalau berhasil, dilanjutkan," tukasnya.