30 Juli 2007 | 16 years ago

Setoran Pajak Minim Karena Faktor Internal

Bisnis Indonesia

1355 Views

JAKARTA: Penyebab utama masih rendahnya realisasi penerimaan pajak hingga semester I/2007 disebabkan faktor internal, bukan faktor-faktor makro seperti penguatan nilai tukar, penurunan inflasi dan suku bunga.
Dihubungi tadi malam, anggota Komisi XI Dradjad H. Wibowo (F-PAN) menyatakan realisasi penerimaan pajak semester I/2007 yang baru 41,27% mestinya membuat Ditjen Pajak bekerja lebih keras di semester II/2007.

"Sebab sulit meyakini shortfall semester II hanya Rp4,37 triliun. Minimal sama-lah dengan semester I/2007, Rp15,23 triliun. Apalagi tidak terlihat ada terobosan nyata, ditambah fakta yang diakui, terutama penurunan penerimaan PPh 25 dan PPh 29," ujarnya.

Dia menjelaskan kalau faktor makro yang dianggap biang keladi, termasuk restitusi, ada mekanisme kompensasi penerimaan pajak tersendiri yang sedemikian rupa tidak akan mengakibatkan shortfall penerimaan, dan malah mungkin naik.

"Restitusi memperbesar likuiditas perusahaan, setoran PPN dan PPh-nya akan naik, dan tidak harus menunggu setahun. Harga minyak, PPh- nya terkompensasi. Nilai tukar malah dibilang dari Rp9.200 ke Rp8.800. Faktanya kan tidak sampai sebesar itu. Cuma Rp9.000-an."

Dia meminta pemerintah tidak menyalahkan perubahan faktor makro sebagai penyebab membengkaknya shortfall pajak. "Suku bunga dan inflasi yang turun kok disalahkan. Lha sekarang wapres kampanyenya dibalik saja, jangan lagi ada kampanye suku bunga turun."

Berdasarkan data Ditjen Pajak yang disampaikan ke DPR pekan lalu, realisasi penerimaan pajak neto termasuk valas dan total restitusi sepanjang semester I/2006 mencapai Rp169,75 triliun atau 41,27% dari target 2007 Rp411,31 triliun.

Angka ini berselisih Rp2,98 triliun dengan data realisasi penerimaan Modul Penerimaan Negara (MPN) yang memang belum menghitung penerimaan pajak valas dan pembayaran total restitusi, yakni Rp166,77 triliun atau 40,55%. (Bisnis, 4 Juli).

Target berbeda

Namun, dalam data yang disampaikan Dirjen Pajak Darmin Nasution kepada DPR pada rapat tertutup itu target realisasi penerimaan pajak semester I/2007 dipatok Rp184,98 triliun, bukan Rp199,68 triliun seperti ditetapkan Rapim Ditjen Pajak awal tahun.

Dengan target semester I/2007 Rp184,98 triliun, maka kekurangan (shortfall) penerimaan pajak sepanjang enam bulan pertama tahun ini jadi Rp15,23 triliun. Dengan proyeksi shortfall 2007 Rp19,6 triliun, maka sasaran shortfall semester II/2007 tinggal Rp4,37 triliun.

Data Ditjen Pajak yang disampaikan ke DPR itu juga mengungkap total restitusi tunggakan dan tahun berjalan yang dibayarkan Ditjen Pajak sepanjang semester I/2006, yakni Rp11,84 triliun atau naik 6,14% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Belum ada keterangan resmi dari Ditjen Pajak menyangkut penurunan target penerimaan semester I/2007 dari Rp199,68 triliun ke Rp184,98 triliun itu. Tapi yang pasti, selisih Rp14,7 triliunnya otomatis akan menambah target realisasi penerimaan pada semester II/2007.

Darmin dalam rapim Ditjen Pajak pekan lalu, sebagaimana dikutip dari dokumen notulennya, mengatakan selama penerimaan pajak Januari-Maret 2007 naik mendekati 30% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Salah satu penyebab tingkat ke-naikan yang jauh di atas rata-rata itu adalah karena pada akhir 2006 Ditjen Pajak tidak melakukan ijon. Biasanya, ijon mengakibatkan koreksi penerimaan di awal tahun berikutnya. Karena tak ada ijon, maka tak ada koreksi.

Namun, sambung Darmin, pada April-Mei, terutama April, penerimaan memburuk, netonya (setelah dikurangi restitusi) lebih rendah dari capaian periode sama tahun lalu. Se-mentara itu, pada Mei 2007 sudah terjadi perbaikan meski masih belum pada kondisi normal.

Sejak Januari, penerimaan PPh 25 secara nasional tidak bagus. Sedangkan PPN bagus, tapi pada April jadi rendah. Darmin lantas mengutip fakta penurunan inflasi dan suku bunga yang mengakibatkan penurunan PPN dan PPh final.

"Artinya, dari kedua jenis pajak utama itu, kita sudah harus mulai waspada atas terjadinya sesuatu pada perekonomian kita. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi belum naik. Bila diiringi pertumbuhan, maka pengaruhnya ke penerimaan tidak begitu besar." (bastanul.siregar@bisnis.co.id)

Oleh Bastanul Siregar