13 Februari 2009 | 15 years ago

Industri otomotif kurangi hari kerja

Bisnis Indonesia

289 Views

Depperin usulkan penundaan kenaikan tarif perpajakan

JAKARTA: Kalangan pelaku industri otomotif nasional berencana mengurangi hari produksi untuk menghindari pemutusan hubungan kerja (PHK) jika penjualan kendaraan bermotor terus anjlok.

Presiden Direktur Indomobil Group Gunadi Sindhuwinata mengakui tren penurunan produksi di industri otomotif saat ini sudah terlihat, sehingga kekhawatiran terjadinya PHK di sektor ini memang sudah ada.

Dia menuturkan kapasitas produksi industri otomotif nasional sebenarnya tidak terlalu besar karena itu produsen memilih menambah jam kerja dengan menambah shift ketika permintaan kendaraan melambung tinggi pada pertengahan 2008.

Namun, lanjutnya, ketika permintaan mulai menyusut, perusahaan otomotif mulai menekan biaya produksi dengan menurunkan jam operasi pabrik menjadi satu shift kerja dan mengurangi lembur.

"Semoga tidak terjadi PHK, kemungkinan produksi bisa dikurangi dari 5 hari jadi 4 hari. Semua menghindari agar tidak terjadi PHK sedemikian rupa, saya harap itu tidak terjadi," ujarnya, kemarin.

Gunadi yang juga Ketua Umum Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) ini mengungkapkan jumlah tenaga kerja di industri otomotif dan komponen saat ini sekitar 400.000 tenaga kerja, termasuk pekerja di industri pemasok suku cadang mobil dan motor.

Secara terpisah, Wakil Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Yohannes Nangoi menyatakan pihaknya memutuskan tidak akan memperpanjang kontrak kerja 200-300 karyawan di pabrik, menyusul pemangkasan produksi akibat lesunya pasar kendaraan niaga.

Volume produksi Isuzu sudah berkurang sekitar 1.200-1400 unit per bulan sejak kuartal keempat tahun lalu, dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 2.400 unit per bulan.

"Kami tidak bisa menghindari situasi ini. Secara bertahap, karyawan kontrak akan dikurangi, sedangkan untuk karyawan tetap akan kami pertahankan sekuat tenaga," ujarnya di sela-sela acara Isuzu Media Gathering, kemarin.

Dia menjelaskan dampak dari krisis perekonomian dirasa cukup hebat bagi pasar kendaraan niaga, sehingga perseroan memperkirakan di tahun ini Isuzu hanya akan membukukan penjualan sebanyak 16.000 unit atau terkoreksi 36,82%, dibandingkan dengan pencapaian 2008.

Likuiditas

Gunadi menilai sebenarnya potensi permintaan kendaraan di pasar domestik masih ada tetapi masih terkendala oleh persoalan likuiditas pembiayaan yang masih ketat. Karena itu, dia mendesak kalangan perbankan dan lembaga pembiayaan segera menurunkan suku bunga kredit mengingat sekitar 85% permintaan pasar domestik ini bergantung pada fasilitas kredit.

"Pengaruh stimulus-stimulus seperti penurunan suku bunga acuan, insentif perpajakan dan lainnya belum diketahui seberapa besar. Tapi niatnya sudah bagus."

Sementara itu, Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika Departemen Perindustrian (Depperin) Budi Darmadi mengatakan hal senada.

"Saya termasuk golongan yang optimistis, diharapkan tidak ada penurunan penjualan sebanyak itu dan industri masih bertumbuh tahun ini."

Untuk membantu agar permintaan pasar otomotif tetap bergairah, ungkapnya, Depperin telah mengusulkan penundaan berbagai rencana kenaikan tarif perpajakan, seperti pajak kendaraan bermotor (PKB) dan pajak bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB), yang saat ini dibahas oleh departemen teknis terkait.

"Kami usahakan supaya tidak anjlok. Terlebih lagi ini masih awal tahun, jadi kalau ada masalah kita cari solusinya bersama. Salah satunya adalah berbagi beban antara produsen, perusahaan pembiayaan, dan konsumen."

Depperin juga berusaha melindungi pasar domestik dari serbuan produk ilegal dan mengajukan insentif BMDTP untuk bahan baku industri komponen otomotif.

Siti Munawaroh